Anggita Dewi Asmara setelah kehilangan kedua orang tuanya ,kini Anggita tinggal memiliki seorang adik bernama Anjas Dwi Bagaswara adik laki laki satu satunya yang ada di dunia ini .
Namun , satu tahun yang lalu , Anjas divonis menderita jantung koroner hingga di haruskan menjalani perawatan intensif yang membutuhkan biaya ratusan juta setiap bulannya . dan Anggita tidak memiliki uang sebanyak itu , setelah keluarganya hancur dan menjadikan dirinya dan adiknya harus menjalani kehidupan yang sangat sederhana .
dan suatu hari datang seorang pria datang mengulurkan tangan padanya . dia bernama Maxsim putra Samudra , seorang presdir BIRTH AND MEETING GROUP . Yang memang sedang membutuhkan seorang istri kontrak untuk menghindari perjodohan .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rumiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30 janji
" Mbak Anggi ." panggil Sinta . Dia meletakkan tasnya di atas meja dan langsung menghampiri Anggita yang telah datang lebih awal .
Terlihat sekali kekesalan di wajahnya yang tidak bisa di sembunyikan ." .Mbak Anggi tahu , betapa khawatirnya kami semua saat Mbak Anggi tiba tiba menghilang ? Kami semua mencari kesana kemari . Tidak tahunya kamu sudah pulang ."
Anggita mendongak melihat wajah Sinta yang bersungut sungut marah . Bukanya takut Anggita malah merasa wajah Sinta sangat lucu .
"Maaf , maaf aku benar benar lupa memberi tahu kalian , karena tiba tiba ada urusan . Janji lain kali tidak akan lagi ." tambahnya .
Sinta mendengus kesal . Tiba tiba perhatianya tanpa sengaja tertuju pada satu buku di samping koputer Anggita .
"Kok buku itu kelihatan tidak asing ya ?." dengan keingin tahuan yang besar matanya yang bulat mengamati buku itu .
"Kenangan ." gumamnya membaca kata di atas sampulnya .Dia kembali terdiam masih berusaha mengingat sambil mengetuk meja dengan jarinya . Kemudian secara pasti raut wajahnya berubah dengan mata terbelalak lebar .
"BC Zero ! Apa ini buku BC Zero terbaru ?"
Anggita menaikan alisnya melihat Sinta yang juga mengenali bukunya ." Benar , ini buku keluaran terbaru ."
"Aku salah satu pengagum BC Zero , aku mengoleksi hampir semua bukunya . Kenangan adalah buku yang paling aku tunggu tapi..." Sinta mendadak diam ketika mengingat sesuatu . Tatapannya menjadi bingung dan dia menatap Anggita penuh tanda tanya .
"Mbak Anggi bukankah buku ini baru terbit dan akan louncing setelah satu bulan kemudian ? Bahkan Po order belum di buka . Bagaimana bisa kamu mendapatkan nya? ." Sinta tidak mungkin salah mengingat jadwalnya . Karena dia sudah menandai di kalendernya dan siap siap untuk Po order pada hari pertama .
"Hei..ada apa ini ribut ribut . Pasti kalian membicarakan aku ya ." ucap Rosa yang baru datang dan ikut nimbrung sekalian . Sama seperti Sinta mata Rosa melebar bulat sempurna , saat melihat buku yang ada di atas meja Anggita .
"Bukankah ini buku BC Zero yang terbaru , yang akan di terbitkan bulan depan ?. Milik siapa ini ? Bagaimana kalian mendapatkannya ?." Rosa menatap Sinta dan Anggita bergantian .
"Bukan aku , itu milik Mbak Anggi ." ucap Sinta .
Anggita tertawa canggung . Sungguh , dia tidak menyangka kalau Sinta dan Rosa juga termasuk pengemar buku Boy . Jika tahu dia tidak akan membawa ke kantor dan akan dia simpan di rumah . Dia akan membaca saat ada waktu senggang saja , kalau akhir nya jadi begini .
"Kalian ingin meminjamnya ." ucap Anggita tiba tiba .
Sinta dan Risa saling pandang . Lalu mereka mengambil buku itu tanpa berpikir panjang .
"Wah ...! Ada tanda tangan nya juga ." ucap mereka berdua bersamaan melihat tanda tangan di balik sampul . Keduanya kembali saling memandang .kemudian menatap ke arah Anggita dengan tatapan lekat .
"Mbak Anggita , jangan bilang kalau kamu sebenarnya mengenal BC Zero ? Oleh karena itu kamu dengan mudah memiliki buku ini . Bahkan sebelum po order di buka dengan gratis tanda tangan dia , benar bukan ?"
