Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa Lalu
Miller ia adalah seorang anak laki-laki yatim-piatu juga sama sepertiku. Miller tinggal bersama dengan paman dan bibinya, namun ia tidak mendapatkan perlakuan baik dari kedua orang tua angkat yang mengasuhnya saat ini. Paman dan bibinya memiliki sifat yang sangat buruk kepada Miller. Mereka memperlakukan Miller seperti pembantu di rumahnya, namun anak tunggal dari kedua orang tuanya memiliki sifat yang sangat baik.
Ia selalu membantu Miller saat mengatasi masalah ataupun kesulitannya. Dahulu ... Miller adalah seorang anak lemah dan penakut, dia sangat suram sekali. Pertama kali aku melihatnya dia benar-benar seperti seorang pecundang yang tidak bisa mengubah dirinya. Aku berpikir kalau dia sebentar lagi akan hancur tak berdaya, namun ternyata dia memang anak yang mengejutkan. Sehingga membuatku tidak pernah berpikir lagi, dan sejak saat itulah aku mengajaknya untuk berteman.
Namun ... saat ini ... lagi-lagi Miller membuatku terkejut dengan perkataannya. Wajahnya yang dingin itu menatap wajahku tanpa ragu, dibalik sifatnya yang benar-benar berbeda ini dia terlihat sangat kecewa padaku.
"Miller ... kau ..." ucapku yang kemudian Miller segera memotong pembicaraanku yang belum sempat ku selesaikan.
"Aku tidak tahu apakah hanya aku dan kau saja atau ada orang lain. Jika ada, semoga orang itu adalah orang asing yang tidak mengenal kita," ucap Miller yang membuatku semakin berpikir dan kebingungan.
"Kau juga kembali ke masa lalu!" ucapku sambil menepuk pundaknya sambil tersenyum lebar, karena di masa depan aku sudah lama tidak melihatnya. Kalau tidak salah saat itu kami berpisah dalam keadaan yang tidak baik, tapi kali ini aku ingin membuat dia mengerti.
"Lepaskan aku ... aku masih tidak bisa menerima kebaikan seseorang," ucap Miller yang memalingkan wajahnya dihadapanku.
"Huft ... kau masih saja seperti itu ya. Sebelumnya aku ingin bertemu denganmu saat itu dan ingin membicarakan permasalahan kita di masa depan, tapi aku malah mati dengan tragis. Aku benar-benar minta maaf," ucapku dengan penuh penyesalan karena mengakhiri hubungan persahabatan kita.
Miller terdiam sejenak, dan berkata, "Kau tidak perlu berpikir seperti itu dan jangan meminta maaf kepada seseorang yang membunuhmu." Ucapnya yang lagi-lagi aku dibuatnya terkejut dan seketika emosiku tak terkendali. Aku langsung mencekik Miller dan dengan cepat Miller melepaskan diri.
Lalu kami memulai pertarungan, aku benar-benar sangat marah padanya. Aku benar-benar tidak menyangka kalau sahabat baikku ternyata adalah orang yang membunuhku di masa depan. Miller, aku benar-benar kecewa padamu, rasa kecewaku melebihi rasa kecewamu yang tak berdasar itu.
Buagh ... buagh ... aku melayangkan tinjuku dengan brutal seperti binatang buas, Miller juga mengerahkan kemampuan yang ia miliki. Pertarungan ini benar-benar luar biasa, kami berdua tidak goyah meskipun saling melukai satu sama lain. Namun pertarungan ini berakhir hingga Miller menunjukkan celahnya, dan aku segera memanfaatkan itu.
Buagh! Miller terpental dan tersungkur setelah menerima teknik uppercut milikku. Aku berjalan menghampiri dirinya dan hendak menghajarnya kembali sampai dia cacat atau bahkan mati. Sensasi ini ... aku sudah lama tidak merasakannya, sensasi yang telah ku lupakan semenjak aku berubah untuk menjadi orang yang baik setelah kematian kakek.
