NovelToon NovelToon
Aku tahu kau selingkuh

Aku tahu kau selingkuh

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Konflik etika / Selingkuh / Dendam Kesumat
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Itha Sulfiana

"Tidak semudah itu kamu akan menang, Mas! Kau dan selingkuhanmu akan ku hancurkan sebelum kutinggalkan!"

~Varissa
_____________________


Varissa tak pernah menyangka bahwa suami yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata mampu mendua dengan perempuan lain. Sakit yang tak tertahankan membawa Varissa melarikan diri usai melihat sang suami bercinta dengan begitu bergairah bersama seorang perempuan yang lebih pantas disebut perempuan jalang. Ditengah rasa sakit hati itu, Varissa akhirnya terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat dirinya harus koma dirumah sakit.

Dan, begitu wanita itu kembali tersadar, hanya ada satu tekad dalam hatinya yaitu menghancurkan Erik, sang suami beserta seluruh keluarganya.

"Aku tahu kau selingkuh, Mas!" gumam Varissa dalam hati dengan tersenyum sinis.

Pembalasan pun akhirnya dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apartemen Dikta

Hati Varissa bimbang dengan degup jantung yang tak karuan. Sudah sangat lama dia tak pernah merasakan perasaan seperti ini. Varissa seperti kembali ke masa mudanya ketika menyukai lelaki dimasa sekolah dan bangku kuliah. Ya, seperti itulah rasanya. Deg-degan,gelisah, senang dan cemas dalam satu waktu.

Kantong kresek bening berisi mangkok Styrofoam itu ia genggam erat. Sementara, ujung kuku telunjuk kanannya tak henti-hentinya ia gigit sedari tadi.

Sekitar 5 menit berdiri di depan sebuah apartemen elit yang berada dilantai 15 bangunan tersebut, tangan Varissa mulai terulur ragu untuk memencet bel.

Maju, mundur lagi. Maju lagi, mundur lagi. Akh!!! Varissa mulai mempertanyakan kenapa dirinya bisa berada di tempat ini sekarang dan bertingkah layaknya orang bodoh.

"Yang elegan, Va! Kamu itu cuma mau jenguk orang sakit. Kenapa harus segugup ini, sih?" ujarnya bermonolog sendiri.

Varissa berdehem dua kali. Rambut panjang sedikit bergelombang yang terurai sebahu miliknya ia rapikan kembali. Tak lupa, penampilan dari atas ke bawah juga ia perhatikan sebelum menarik napas panjang sambil memejamkan mata.

"Ayo, Va! Ini cuma Dikta. Dulu, kamu juga ketemu tiap hari sama dia, 'kan? Terus, kenapa sekarang mesti salting?"

"Siapa yang salting?"

GUBRAK!!

Nafas Varissa tercekat sembari melompat kaget membentur pintu ketika suara datar nan berat itu mengagetkannya dari belakang. Hilang sudah wibawa yang ia miliki. Wanita itu menggigit bibir bawahnya penuh malu. Astaga! Kenapa harus terciduk orang yang lagi diomongin, sih?

"Va? Nggak apa-apa?" tanya Dikta sedikit terkejut saat melihat respon kaget Varissa.

Dia pikir, wanita itu menyadari keberadaannya karena langkah kakinya yang lumayan terdengar keras memenuhi lorong. Apalagi, suasana memang sepi karena khusus dilantai itu hanya ada dua unit apartemen. Satu milik Dikta, dan satu lagi milik Dokter Imran yang sudah sangat lama tidak berpenghuni.

Sambil mengumpulkan rasa percaya dirinya yang mendadak berhamburan tak karuan, Varissa berbalik canggung menghadap lawan bicaranya.

Double kill!!!

Varissa kembali memejamkan matanya sesaat. Kenapa pula lelaki ini semakin bertambah tampan dengan wajah pucatnya itu? Mungkin terdengar sedikit aneh. Namun, Varissa berani bersumpah bahwa wajah pucat Dikta akibat sedang sakit memang terlihat semakin tampan mempesona. Apa Varissa gila? Sepertinya, iya.

