Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tatapan Kerinduan
Bab 6 -
Karena Putra Mahkota telah kembali. Para bangsawan Taewon mulai mempersiapkan Putri mereka untuk menjadi pendamping Putra Mahkota. Desas-desus beredar bahwa kerajaan sebentar lagi akan mencari gadis yang akan mengisi posisi Putri Mahkota.
Sebentar lagi Putra Mahkota akan mengemban beberapa tugas yang harus dijalankan berpasangan, makadari itu sesuai dengan tradisi, pihak kerajaan akan mempersiapkan audisi.
Namun terlaksananya audisi tergantung dari kesiapan Putra Mahkota. Apalagi beliau baru saja kembali dari prosesi Maros yang begitu panjang. Sehingga masih banyak waktu untuk memulihkan diri sendiri.
"Putra Mahkota itu sangat tampan, tapi dia dingin dan juga tegas. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku dan dia menikah. Rumah tangga kami pasti akan menghasilkan banyak bayi-bayi serigala yang lucu."
"Arghh!" Gadis itu meringis tatkala seorang gadis lain yang berambut cokelat keriting, tiba-tiba saja menjambak rambut si gadis yang berkata tadi.
"Heh enak saja! Ayahku adalah Duke Vorbest, Kakakku juga teman main yang mulia. Sudah pasti aku yang akan menjadi putri mahkota," jelas si gadis itu dengan tatapan angkuhnya.
Rere yang melewati lorong paviliun, melirik sekilas ke arah para gadis yang saat ini duduk di taman depan istana. Hari ini tampaknya para Ayah yang memiliki gelar tinggi, sengaja membawa Putri mereka kemari.
Sudah pagi, tapi Rere malah kesal. Perasaannya begitu buruk ketika mendengar gadis-gadis ini berbicara tentang Arion. Mereka belum mengenal Arion, tapi sudah berani memimpikan masa depan dengan Arion.
Aiya!
Rere merutuki dirinya sendiri, untuk apa dia begitu cemburu dengan orang yang bahkan tidak mengetahui keberadaan dirinya. Tidak lama setelah itu Rere malah tertawa miris, sehingga memancing beberapa gadis yang semula berdebat, berubah mengarahkan pandangan mereka kepada Rere.
Sejenak Rere menoleh kemudian melengos pergi. Karena pagi ini, ada rapat antar tetua, sebagai perwakilan peri yang bertugas menjaga kedamaian, Rere harus ikut terlibat.
Bugh!
Karena menunduk Rere tanpa sadar menabrak seseorang. Perut Rere terasa hangat ketika sosok yang dia kenal kini menyentuh pinggangnya.
"Lain kali, kamu harus berhati-hati."
Rere mendongak menatap langsung ke arah Arion. Pria itu tampak lesu dengan lingkar mata kehitaman yang tampan jelas. Dengan segera Arion melepaskan tanganınya sesaat setelah memastikan Rere aman.
"Maafkan saya yang lalai ini, Yang mulia putra mahkota." Rere memberi salam.
Deg!
Entah mengapa Arion merasa familiar dengan suara itu. Nona utusan negeri peri yang sangat misterius. Karena kehadirannya begitu tiba-tiba, bahkan sebenarnya terakhir kali, utusan peri yang diperintahkan oleh Raja peri, adalah seorang lelaki.
"Saya minta maaf karena sudah menghalangi langkah anda, kalau begitu saya... Permisi," ungkap Rere sebelum akhirnya melangkah pelan menjauh.
Namun mendadak dia kembali mendengar suara Arion yang memintanya untuk berhenti dengan segera,
"Tunggu."
"Apa kita pernah bertemu, sebelumnya?"
Tubuh Rere menegang, dia merasa berdebar dan sedikit berharap. Apakah Arion bisa mengingat dirinya? Seorang manusia yang terlibat cinta singkat semata?
"Tidak, Yang mulia."
"Ah, begitu."
Pria itu kemudian mengangguk dan membiarkan Rere masuk ke dalam ruangan lebih dulu, sebelum akhimya Victor dan Calix datang mendampinginya.
"Utusan peri baru?"