"Setelah itu ... aku bunuh diri," ucap Miller yang membuatku mengurungkan niatku untuk menghajarnya.
"Apa maksudmu?" ucapku yang masih kesal dan amarahku masih menggebu-gebu.
"Aku benar-benar menyesal dan juga aku terpaksa melakukannya meskipun aku juga sangat masih membencimu saat itu. Tapi begitu aku melakukannya, aku benar-benar tidak tega ... jadi ... aku bunuh diri seperti seorang pecundang." Ucap Miller yang tersenyum seakan-akan dia sedang menderita dan menangis.
Sejak dahulu ... aku memang selalu tidak peka dengan perasaan orang lain, karena itulah yang membuat hubungan persahabatanku dengan Miller berakhir. Aku memang payah jika harus memahami perasaan seseorang, karena aku hanya maniak bertarung.
Aku menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Aku sedang berusaha mengontrol amarah dan pikiranku saat ini yang benar-benar berantakan. Padahal belum ada sehari waktu kematianku dan aku masih dihantui dengan rasa penasaran saat itu, lalu hari ini Miller sahabat baikku datang dan mengaku bahwa dialah yang membunuhku. Hal itu benar-benar tidak bisa membuatku berpikir jernih sekarang.
Aku harus fokus terhadap perubahan sifat burukku. Walaupun aku masih sangat kesal dan marah dengan Miller, tapi aku mencoba untuk menjadi orang yang bisa paham situasi. Aku membantunya berdiri dan berjalan ke dalam rumahku untuk membicarakan hal yang serius.
"Aku butuh penjelasan darimu, sekarang!" ucapku yang masih kesal dengan mata yang melotot.
Kemudian Miller segera menceritakan semua hal yang terjadi sebelumnya. Mungkin ini adalah kisah yang panjang dan cukup membosankan untuk di dengar. Tapi inilah hal yang membuatku harus mengalami tragedi seperti ini. Semua ini di mulai dari satu hari yang menyakitkan dalam hidupku, hari yang benar-benar tidak bisa ku lupakan. Yaitu hari kematian kakek.
Jauh sebelum itu cerita ini di mulai dari saat aku menempati posisi pentolan di sekolahku. Aku adalah anak yang ditakuti oleh siswa manapun bahkan siswa dari sekolah lain. Aku benar-benar siswa yang paling nakal dahulu, hingga suatu saat aku kepikiran untuk menciptakan sebuah grup yang terdiri lebih dari sepuluh orang.
Aku yang biasanya bergerak sendirian untuk menghajar orang-orang kini bergerak dengan kelompok. Ku kira grup ini akan suram karena terdiri dari orang-orang kuat yang pernah ku kalahkan, tapi nyatanya tidak. Kami malah menjadi semakin dekat dan akrab dalam waktu yang cukup cepat.
Kemudian kami melakukan banyak hal seperti menghabisi satu sekolah hanya dengan jumlah grup yang hanya terdiri dari puluhan orang. Tentunya kami adalah orang-orang yang kuat dan tak terkalahkan, sampai-sampai kamu menjadi sekelompok ancaman warga sekitar pada takut jika melihat siswa dengan menggunakan seragam dari sekolah kami karena rumornya yang sudah buruk sekali.
Sampai suatu saat seharusnya aku tidak pernah melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan. Aku ... membunuh seseorang untuk pertama kalinya dalam hidupku, dan saat itu aku benar-benar merasa puas dan mendapatkan kesenangan setelah merenggut nyawa seseorang.
Kejadian itu seharusnya tidak pernah dilihat oleh orang lain. Namun saat itu ada seseorang yang melihat kejadian itu, yaitu kakekku. Kakek segera datang dan menghampiriku yang sedang berlumuran darah, darah dari orang yang ku bunuh dengan nafsuku sendiri.
"Astaga nak! apa yang kau lakukan!" teriak kakekku dengan wajahnya yang kecewa bercampur dengan kesal.