"Kenapa, Va?" Dikta mencoba mendekat. Gurat kekhawatiran jelas terlihat di wajah pucatnya.

"Nggak apa-apa," jawab Varissa menggeleng seraya menaikkan telapak tangannya. Pertanda, bahwa dia tidak ingin lelaki itu melangkah lebih dekat lagi ke arahnya. Karena, jika sampai hal tersebut terjadi, maka Varissa tidak dapat memprediksi bagaimana respon jantungnya nanti. Bisa jadi, dia yang kena serangan jantung duluan sebelum Erik.

Sementara, Dikta mematuhi perintah wanita itu. Ia berhenti melangkah dan malah mundur selangkah. Sinar matanya yang sayu jelas menampakkan kekecewaan.

"Mungkin, perasaan itu memang nggak akan pernah muncul dihati kamu, Va!"

"Kamu darimana, Ta?" tanya Varissa basa-basi.

"Belanja," jawab Dikta yang berhasil menguasai perasaannya dengan cepat. Satu kantong plastik berwarna putih berisi beberapa macam sayuran dan daging ia perlihatkan pada Varissa.

"Kata Om Imran kamu sakit. Iya?" tanya Varissa dengan rasa gugup yang masih tersisa.

"Cuma demam," jawab Dikta singkat.

"Obat kiriman Om Imran udah diminum?"

"Belum."

"Kok belum? Gimana bisa sembuh kalau obatnya aja belum di minum? Udah gitu, kenapa harus belanja sendiri, sih? Kan, bisa pakai jasa kurir online," omel Varissa tanpa sadar.

"Kalau pakai jasa kurir, sayurannya kadang nggak sesegar dan sebagus pilihan sendiri," jawab Dikta sekenanya. Ya, dirinya memang perfeksionis. Segalanya harus sesempurna yang ia mau. Apalagi, Dikta bukan tipe orang yang suka makan diluar. Dia lebih suka makanan rumahan yang gizinya tentu saja jauh lebih terjamin.

"Sekali-kali nggak apa-apa, Ta! Daripada maksain diri kayak gini? Kalau sakitnya tambah parah, gimana?"

Mendengar Omelan Varissa, Dikta tertawa kecil. Lelaki itu tak sadar bahwa efek tawanya mampu membuat jantung rapuh Varissa semakin berdetak tak karuan.

"Ya ampun! Kenapa ketawanya bisa semanis itu sih?" gumam Varissa dalam hati sambil meneguk ludahnya. "Nggak!" Wanita itu menggelengkan kepala. "Kamu nggak boleh punya perasaan lebih ke lelaki lain, Va! Ingat! Kamu masih berstatus istri orang. Jangan sampai kamu berbuat yang sama hinanya dengan Erik!"

"Masuk dulu, yuk!" ajak Dikta sembari menekan pin apartemennya.

"Ayo!" ajak lelaki itu ketika menjumpai Varissa masih berdiam di depan pintu.

"Iya," angguk Varissa yang lekas menyusul langkah santai Dikta memasuki apartemen lelaki itu.

Varissa tercengang saat melihat betapa rapinya isi ruangan apartemen Dikta. Tak ada kesan berantakan sama sekali seperti kebanyakan pria lajang yang tinggal sendiri di luaran sana. Semuanya serba tertata rapi dengan suasana yang luar biasa tenang dan nyaman.

"Duduk dulu! Aku mau buatin kamu minum," ucap Dikta mempersilahkan.

"Eh," Varissa menahan lengan Dikta tanpa sadar. Dan, saat menyadari tindakannya, dengan cepat ia menarik kembali tangannya sambil berusaha memalingkan wajahnya yang mendadak terasa panas akibat tatapan tajam menusuk milik lelaki itu yang sempat bertabrakan dengan netranya.

