Firda Humaira dijual oleh pamannya yang kejam kepada seorang pria kaya raya demi mendapatkan uang.
Firda mengira dia hanya akan dijadikan pemuas nafsu. Namun, ternyata pria itu justru menikahinya. Sejak saat itu seluruh aspek hidupnya berada di bawah kendali pria itu. Dia terkekang di rumah megah itu seperti seekor burung yang terkurung di sangkar emas.
Suaminya memang tidak pernah menyiksa fisiknya. Namun, di balik itu suaminya selalu membuat batinnya tertekan karena rasa tak berdaya menghadapi suaminya yang memiliki kekuasaan penuh atas hubungan ini.
Saat dia ingin menyerah, sepasang bayi kembar justru hadir dalam perutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QurratiAini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga
"Beraninya kamu mengumbar asetku tanpa seizinku!" sentak Abraham dengan sangat sengit seraya mencengkram kuat lengan Firda.
"Arkhh ...." Firda meringis kesakitan. Binar matanya terlihat berkaca-kaca dan bibirnya menekuk menahan tangis. "Ma-maafkan aku, T-Tuan ... ak-aku ...." Gadis itu bicara tersendat-sendat karena dilanda panik dan ketakutan hingga suaranya tak dapat terdengar dengan jelas.
Seketika Abraham tersadar telah menyakiti gadisnya dan membuatnya takut. Tanpa bisa dicegah perasaan bersalah menggerogoti hati sang pria konglomerat itu.
Dia segera melepaskan cengkraman tangannya di lengan gadis itu dan beralih mengepalkan kedua tangannya dengan kuat sebagai bentuk luapan emosinya saat ini.
Abraham sangat marah gadisnya memakai pakaian tidak senonoh seperti ini dan mengumbar tubuhnya di hadapan banyak orang. Kini Abraham beralih menatap nyalang ke arah Bambang, paman gadisnya.
"Berani-beraninya kamu membiarkan dia memakai pakaian tidak senonoh seperti ini!" kecam Abraham dengan ekspresi yang tampak sangat mengerikan. Dia menunjuk-nunjuk wajah Bambang sebagai bentuk penghinaannya kepada pria tua bangka itu.
"Aku tidak peduli kamu pamannya atau bukan, tapi setelah aku selesai dengan transaksi membelinya kepadamu, maka artinya sejak saat itu seluruh tubuh, jiwa, dan raganya adalah milikku! Asetku mutlak! Kamu dan siapa pun tidak berhak melihatnya tanpa izin dariku!" tandas Abraham dengan aura mendominasi yang sangat kental, menegaskan bahwa Firda adalah gadisnya, miliknya!
Bambang sontak merasa tersentak kaget mendapati kecaman dari sang Tuan konglomerat tersebut. Dengan menelan ludahnya susah payah, diam-diam dia melirik ke arah anak dan istrinya karena menyadari tindakan mereka yang menyuruh Firda untuk memakai pakaian seksi itu ternyata adalah keputusan yang salah besar!
Alih-alih membuat Tuan Abraham merasa senang, tertarik, dan bernafsu kepada keponakan mereka, yang ada mereka justru membuat sang Tuan merasa sangat marah karena tidak terima aset miliknya dilihat oleh orang lain.
"Aku membelinya kepadamu untuk kunikmati sendiri sebagai aset pribadiku, bukan untuk kuumbar-umbar kepada orang lain sialan!" tambah Abraham masih dengan keadaan hati yang panas terbakar cemburu.
"Kalau semua orang boleh menikmatinya dengan begitu leluasa, aku tidak perlu repot-repot membeli gadis ini kepadamu. Aku bisa memilih wanita-wanita di klub malam, tak ada bedanya, 'kan?" katanya lagi dengan sangat sinis.
Menyadari kemarahan Tuan Abraham tidak kunjung mereda, buru-buru Bambang berlutut kepada pria itu. "Maafkan saya, Tuan, s-saya bersalah."
Wati juga ikut berlutut di sebelah suaminya. "Sungguh, Tuan ... kami sama sekali tidak bermaksud lancang. Ka-kami h-hanya mengira Anda akan suka jika keponakan kami berpakaian vulgar seperti ini."
Mendengar penuturan Wati, bibi Firda, seketika tatapan mata Abraham menggelap. "Jadi dia berpakaian terbuka seperti ini adalah karena ulah kalian? Kalian yang menyuruhnya?" tanyanya dengan nada dingin yang terdengar seperti suara alunan kematian di telinga mereka semua.
Bagaimana Abraham tidak murka? Betapa banyak di zaman ini kasus pelecehan yang dilakukan oleh seorang paman kepada keponakannya sendiri? Firda gadis yang cantik dan menawan meskipun tubuhnya tampak ringkih dan begitu kurus.