"Dialah kau, ini sama sekali tidak ada urusannya denganmu!" ucapku dengan wajah dingin dan kebencian terhadap kakekku.
Lalu tiba-tiba saja kakekku menampar wajahku dengan cukup keras. Saat itu aku benar-benar orang yang sensitif ... aku sangat kesal, amarah sudah tidak bisa ku kendalikan, aku benar-benar marah pada kakek. Aku segera menghajar kakekku dan membuatnya babap belur, kemudian setelahnya aku membiarkan kakekku yang tergeletak pingsan di sana sendirian.
Aku pulang ke rumah dalam keadaan lapar, aku pergi ke meja makan dan tidak ada makanan di atas meja. Jadi aku pergi tidur dan bangun di pagi hari untuk mengecek apakah sudah ada makanan di meja. Tapi makanan masih belum tersedia juga, emosiku yang tidak stabil kembali meledak, aku mengacak-acak rumah sampai berantakan hingga aku memecahkan kaca jendela karena kesal.
Akal dan pikiranku benar-benar sudah rusak saat itu. Aku benar-benar sudah tidak berprilaku layaknya seorang manusia normal. Seperti binatang buas yang dapat meledakkan emosinya kapan saja. Satu, dua, bahkan sudah seminggu lebih kakek tidak pulang, selama itu aku sudah pergi dari rumah dan berkumpul bersama anggota kelompokku.
Kami mencuri untuk kebutuhan pokok kami, tidak hanya mencuri bahkan kami sampai memukuli warga-warga sekitar dan merampok hartanya. Sampai suatu saat aku bosan berkeliaran terus dan akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku melihat ada seseorang yang berdiri di teras rumahku, ia terlihat seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.
Aku segera menghampirinya dan berniat untuk menghajarnya, "Akhirnya kau sudah pulang nak, kakekmu ..." ucapnya yang membuatku mengurungkan niatku untuk menghajarnya di depan rumahku. Begitu mendengar kata, "kakek" dari orang itu, aku terdiam sejenak dan mendengarkan perkataannya.
Dia sudah menunggu kedatanganku begitu lama sampai bolak-balik ke rumahku berhari-hari untuk memberi kabar tentang kakek. Dia mengatakan kalau selama kepergianku dari rumah, kakek sedang di rawat di rumah sakit saat itu. Hingga akhirnya hari ini dia mengatakan kalau kakek baru saja meninggal.
Saat itu ... yang pertama kali kupikirkan adalah ... tidak ada. Pikiranku benar-benar kosong dan tidak tahu harus berbuat apa setelah menerima kabar seperti itu. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku hanya berkata, "Lalu, aku harus berbuat apa?" ucapku dengan wajah tanpa dosa.
"Dasar bocah iblis kau! anak yang tidak tahu diri! kalau saja aku jadi kakekmu aku tidak pernah mau menerima kedatanganmu dan membiarkanmu mati di luar sana karena tidak ada yang mengurusi! padahal selama ini kakekmu menahan penyakitnya yang luar biasa demi cucunya, tapi kau malah bersikap seperti ini di hari kematiannya! benar-benar mengecewakan!" ucap orang itu sambil marah-marah kepadaku bahkan memukul wajahku dengan sangat keras.
Tapi saat itu ... bukannya marah seperti biasa, aku malah terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa. Pikiran dan hatiku benar-benar kosong saat itu, layaknya seseorang yang baru sadar dari tidurnya yang panjang dan tidak tahu apapun. Tapi yang ku tahu saat itu ... aku merasa ada yang aneh pada diriku, karena saat ini aku begitu tenang dan tidak bisa marah kepada orang ini.
"Apa maksudmu? jadi kakek bukan meninggal karena ku pukuli, tetapi karena sebuah penyakit penyakit?" ucapku dengan wajah heran karena aku sama sekali tidak tahu kalau kakek memiliki riwayat penyakit.