"Iya," balas Victor ketika mendengar pertanyaan dari Callix.
"Hei, bagaimana denganmu? Apa kamu siap bertemu dengan para tetua hari ini?" Tanya Victor pada sang Putra Mahkota, mereka teman, sehingga Arion tidak mempermasalahkan ketika Victor memanggilnya dengan santai.
"Kapan aku tidak pernah siap?" Balas Arion tenang.
"Wah, lix, lihatlah majikanmu. Dia tampak siap memilih gadis yang akan dia nikahi." Pria itu tertawa, karena menurutnya Arion tidak akan semudah itu untuk setuju.
Arion menghela nafas, kemudian masuk tanpa menghiraukan perkataan bersifat ejekan yang diucapkan oleh Victor, sementara Callix hanya diam dan masih memiliki sopan santun meskipun dia dan Arion juga teman.
Para tetua berkumpul lebih dulu. Hari ini hanya ada Ratu yang datang, sementara Raja Artur sedang menghadiri rapat tahunan setiap pemimpin wilayah. Tempatnya berada di wilayah Tierse, karena hari ini adalah giliran mereka.
Pembicaraan itu berlangsung cukup alot. Tetua adalah sanak saudara dari pemimpin klan sebelum Arthur sehingga mereka juga menjadi pemegang keputusan sebanyak sepuluh persen dari seratus persen.
Diantaranya ada Tetua Vorbest, Tetua Estyor, Tetua Angeres, dan terakhir Tetua Espencer. Dimana keturunan Espencer menjadi pemimpin dari generasi ke generasi.
"Putra Mahkota sangat tampan dan terpuji. Masa kejayaannya kerajaan Taewon masih panjang, Raja Arthur masih sangat sehat. Namun alangkah baiknya kalau Yang mulia Putra Mahkota memikirkan tentang Putri mahkota," ucap Tetua Vorbest, Robin De Vorbest.
"Itu benar, tapi karena Yang mulia baru kembali dari prosesi Maros, maka tidak masalah bagi Yang mulia untuk menundanya," balas tetua Espencer seolah tau niat Ratu terhadap putranya.
Kemarin Ratu Liliana meminta pendapatnya terkait putri Mahkota, sepertinya posisi itu akan kosong cukup lama. Karena Yang mulia putra mahkota adalah orang yang tidak mudah tertarik dengan wanita.
"Kalian ini membahas sesuatu tapi tidak melibatkan seseorang yang terlibat."
"Tentang Putri Mahkota, bagaimana pendapat Yang mulia?" Tanya Tetua Angeres, Harmes De Angeres.
Arion hanya tersenyum tipis, namun suasana yang semula hangat berubah dingin tatkala kilat cahaya dari mata biru yang jernih itu terlihat melirik para tetua satu-persatu.
"Bagaimana ya? Aku sendiri belum memikirkannya. Karena sekarang perbatasan di wilayah barat sedang tidak baik-baik saja. Daripada para tetua memikirkan hal yang tidak begitu penting, akan lebih baik saat ini Tetua membantu saya memikirkan solusi terkait perbatasan yang diserang oleh kaum terpinggir dari orang-orang Tierse."
Arion baru mendapatkan informasinya kemarin. Ketika Victor memberitahu situasi genting yang terjadi di perbatasan wilayah Barat yang berbatasan dengan wilayah Tierse.
"Itu sudah menjadi tugas Jenderal perbatasan. Putra saya sudah terjun langsung menuju perbatasan, Yang mulia putra mahkota bisa datang untuk mengawasi saja." Tetua Angeres menyahut.
Ratu Liliana merasa sedikit penasaran dengan utusan peri yang hanya diam saja. Namun pandangan nona peri itu selalu mengarah pada Arion. Ratu Liliana bahkan tidak mengucap satu patah katapun dan terus mengamati Nona utusan peri yang membuatnya penasaran.
"Bagaimana dengan Yang mulia Ratu, apakah setuju jika posisi Putri Mahkota kosong, untuk sementara waktu?"
