Jo Wira, pemuda yang dikenal karena perburuan darahnya terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kematian orang tuanya, kini hidup terisolasi di hutan ini, jauh dari dunia yang mengenalnya sebagai buronan internasional. Namun, kedamaian yang ia cari di tempat terpencil ini mulai goyah ketika ancaman baru datang dari kegelapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mempelajari Dasar Sihir
Wira menggunakan teknik Wesi Yo Wesi, melapisi tubuhnya dengan energi ki untuk menahan hawa panas lava. Dia memasuki goa berlantaikan kolam lahar, membuat jalan di pinggiran kolam untuk memanen kristal api.
Semu Kobold dan Troll yang melihat Wira merasa kagum melihat pemuda itu dengan tenang berjalan di pinggiran kolam lahar tanpa sedikitpun berkeringat.
Setelah mengambil cukup banyak kristal api, Wira kembali ke permukaan. "Bahan bakar telah didapatkan, stoknya pun melimpah." Wira melihat goa lava yang masih menyimpan banyak kristal api.
"Sekarang sudah saatnya membangun tungku." Dia tidak sabar untuk memulai menempa senjata.
Mendengar perkataan Wira membuat anak buahnya merasa senang karena kemungkinan masih ada pekerja yang akan Wira berikan. Itu berarti mereka bisa tenang karena keluarga mereka tidak akan kelaparan.
***
Sast hendak sampai di permukaan, Wira merasa aneh karena terdengar suara ribut di luar. Begitu sampai di permukaan, dia mendapati semua Kobold meringkuk ketakutan di salah satu sudut area tambang.
"Apa yang terjadi?." Tanya Wira heran. Para Kobold yang melihat Wira akhirnya keluar dari goa penggalian, merasa senang seolah pemuda itu adalah seorang penyelamat.
GUK! GUK!
Terdengar suara gonggongan dua anjing yang hampir bersamaan. Mendengar suara gonggongan itu membuat Wira segera mengingat dengan anjing kesayangannya yang sejak kemarin tidur karena mengalami evolusi.
Menyadari evolusi Kinta sudah berakhir, dengan wajah senang, Wira berbalik ke arah suara berasal. "Kinta akhirnya kau sudah..... heh?" Tapi yang dia lihat hanya kaki anjing sehingga dia perlu mendongak ke atas untuk melihat wajah Kinta.
"Besar!" Teriaknya terkejut melihat Kinta yang telah tumbuh setinggi 7 meter dan kini memiliki 2 kepala. Wira langsung sadar jika ini adalah efek setelah memakan kristal Ogre Bimoruk untuk berevolusi.
"Teman! Kau sudah tumbuh besar dan berkembang! Aku sangat bangga padamu." Wira hendak mengelus kepala Kinta tapi tangannya tidak sampai, Kinta pun menundukkan kepalanya demi mendapatkan kasih sayang tuannya, diikuti oleh kepala kedua yang juga menginginkan perhatian Wira.
Melihat kedua kepala anjing besar itu menunduk di depan Wira membuka semua Kobold dan Troll merasa kagum pada sosok manusia itu. Kekaguman itu semakin bertambah saat makhluk besar lainnya menampakkan diri.
Seekor macan kumbang berkepala manusia, tubuhnya lebih kecil dari Kinta. Namun ukuran lima meter sudah cukup untuk disebut sebagai raksasa. Seperti yang terjadi pada anjing besar berkepala dua, makhluk itu juga menunduk di depan Wira untuk mendapatkan kasih sayang pemuda itu.
"Malika, kau juga tumbuh lebih besar dan semakin tampan," Wira tertawa bahagia. Namun para Kobold justru ketakutan melihat wajah Malika yang lebih seperti wajah raja Orc.
"Akhirnya kalian berdua sudah bangun...eh!" Wira segera meralat ucapannya. "Maksud ku. Akhirnya kalian sudah kembali, kalian pasti berevolusi saat sedang berburu bukan?"
Kedua hewan besar itu kebingungan dengan perkataan tuannya. Sejak kemarin mereka terus tidur di ruangan altar Dungeon Core, mereka sama sekali tidak pergi berburu.
Wira melakukan itu karena tidak ingin kebohongannya terbongkar. "Baiklah, karena kalian sudah berhasil berevolusi. Maka inilah waktu berpesta!" Wira mencoba mengalihkan perhatian.
Kinta dan Malika meraung dengan senang karena sejak kemarin mereka berpuasa selama melakukan evolusi. Para Kobold dan Troll pun ikut merayakan, merasakan kegembiraan yang sama, karena Wira mengajak mereka untuk makan bersama secara gratis. Semua orang merasa bahagia, berterima kasih atas kebaikan hati Wira yang telah mengajak mereka dalam perayaan.
***
Hari Ketiga di Dalam Tambang
Di dalam ruang altar yang remang-remang, Wira berbaring santai di atas tubuh Kinta yang hangat dan nyaman. Suara nafas teratur dari Kinta membuat suasana menjadi damai. Dengan ujung jarinya, Wira membuka layar statistik Dungeon dan menatap angka yang terpampang di sana.
