dibaca aja ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun juntak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia yang berubah
Setelah meninggalkan gunung, Arka dan Maya kembali ke desa terdekat, tetapi ada sesuatu yang aneh. Desa itu terlihat lebih hidup daripada sebelumnya. Rumah-rumah yang dulunya reyot kini tampak megah, jalanan yang dulu dipenuhi lumpur kini tertata rapi dengan batu-batu besar, dan penduduk desa tampak lebih bahagia, seolah beban berat telah lenyap.
“Apa ini tempat yang sama?” tanya Maya sambil menatap sekeliling dengan penuh kebingungan.
Arka menatap desa itu tanpa ekspresi. Ia tidak mengingat apa pun, bahkan desa ini. “Ini pertama kalinya aku melihat tempat ini,” katanya dengan nada datar.
Maya menelan ludah. Dunia telah berubah, seperti yang dijanjikan oleh Penjaga Takdir. Namun, ia tidak pernah menyangka perubahan ini akan begitu drastis.
Mereka berdua memutuskan untuk beristirahat di sebuah penginapan kecil di tengah desa. Penduduk desa menyambut mereka dengan ramah, bahkan memperlakukan mereka seperti tamu kehormatan.
“Terima kasih telah melindungi kami,” kata seorang wanita tua sambil membawakan mereka makanan.
“Melindungi?” Maya mengerutkan dahi.
Wanita itu tersenyum. “Tentu saja. Legenda mengatakan bahwa dua penjelajah yang berani akan menyelamatkan dunia ini dari kehancuran. Dan sekarang, dunia kami kembali seperti ini karena kalian.”
Maya terkejut. “Bagaimana kau tahu itu kami?”
Wanita itu hanya tersenyum penuh misteri. “Cerita itu sudah diturunkan selama ratusan tahun. Dan kalian datang dengan tanda-tanda yang sesuai.”
Maya tidak tahu harus berkata apa. Arka hanya diam, menatap kosong ke arah makanan di depannya.
**Kehidupan Baru untuk Arka**
Hari-hari berlalu, dan Arka mulai membangun kehidupan baru di desa itu. Ia bekerja sebagai penjelajah lokal, membantu penduduk desa menemukan jalur-jalur aman di hutan dan membawa barang-barang dari desa-desa tetangga. Ia melakukannya tanpa keluhan, tetapi juga tanpa tujuan yang jelas.
Sementara itu, Maya merasa ada sesuatu yang hilang. Meskipun dunia di sekitar mereka tampak lebih damai dan indah, Arka yang ia kenal sudah tidak ada lagi.
Suatu malam, Maya memutuskan untuk berbicara dengan Arka. Mereka duduk di tepi sungai, di bawah langit berbintang.
“Arka, apa kau merasa… kosong?” tanya Maya hati-hati.
Arka memandangnya dengan bingung. “Kosong? Tidak. Aku merasa baik-baik saja. Aku punya pekerjaan, aku punya tempat tinggal. Aku tidak tahu apa lagi yang aku butuhkan.”
Maya menggigit bibirnya. “Tapi kau tidak ingat siapa dirimu sebenarnya. Kau tidak penasaran?”
Arka menggeleng. “Mungkin aku dulu seseorang yang penting, mungkin juga tidak. Tapi jika aku tidak mengingatnya, mungkin itu bukan sesuatu yang penting.”
Maya terdiam. Ia ingin berteriak, ingin mengguncang Arka dan memintanya untuk mengingat perjalanan mereka, tetapi ia tahu itu tidak mungkin.
“Kalau begitu, aku akan menjadi orang yang mengingat segalanya untukmu,” kata Maya pelan.
**Pertemuan dengan Nenek Tua**
Suatu hari, ketika Maya sedang berjalan-jalan di pasar desa, ia bertemu dengan seorang wanita tua yang tampak familier. Nenek tua dari perjalanan mereka!
“Kau…” Maya terkejut. “Kau ada di sini?”
Nenek itu tersenyum. “Tentu saja. Aku hanya datang untuk memastikan semuanya berjalan seperti seharusnya.”
“Kau tahu, kan, Arka sudah tidak ingat apa pun?” tanya Maya, suaranya penuh emosi. “Apa tidak ada cara untuk mengembalikan kenangan itu?”
Nenek itu menggeleng perlahan. “Pengorbanan adalah bagian dari takdir. Tapi itu bukan berarti semuanya hilang selamanya. Ingatan Arka tidak benar-benar lenyap. Mereka tersembunyi, terkunci di dalam hatinya. Suatu hari, jika ia menemukan alasan yang cukup kuat, ia mungkin akan mengingatnya.”
Maya menatap nenek itu dengan mata penuh harapan. “Bagaimana aku bisa membantunya?”
“Jadilah teman perjalanan yang setia, seperti yang selalu kau lakukan,” kata nenek itu. “Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri.”
Nenek itu kemudian menghilang di tengah keramaian pasar, meninggalkan Maya dengan pikirannya sendiri.
**Kehidupan yang Mulai Terhubung Lagi**
Maya memutuskan untuk tetap berada di sisi Arka, meskipun ia tahu bahwa pria itu mungkin tidak akan pernah sepenuhnya kembali seperti dulu. Ia membantu Arka dalam pekerjaannya, mencoba menciptakan kenangan-kenangan baru bersama.
Namun, ada momen-momen kecil di mana Arka tampak berbeda. Kadang-kadang, ia menatap langit dengan ekspresi kosong, seolah mencoba mengingat sesuatu yang penting. Kadang-kadang, ia menyebut nama-nama tempat yang bahkan Maya tidak tahu.
Suatu malam, ketika mereka sedang berkemah di hutan, Arka tiba-tiba berbicara.
“Maya,” katanya pelan.
“Ya?” Maya menoleh padanya, berharap mendengar sesuatu yang berarti.
“Aku bermimpi tadi malam. Aku melihat seorang wanita tua, sebuah peta, dan sebuah perjalanan. Rasanya… itu penting.”
Maya menahan napas. “Apa lagi yang kau ingat?”
Arka menggeleng. “Hanya itu. Tapi rasanya aku harus terus berjalan, terus mencari sesuatu. Entah apa.”
Maya tersenyum kecil, meskipun air mata menggenang di matanya. “Mungkin perjalanan kita belum selesai, Arka. Mungkin masih ada hal yang harus kita temukan bersama.”
Arka menatapnya, dan untuk pertama kalinya, ada kilasan kehangatan di matanya—sebuah cahaya kecil dari sosok lama yang pernah Maya kenal.
“Kalau begitu, ayo kita lanjutkan perjalanan ini,” katanya.
Maya mengangguk, dan mereka berdua melangkah ke dalam malam, dengan dunia luas terbentang di depan mereka.