Spontan Wati menutup mulutnya sendiri sembari melirik ke arah suami dan anaknya karena menyadari dirinya telah salah bicara.
Melihat istrinya yang panik, buru-buru Bambang menimpali untuk membantu mereka keluar dari masalah yang diciptakan oleh istrinya. "Saya bersumpah, Tuan. Firda masih perawan hingga saat ini. Saya menjaganya untuk Tuan."
Kepala Abraham kini terasa pecah. Matanya menatap tajam ke arah Bambang yang baru saja bicara kalimat yang merendahkan Firda.
Memikirkan ucapan paman gadis itu membuatnya seketika dilingkupi perasaan cemas, khawatir, marah, cemburu, dan kesal di satu waktu. Dari ucapan Bambang tadi saja sudah sangat terlihat bahwa dia adalah paman yang kurang ajar kepada keponakannya sendiri.
Artinya Bambang memang sengaja tidak melecehkan keponakannya sendiri agar keponakannya punya nilai jual tinggi untuk dijual sebagai pemuas nafsu kepada pria hidung belang yang kaya raya. Seandainya bukan untuk tujuan menjual keponakannya agar mendapatkan uang dengan jalan pintas, kemungkinan besar Bambang telah benar-benar melecehkan keponakannya sendiri untuk memuaskan nafsu bejatnya.
Emosi Abraham seketika naik ke ubun-ubun kala dirinya membayangkan jika seandainya Firda dilecehkan oleh paman gadis itu sendiri atau jika dia dibeli oleh laki-laki lain, bukan dirinya. Bagaimana nasib gadis itu sekarang?
Dengan mata yang semakin menggelap, Abraham bicara dengan ekspresi datar. "Ya, kalau dia sudah tidak perawan lagi, aku benar-benar akan membunuhmu," ancam Abraham terdengar sangat serius dan tak main-main. Tentu saja hal itu membuat seluruh tubuh Bambang, Wati, dan Laras gemetar hebat karena ketakutan.
Selanjutnya Abraham dengan langkah tegap menarik tubuh ringkih Firda ikut bersamanya. Namun, Abraham merasakan penolakan dari tenaga Firda yang tak seberapa baginya. Gadis itu menahan langkahnya, menolak ikut dengannya.
"T-tuan ...." Akhirnya tangisan Firda kembali pecah. Binar matanya tampak sayu, seolah tak ada lagi kehidupan di sana. Gadis ini ... benar-benar terlihat telah putus asa.
Dengan sekuat tenaga menahan isak tangisnya sendiri, Firda berusaha bicara meski dengan suara yang terasa tercekat penuh di tenggorokan. "A-aku nggak mau jadi jalang. A-aku ...."
Firda sudah tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya. Air matanya meluruh semakin deras membasahi pipinya yang tampak tirus.
Masa depannya ... cita-citanya ... impiannya .... Semua itu harus patah begitu saja di usianya yang masih terbilang sangat muda, 22 tahun. Firda benar-benar tak sanggup membayangkan kehidupannya menjadi seorang wanita pemuas nafsu bagi laki-laki yang bukan suaminya. Kenapa ... kenapa paman dan bibinya begitu kejam menjualnya kepada pria ini? Apa salahnya? Apa dosanya? ....
Melihat kondisi gadisnya yang sangat jauh dari kata 'baik-baik saja', tanpa dikendalikan oleh siapa pun Abraham merasakan dadanya seketika sesak. Hatinya seperti diremas kuat oleh benda tak kasat mata.
"Siapa yang mengatakan kamu jalang?" tanya Abraham dengan suara berbisik pelan. Kedua tangannya tanpa sadar mengepal kuat. Betapa dia ingin melindungi gadis yang rapuh ini. Melihatnya putus asa dan tak berdaya entah kenapa membuat harga diri Abraham terluka.
Abraham menyadari lirikan mata gadisnya saat pertanyaannya tadi terlontar. Firda melirik ke arah keluarganya!
"Jadi mereka yang mengatakan kamu jalang?" tanya Abraham memastikan. Hal itu sontak saja membuat Bambang, Wati, dan Laras kelimpungan. Ketakutan melingkupi jiwa dan raga mereka. Mata mereka spontan menatap tajam ke arah Firda, mengancam gadis malang itu melalui lirikan mata.
Abraham menyaksikan semuanya. Sorot matanya memandang ke arah mereka semua, keluarga Firda yang sebenarnya tak pantas disebut keluarga untuk gadis polos dan tak berdosa itu.
"Berani sekali kalian mengucapkan sumpah serapah itu kepada Firda," ucap Abraham dengan nada dingin seraya menatap rendah ke arah mereka yang tengah berlutut kepadanya.
Bambang menelan ludahnya susah payah. Rasanya tenggorokannya tercekik sehingga dia kesulitan untuk bicara.