"Ka-kamu nggak usah buatin aku minum. Kamu 'kan lagi sakit. Jadi, jangan terlalu banyak beraktivitas," tukas Varissa mengemukakan alasannya menahan lengan Dikta.

Dikta mengangguk mengerti. "Kalau gitu, aku ambilin air putih aja, ya! Sekalian, mau simpan sayuran di kulkas dulu," pamitnya dengan senyum simpul.

Varissa merasa sangat canggung untuk saat ini. Banyak hal yang ingin dia ungkapkan pada Dikta namun takut membuat perasaan lebih terhadap lelaki itu justru semakin tumbuh. Padahal, sejak awal mengetahui perselingkuhan Erik, Varissa sudah berkomitmen terhadap dirinya sendiri. Ia tak ingin terikat pada lelaki manapun sebelum perceraian dirinya dan Erik benar-benar resmi. Dia harus berpisah dengan lelaki rendahan itu dalam keadaan terhormat.

"Biar aku aja," kata Varissa yang setelah beberapa detik berperang dengan perasaannya sendiri akhirnya memutuskan untuk menyusul Dikta ke dapur.

Wanita itu mengambil alih tugas Dikta menyusun sayuran segar belanjaan Dikta didalam kulkas.

"Aku ada beliin bubur ayam buat kamu. Dimakan!" ucapnya tanpa menoleh.

Mata Dikta menatap kresek bening yang teronggok diatas pantry. Tangannya bergerak meraih makanan itu kemudian membukanya.

"Terimakasih," ucapnya dengan tulus.

"Langsung dimakan mumpung masih hangat, Ta!" kata Varissa.

Dikta mengangguk patuh meski tak dilihat oleh Varissa. Lelaki itu lagi-lagi tertawa kecil sambil menikmati bubur pemberian wanita yang dulu pernah mengisi hatinya dalam kurun waktu yang cukup lama.

"Kamu masih sama cerewetnya dengan yang dulu, Va! Nggak berubah sama sekali!"

BLUSH!

Pipi Varissa semakin memanas. Entah itu pujian atau justru sindiran, namun hati Varissa tetap menanggapinya sebagai sesuatu yang menyentuh. Tanpa sadar, ia tersenyum kecil. Entah sebuta apa matanya di masa lalu sehingga bisa melewatkan lelaki sesempurna Dikta untuk waktu yang lama.

1
Cicih Sophiana
waduh tato nya sampe penuh... sayang ihh badan mulus jd kotor banyak gambar nya😅
Cicih Sophiana
ya iyalah lupa buat apa suami selingkuh di ingat... tp klo udah begitu kasian sama Tika yg gak ikut campur
Cicih Sophiana
gapapa kena bakso muntahan Varissa... kan air liurnya jg... hmmm
Cicih Sophiana
wow tinggi bingit yg jd Dikta...🤭
Ririn
gila ...air mata ku tak berhenti turun 😭😭😭
Evy
Maksudnya...????...
Evy
Mewek..
Diana Puji Astuti
yaah kog tamat sih... tanggung amat
Akbar Razaq
harusnya rekrut satpam setara sama bang Rambo dah biar si Etiknya tunggang langgang kek kemaren
Suharnani
Begitu masih sombong dan tak merasa bersalah
Suharnani
malah nyalahin orang lain
Suharnani
Pikiran bodoh itu namanya
Suharnani
Ya Allah itu mah luka sekujur tubuh merata.
Kasihan Cinta dengan luka bakarnya itu. sudah begitu di katai pembawa sial lagi. tambah mengangah lah luka tubuh dan lukai hatinya
Suharnani
Varrisa juga ngapain cari masalah
Suharnani
Ya jelas dong, Dikata sombong omongnya nyata. lah kamu cuma modal dengkul
Suharnani
kamu setannya berarti mauren. semua keluarga di bawa terjerumus ke neraka
Suharnani
Kalau itu anak Harun, apa yg mandul itu Eric
akukaya
jahat
Suharnani
berarti mauren itu setannya
Suharnani
Bener"setan tuh si mauren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!