[Dungeon Poin: 1500]
"Pesta kemarin pasti membuat para budak sangat bahagia," gumam Wira sambil tersenyum kecil. Ia menduga kegembiraan para budak memberikan kontribusi besar pada perolehan poin Dungeon. Namun, bukan hanya itu.
"Keberadaan Kinta dan Malika juga punya pengaruh besar," katanya sambil melirik kedua peliharaannya yang tengah tertidur. Evolusi Kinta dan Malika telah membuat kekuatan mereka melonjak drastis, dan Wira akhirnya memahami bahwa semakin kuat penghuni Dungeon, semakin banyak poin yang dihasilkan.
Wira memikirkan cara terbaik untuk memanfaatkan 1500 poin tersebut. "Aku butuh kemampuan untuk bisa menulis rune magis. Kalau aku ingin membuat senjata sihir, itu kemampuan yang sangat penting," katanya serius.
Ia membuka katalog Dungeon Store dan mencari skill yang diinginkannya yaitu Runecraft. Namun, ketika melihat harganya, mulut Wira terbuka lebar.
Harga: 1.000.000 DP
"Satu juta... Sial!" Pekik Wira.
Pemuda itu merasa seolah jiwanya keluar dari tubuhnya karena terkejut. Amarah memuncak, tetapi ia segera menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia tidak ingin membangunkan ketiga peliharaannya yang sedang terlelap.
"Baiklah, aku bisa mengerti kenapa harganya mahal," ujarnya sambil menenangkan diri.
Skill Runecraft memiliki peringkat Heroik, satu tingkat di bawah Legendaris. Tak heran harganya setinggi itu. Skill ini sangat berguna untuk seorang pandai besi atau insinyur yang ingin menciptakan item sihir berkualitas tinggi.
Dalam game Paradox Realm, pemain yang memiliki skill ini biasanya adalah artisan terkenal dengan penghasilan melimpah. Wira teringat bagaimana ia dulu mendapat skill tersebut hanya karena beruntung menemukannya di kotak harta karun.
"Mengingat saat itu mendapatkannya dengan gratis, aku benar-benar beruntung saat itu," gumamnya.
Merasa 1500 poinnya tidak cukup untuk membeli skill yang berguna, Wira hendak menutup katalog. Namun, matanya terpaku pada sebuah item yang menarik perhatian. Itu hanyalah sebuah buku tua berjudul "Pengetahuan Dasar Belajar Huruf Sihir" seharga 500 poin.
"Ini menarik," pikir Wira. Tanpa ragu, ia memilih buku tersebut dan menekan tombol konfirmasi.
***
Ding!
[Anda telah membeli buku "Pengetahuan Dasar Belajar Huruf Sihir" seharga 500 DP]
Cahaya terang muncul di hadapan Wira, lalu perlahan meredup, menyisakan sebuah buku tebal dengan sampul kulit yang tampak kuno.
Di game Paradox Realm, buku-buku panduan dasar dianggap tidak berguna. Membacanya tidak memberikan skill, tidak menambah statistik kekuatan, dan harga jualnya pun sangat rendah.
Mayoritas pemain menganggap buku-buku ini sebagai sampah yang layak dibuang saat menemukannya di dalam kotak harta Dungeon. Mereka lebih menginginkan mendapatkan buku skill, artefak magis, atau harta berharga dibandingkan buku panduan sederhana.
Namun, Wira memiliki pemikiran berbeda. “Di dunia nyata, tidak ada yang instan. Diperlukan pengetahuan untuk bisa memanfaatkan buku skill,” gumamnya. Ia menatap dua buku skill yang diperolehnya setelah mengalahkan Ogre Bimoruk. Sampai saat ini, kedua buku itu belum bisa ia gunakan karena kurangnya pemahaman tentang dasar dari bahasa sihir.
Dengan semangat belajar, Wira bangkit dari posisi tiduran di atas perut Kinta dan berjalan ke arah altar Dungeon Core. Altar itu memancarkan cahaya lembut yang pas untuk membaca. Dengan menggunakan altar sebagai meja belajar, Wira duduk di atas balok kayu dan mulai membuka buku "Pengetahuan Dasar Belajar Bahasa Sihir".
Ia menarik napas dalam-dalam dan mulai membaca. Menggunakan teknik Rosasinsin, ia meningkatkan kinerja otaknya, membuat pemahamannya terhadap materi semakin tajam. Setiap kata yang tercetak di halaman buku terserap sempurna dalam ingatannya, membangun fondasi kuat tentang konsep dasar sihir dan rune.
Satu jam berlalu. Wira menutup buku setelah membalik halaman terakhir. Dengan penuh rasa syukur, ia mencium sampul buku tersebut. Ia sangat berterimakasih pada buku karena memberinya pengetahuan baru.
Ding!
[Selamat! Anda telah mencapai pemahaman maksimum tentang konsep dasar sihir.]
[Mendapatkan gelar: Apprentice Wizard, untuk pencapaian ini.]
Wira tercengang, tidak menyangka hanya dengan membaca buku panduan, ia berhasil mendapatkan gelar baru. Senyum puas terbentuk di wajahnya.
mohon berikan dukungannya