"Seharusnya kakekmu saat ini masih hidup dan bisa menjalani kehidupannya tanpa rasa sakit dan tanpa menanggung beban dari anak sepertimu!. Kalau saja bukan karena kematian orang tuamu yang meninggalkan begitu banyak hutang, kakek bisa menggunakan uang yang sudah dikumpulkannya selama ini untuk biaya operasi dan pengobatan untuk penyakitnya!. Tapi sayangnya uang itu malah digunakan untuk membayar utang orang tuamu dan harus mengurusimu yang masih kecil!" ucap orang itu yang banyak berbicara.
Tapi pikiranku benar-benar hening saat ini. Sementara orang itu terus berbicara, "Dia menggunakan sisa uangnya untuk menyekolahkanmu dan membiayai kebutuhan hidupmu! kau benar-benar anak yang mengecewakan!" ucap orang itu yang lagi-lagi aku masih berdiam diri.
Kemudian dengan tiba-tiba saja orang itu menyeretku dengan kasar. Aku hanya diam saja dan tidak memberikan respon, aku benar-benar membatu saat itu karena pikiranku yang kosong. Kemudian rintik-rintik air dari langit mulai berjatuhan memasahi kulitku.
Ternyata orang itu menyeretku sampai ke sebuah pemakaman, terlihat banyak orang yang baru saja pulang dari pemakaman. Sepertinya orang-orang itu baru saja berziarah. Aku terus di seret hingga akhirnya tubuhku di angkat dan di lempar ke suatu tempat, kemudian orang itu pergi meninggalkanku di tengah hujan yang mulai menderas.
Karena hujan, tanahnya jadi becek dan berlumpur, tubuhku penuh dengan lumpur sekarang. Kemudian saat aku mengangkat kepalaku, dan melihat ke depan, aku melihat sebuah batu nisan yang bertuliskan, "Talisman Eguere" nama itu ... adalah nama kakekku.
Kemudian perasaan aneh yang tidak bisa ku pahami semakin terasa. Aku sama sekali tidak pernah merasa sakit seperti ini sebelumnya, sakit ini berasal dari bagian dadaku. Aku membuka bajuku untuk melihat dadaku yang terasa sakit itu, namun dadaku terlihat baik-baik saja dan sama sekali tidak terluka.
Tapi rasa sakitnya mulai semakin terasa, dan pikiran tentang kakek menghantui pikiranku. Berbagi ingatanku tentang kakek mulai bermunculan di otakku sembari hatiku merasa sakit yang luar biasa. Aku tidak mengerti perasaan apa ini!? apa yang terjadi pada diriku? apakah seseorang melakukan sihir padaku!.
Lalu perkataan orang itu mulai memasuki pikiranku, perkataan mengenai kakek yang seharusnya bisa hidup sehat tapi uangnya malah digunakan untuk membayar hutang kedua orang tuaku dan membiayai kelangsungan hidupku.
Aku mulai tersadar, mengapa dadaku yang terasa sakit ini tidak terluka, itu karena aku merasakan penderitaan. Mengapa pikiranku memaksaku untuk mengenang kakekku selama hidup, itu karena penyesalan ku. Aku ... benar-benar seorang anak sekaligus cucu yang buruk, bahkan orang terburuk di dunia ini!.
"Kakek! akhirnya aku sadar! kakek! jangan tinggalkan aku! maafkan aku kakek! aku mohon kembalilah kek! kakek aku takut hidup sendirian! kakek tolong katakan bahwa ini hanya mimpi!"
Penyesalan dan rasa sakit yang tidak mungkin bisa ku hindarkan. Walaupun waktu sudah berputar kembali
sekalipun, rasa penyesalan dan rasa sakit di hari itu, benar-benar masih membekas begitu dalam dihatiku. Aku benar-benar hancur saat itu, benar-benar hancur dan berantakan.
Tapi ... cerita masa lalu ini masih belum berakhir.