seorang wanita muda yang terjebak dalam kehidupan yang penuh rasa sakit dan kehilangan, kisah cinta yang terhalang restu membuat sepasang kekasih harus menyerah dan berakhir pada perpisahan.
namun takdir mempertemukan mereka kembali pada acara reuni SMA tujuh tahun kemudian yang membuat keduanya di tuntun kembali untuk bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 6
suasana rumah yang sunyi, Ayana termenung, dan bayangan Ibu Iriana yang masih menghantui pikirannya. Di luar jendela, hujan mulai turun, menambah kesedihan suasana.
Ayana duduk di sebuah bangku kayu di tengah taman bunga mawar hitam dalam rumah kaca yang indah namun suram, seperti mencerminkan suasana hatinya. Angin sepoi-sepoi yang menelusuk masuk lewat jendela jendela kaca yang terbiarkan terbuka menggerakkan rambutnya. Dia menatap bunga-bunga itu dengan mata kosong, pikirannya melayang jauh ke masa lalu.
Suara notifikasi ponsel tiba-tiba memecah keheningan. Ayana merogoh sakunya, melihat layar ponsel. Sebuah pesan masuk. Ia membukanya dengan ragu.
Teks Undangan:
"Undangan Reuni Alumni SMA Negeri Bangsa"
Tanggal: Sabtu, Minggu ini
Lokasi: Grand Hall, Hotel Nirwana
Dress Code: Formal
Ayana menatap pesan itu dengan pandangan kosong, jemarinya bergetar pelan. Nama sekolah itu membawa kenangan lama yang mulai mengapung kembali ke permukaan.
Flashback kenangan SMA
Ayana remaja terlihat tertawa bersama Biantara di sebuah bangku taman sekolah. Mereka tampak bahagia, saling berbagi cerita. Wajah Bian tersenyum lembut, membuat hati Ayana hangat.
Kembali ke masa kini. Ayana menarik napas panjang, mencoba mengusir bayangan Biantara dari pikirannya. Namun, hatinya terasa sesak.
Ayana berbicara pada dirinya sendiri, dengan suara lirih
"Kenapa sekarang? Setelah semua ini… apa aku harus datang?"
Ayana berdiri perlahan, berjalan ke arah salah satu mawar hitam yang sedang mekar. Ia memetiknya dengan hati-hati, lalu menatap kelopak bunga itu. Sebuah air mata jatuh ke tangannya.
Suara langkah kaki mendekat. Maid muncul dari balik taman, membawa secangkir teh hangat.
Maid dengan suara lembut
"Nona Ayana, teh Anda. Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran Anda?"
Ayana tersenyum tipis, menyembunyikan kegelisahannya
"Tidak apa-apa. Hanya sebuah undangan reuni… sesuatu dari masa lalu."
Maid menatap Ayana dengan khawatir
"Masa lalu memang terkadang sulit dilupakan, Nona. Tapi mungkin reuni ini adalah kesempatan untuk menutup cerita lama dan melangkah ke depan?"
Ayana menghela napas, menatap mawar hitam di tangannya, lalu menatap jauh ke arah langit mendung. Suasana hati yang rumit tergambar di wajahnya.
Malam harinya Ayana duduk di depan meja riasnya. Sebuah gaun formal tergantung di sampingnya, seolah menunggu untuk dipilih. Dia memandangi refleksinya di cermin, terlihat ragu dan penuh pertimbangan.
Sebuah suara dalam pikirannya mulai berbicara, seolah-olah itu adalah dirinya yang lain.
Suara Hati Ayana:
"Kalau aku datang, apakah aku bisa menghadapinya? Apa aku siap bertemu dengan… dia?"
Ayana memejamkan mata, mencoba menghapus kekhawatirannya. Namun, bayangan Biantara terus muncul di pikirannya. Dia teringat bagaimana mereka berpisah, dan bagaimana luka itu belum sepenuhnya sembuh.
Ayana berbisik pada dirinya sendiri
"Sudah tujuh tahun… apa aku akan terlihat lemah kalau datang? Atau… mungkin ini saatnya."
Devano tiba di rumah. Dia membuka pintu kamar perlahan, menyadari ekspresi Ayana yang tidak biasa. Devano mendekat dengan hati-hati.
"Ayana, kamu baik-baik saja? Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu." Devano
Ayana tersenyum tipis, berusaha menutupi kegelisahannya.
"Aku dapat undangan reuni SMA. Sabtu ini."jawab Ayana
Devano tersenyum hangat, mencoba memberi semangat.
"Itu kesempatan bagus, kan? Untuk bertemu teman lama, bernostalgia… atau mungkin… menutup masa lalu yang belum selesai?" sedikitnya devano tau bahwa cinta yang tak bisa di lupakannya adalam seseorang yang selalu bersamanya saat masa Sekolah Menengah Atas.