Perkataan itu membuat sang Ratu tersadar kemudian tersenyum, "Karena bukan aku yang menikah dan menjalaninya, maka aku akan menyerahkan hal ini kepada Putra Mahkota. Posisi Putri Mahkota bisa Dikatakan tidak terlalu mendesak. Karena masih ada Putri Arliana dan aku yang akan mengurus utusan dari Putri Mahkota, balas Ratu.
Tetua Angeres tampak diam, meskipun kali ini dia terlihat mengamati dengan perasaan jengkel. Karena menurutnya posisi Putri Mahkota harus segera di isi, bagaimanapun juga. Akan banyak sekali utusan yang harus ditangani oleh Putra Mahkota.
Akhirnya rapat pagi dengan para tetua itupun usai. Arion merasa sedikit muak jika harus berada di sana lebih lama lagi.
"Putraku."
"Iya ibunda."
Arion tersenyum ketika sang Ibunda datang menghampirinya. Kemudian di belakang mereka ada Nona peri yang selalu tampak misterius bagi Arion.
"Permisi yang mulia," ucap Nona peri tersebut sebelum akhirnya menghilang dari balik tembok.
"Masalah Putri Mahkota tidak perlu kamu pikirkan, para tetua hanya khawatir mereka tidak bisa membawa cucu mereka untuk dekat denganmu dan menjadi pengisi posisi Putri Mahkota. Untuk itu, Ibunda tidak akan membiarkanmu menikah dengan wanita yang tidak kamu cintai."
Arion kembali tersenyum, dia hanya akan tersenyum manis kepada ibundanya. Karena rasa sayang yang begitu besar terhadap sang Ibunda, meskipun saat usianya lima tahun, dia harus pergi meninggalkan keluarga untuk prosesi Maros.
"Arion mengerti, Ibunda."
Ratu Liliana tersenyum kemudian mengelus pelan puncak kepala putranya. Ah, sudah lama sekali rasanya mereka tidak bertemu, lalu sekarang mereka bertemu ketika Arion sudah tumbuh menjadi pemuda yang gagah,
"Lalu ibunda ingin bertanya, apa sebelumnya kamu mengenal Nona peri?"
Arion dengan cepat menggeleng, "Tidak ibunda."
"Ada apa dengan nona peri?"
Ratu Liliana hanya menggelengkan kepalanya. Mungkin itu hanya sebuah kebetulan belaka atau Ratu Liliana yang merasa salah lihat. Karena Ratu Liliana seolah melihat tatapan kerinduan yang mendalam ketika Nona Peri menatap Arion.
Namun Arion sama sekali tidak pernah berhubungan dengan peri. Bahkan dia selalu ada di dunia manusia.
"Sebenarnya Arion juga merasa Nona Peri cukup misterius. Suaranya terdengar familiar, tapi sepertinya itu hanya perasaan Arion saja."
"Ah, iya Ibunda. Setelah ini Arion akan pergi menuju perbatasan. Jenderal lloyd pasti membutuhkan bala bantuan."
Ratu Liliana menganggukkan kepalanya kemudian mengelus puncak kepala sang putra sebelum akhirnya berkata, "Maka bawalah nona peri bersamamu. Karena Nona peri juga bisa membantu menyembuhkan kesatria yang terluka," ungkap Ratu Liliana.
Sementara itu Rere masih berjalan dengan pelan menyusuri paviliun. Hari ini dia tidak tau akan melakukan apa? Lory masih menunggu di kamar, karena tadi Rere tidak mengizinkan Lory untuk ikut.
"Undine."
Peri kecil itu langsung keluar begitu dipanggil, "Undine disini."
"Apa yang harus aku lakukan setelah ini?"
Undine tidak membalas, namun di tersenyum dan terkekeh sebelum akhirnya masuk ke dalam kalung Rere. Hal itu membuat Rere jadi kesal, "Kenapa kamu masuk lagi Undine!" Tukas Rere.
"Nona Peri."
Saat itu juga tubuh Rere menegang. Dia mendengar Arion memanggil namanya, kemudian saat berbalik, Pria itu berdiri tepat di depannya dengan tatapan datar.
"I-iya yang mulia?"
"Hari ini, apa kamu bisa ikut pergi denganku?"
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?