"Anggita , kamu harus membawa kami bertemu dengannya . Bukankah kita bagai sahabat pantai dan lautan ? Bagaimana kamu bisa tidak mau berbagi hal baik seperti ini ?"
"Setidaknya berikan juga kami buku yang ada tanda tangannya seperti ini juga ." tambah Sinta .
Anggita hanya bisa menepuk keningnya , dengan penyesalan yang amat dalam dengan menunjukkan buku itu kepada mereka .
Belum sempat Anggita menjawab tiba tiba telpon dari pak Narendra berdering . Dia menatap Sinta dan Rosa sebelum beranjak pergi dan mengingatkan agar mengembalikan bukunya setelah selesai membacanya .
"Aku harus bertemu dengan Pak Narendra , sampai jumpa . Ingat kalau sudah selesai membaca bukunya kembalikan ."
"Ck...
Sinta dan Rosa berdecak , padahal mereka berharap dapat bertemu dengan atau setidaknya mendapat buku orisinal dengan tanda tangan dari BC Zero .
Anggita mengelengkan kepala melihat wajah kecewa mereka . Bukan tidak mengerti dengan ke inginan mereka , hanya saja dia terlalu sungkan untuk melakukan dan mengatakan hal itu kepada Boy .
"Masuk Anggita ." seru Pak Narendra
Anggita segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan setelah mendengar panggilan Bosnya , dia tidak yakin dengan apa yang akan di bahas kali ini . Tapi sepertinya itu tidak jauh dari proyek Birtd And Meeting .
"Lihat Anggita , asisten Reymond sudah menyetujuinya . Kamu bisa lanjut ke tahap pengujian . Dan saya yakin kamu bisa melakukan hal ini dengan mudah .
Anggita cukup senang mendengar semua itu , meski tidak menyangka akan secepat ini di setujui . Tapi bukan masalah karena dia bisa menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dari estimasi waktu yang di berikan .
"Apa jangan jangan ini ada hubungannya dengan Maxsim .? Anggita curiga alasan persetujuan ini karena keberadaan Maxsim , Maxsim tahu kalau dirinya yang bertanggung jawab hingga mempermudah semua urusannya .
Tapi apa sungguh dia orang seperti itu ? Masalahnya adalah Maxsim terkenal dengan integritasnya dalam bekerja . Sulit membuatnya berpihak hanya karena mempunyai hubungan yang istimewa dengannya .
Ketika memikirkan semua itu , Anggita kembali terbayang apa yang terjadi kemarin malam . Saat dia mengirim pesan Romantis layaknya dua remaja yang tengah di mabuk asmara .
"Hhiyy..." Anggita bergidik geli untung saja dia sudah menghapus pesan itu sebelum Maxsim membukanya . Atau dengan kepribadiannya yang dingin dan acuh tak acuh . Maxsim akan menganggap dirinya alay dan lebay .
"Anggita ? Kamu kenapa ?" tegur Pak Narendra yang merasa heran melihat Anggita .
Suara Pak Narendra seketika menyadarkan Anggita dari lamunannya . Dia segera berpamitan untuk lanjut mengerjakan tugasnya .
"Baiklah saya tidak akan lagi mengganggumu . Kerjakan dengan baik karena masa depan Moonlight ada di tanganmu , bergantung dari hasil kerjamu ."
"Tentu Pak , saya akan berusaha ." seru Anggita penuh tekad . Anggitapun kembali kedivisinya , lalu langsung menghadap komputernya . Sambil memperhatikan laporan laporan di meja . Bersamaan dengan itu pesan masuk dari Boy yang berusaha mengingatkan tentang janji mereka .
"Jangan lupa besok jam 10 aku tunggu di tempat kemarin "
"Ok " Singkat padat dan jelas balasan pesan untuk Boy .
Anggita membuka kalender untuk melihat tanggal . Lalu mengeluarkan jarinya seperti menghitung sesuatu .
"Karena perjalanan bisnisnya di perpanjang . Seharusnya dia akan pulang dalam waktu empat hari kedepan . Dia tidak akan pulang besok , jadi aku bisa pergi ke rumah sakit besok untuk mengunjungi Anjas ."
***
Keesokan paginya Anggita telah rapi dan di tegur oleh Bi Indah .
"Nyonya ,akan pergi kemana?." tanya Bi Indah sambil menatap pakaian rapi yang di kenakan oleh istri majikannya , yang sudah siap akan pergi
Biasanya setiap akhir pekan Anggita hanya akan di rumah saja dan tidak pernah keluar . Jika tidak menghabiskan waktu di kamar , paling juga bersantai di kolam renang . Dan hari ini tiba tiba Anggita berpakaian rapi dan siap akan pergi , tentu saja membuat Bi Indah penasaran .