Meski sedikit merasa tidak nyaman untuk membiarkan Ayana menghadiri acara reuni yang mungkin bisa terjadi pertemuan antara keduanya. Namun devano berusaha untuk tidak egois dan tidak membatasi kebebasan Ayana, toh Ayana tetap miliknya, tetap istrinya tidak akan merubah apapun sekalipun mereka bertemu,pikir devano bijak.
Ayana terdiam, menatap refleksi Devano di cermin. Kata-kata Devano menembus pikirannya, membuatnya semakin bimbang.
'menutup masalalu yang belum selesai ya'fikirannya semakin tak karuan.
--------
Akhir pekan telah tiba, Ayana telah tiba satu hari yang lalu di jakarta namun bukan pulang ke tempat ibunya, melainkan rumah raka kakaknya.
Ayana tau urusannya akan semakin rumit jika ibunya tau dirinya menghadiri acara reuni SMA yang memungkinkan terjadi pertemuan antara dirinya dan Biantara.
Ayana memandang ke arah gaun formal yang tergantung di sebelahnya. cermin besar itu menyorot wajahnya yang penuh emosi campur aduk. Adegan berakhir dengan Ayana menghela napas panjang, namun tidak memberikan jawaban pasti apakah dia akan pergi atau tidak.
Grand Hall Hotel Nirwana – Malam Reuni
Ayana melangkah masuk ke dalam ballroom yang penuh dengan cahaya lampu kristal. Para alumni SMA Negeri Bangsa terlihat bercengkrama dengan hangat, beberapa tertawa, beberapa memeluk teman lama mereka. Ballroom hotel itu tampak mewah, dihiasi dengan bunga-bunga segar dan meja-meja berlapis kain putih. Di tengah ruangan, terpampang layar besar yang menampilkan slideshow kenangan masa sekolah.
Ayana mengenakan gaun biru tua yang elegan namun sederhana. Di sampingnya, Jihan, sahabat terbaiknya, terus memberikan dukungan dengan senyum ceria.
Jihan berbisik, dengan nada menggoda
"Lihat kamu, Ayana. Sudah cantik begini, masih gugup juga? Tenang aja, nggak ada yang bakal nyentuh kamu."
Ayana tersenyum tipis, tapi kegugupan jelas tergambar di matanya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan hatinya.
Ayana berbisik balik
"Aku nggak tahu, Jihan… Kalau dia datang, gimana aku harus bersikap?"
Jihan menepuk bahu Ayana dengan lembut, berusaha menenangkan.
"Kita lihat saja nanti. Jangan terlalu dipikirin. Nikmati dulu acaranya." tenang Jihan
Suasana semakin ramai. Beberapa teman satu sekolah mulai saling menyapa dan bergabung di meja Ayana dan Jihan. Topik obrolan semakin beragam, mulai dari pekerjaan hingga keluarga. Namun, percakapan akhirnya beralih ke sponsor acara ini.
Teman 1:
"Siapa sih yang mendanai reuni kali ini? Ini luar biasa banget, kan? Hotel bintang lima!"
Teman 2:
"Aku dengar katanya salah satu dari kita yang sekarang jadi pengusaha sukses. Ada yang tahu siapa?"
Teman-teman mulai berspekulasi, tapi Ayana tetap diam. Dia hanya mendengarkan sambil sesekali tersenyum. Namun, pikirannya terus berkecamuk.
"Jangan-jangan… Biantara?" Ayana dalam hati
Tiba-tiba salah satu teman di meja itu, yang terkenal suka bercanda, mulai menggoda Ayana.
Teman 3:
"Eh, Ayana. Gimana rasanya, nih, ketemu mantan pacar pertama? Kalau dia benar yang sponsori acara ini, berarti dia sukses besar dong sekarang."dengan nada bercanda, Biantara memang telah tersohor sebagai anak orang kaya sejak semasa SMA.
Ayana tersentak, meskipun berusaha tetap terlihat tenang. Namun, wajahnya memerah sedikit. Jihan langsung memasang ekspresi protektif.
Jihan:
"Ah, udahlah, jangan usik masa lalu orang. Lagian, itu udah bertahun-tahun yang lalu, kan?"
Teman 3:
"Ya, aku cuma bercanda kok. Siapa tahu Ayana malah seneng kalau ketemu lagi. Nostalgia sedikit kan nggak masalah, ya, Na?"
Ayana hanya tersenyum kaku, tidak tahu harus menjawab apa. Namun, dalam hatinya ada kegelisahan yang tidak bisa dia abaikan. Dia melirik ke arah pintu masuk ballroom, berharap sekaligus takut melihat sosok Biantara muncul.