Bram, lelaki yang berperawakan tinggi besar, berwajah dingin, yang berprofesi sebagai penculik orang-orang yang akan memberi imbalan besar untuk tawanan orang yang diculiknya kali ini harus mengalah dengan perasaan cintanya.Ia jatuh cinta dan bergelora dengan tawanannya. Alih-alih menyakiti dan menjadikan tawanannya takut atas kesadisan. Dia malah jatuh cinta dan menodai tawanannya atas nama nafsunya. Ia mengulur waktu agar Belinda tetap jadi sandranya. walaupun harus mengembalikan uang imbalannya dan ancaman dari pembunuh bayaran ketiga, dia tidak peduli. malam itu dia menodai Belinda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CACASTAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BIBIT UNGGUL: BRAM DAN BELINDA
Bram menatap wajah Belinda, gadis ini cantik sekali, kalau nanti anaknya perempuan pasti akan secantik Belinda. Bahkan kalau anaknya laki-laki sekalipun akan berparas cakep seperti Belinda.
Belinda adalah perpaduan wajah khas Eropa dan eksotik Asia dia memiliki hidung mancung, bibir mungil, kulit putih. Badannya sintal dan tinggi. tubuhnya seperti gitar spanyol. Perutnya yang datar, kakinya jenjang seimbang antara betis dan pahanya. Jemarinya lentik. Kulitnya putih bersih. Kukunya bersih dan rapi. Giginya berjejer rapi, ada gingsul dua di kiri kanan, dan bibirnya berwarna pink walaupun sering memakai lipstik berwarna peach. rambutnya hitam kecoklatan. Matanya bulat besar seperti gadis-gadis manga, kornea matanya berwarna coklat. Bulu matanya lentik dan alis tebal di atasnya. Bahkan garis urat di lehernya pun memiliki kesan yang indah. Dia memiliki keindahan fisik yang didambakan dimiliki banyak wanita. Bahkan Deborah, artis papan atas di negaranya pun tidak secantik Belinda menurut Bram. Bram agak mengangkat badannya kembali, ia melirik dua cekungan di dada Belinda, dan ini yang paling disukainya. cekungan itu begitu pas dan indah dilihatnya, tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil, pas. Belinda perpaduan kecantikan perempuan dunia dsn keindahan bidadari di surga.
Bram menarik badannya kembali, lalu menekan bagian kaki Belinda, membuat Belinda sedikit mengangkang dan paha merek saling beradu. Bram berusaha menekan badannya ke dalam badan Belinda.
"Honey."
"Yaa sayang."
"Nanti bayinya terjepit di perut."
"Kan belum tentu hamil, Belinda."
Bram menekan kembali badannya ke dalam badan Belinda yang kecil. Kini berat badan Bram bertumpu pada Belinda yang bertubuh kecil.
Bram mencium rambut Belinda tiga kali, keningnya, kedua matanya, dan pipinya.
Bram menciumi cekungan di dada Belinda, diturunkannya baju Belinda sehingga cekungan itu menonjol keluar. Cekungan yang tertutup bra berenda. Bram menciuminya, mulut Bram menghisapnya perlahan. Sementara pahanya mengapit erat kedua paha Belinda. Belinda tak berkutik. Dia kegelian. Belinda memejamkan mata. Sambil memegangi dada Bram. Bram masih menghisap cekungan di dada Belinda, kini yang sebelah kanan dilakukannya.
Diangkatnya kepalanya kembali di tatapnya Belinda. Bram mencoba menekan dengan kuat badan Belinda. Bagian tengah badannya mendesak mencoba mendorong. Belinda merasakan ada dorong yang menekan bagian di bawah perutnya.
Bram menyudahinya dengan mencium kening Belinda. Ia mengangkatnya badannya. Menyisakan badan Belinda yang sesak karena ditindihnya tadi.
Bram lalu berdiri, ia juga membantu Belinda bangun. Belinda duduk di atas rumput yang tadi mereka tiduri. Belinda merapikan baju dan rambutnya.
Bram melanjutkan menebang kayu, beberapa ayunan kapak membuat kayu itu terbelah, ia memotong menjadi potongan kecil dan sedang. Lalu, ia membereskan kayu dan ranting yang sudah didapatnya. Ia mengumpulkannya jadi satu, lalu mengikatnya.
Ditariknya tangan Belinda untuk bangun.
"Ayo kita kembali ke pondok."
Belinda langsung bangun sambil memonyongkan bibirnya, dia mengira Bram akan mengulang permainan lagi tadi, dengan alam sebagai saksinya. Alam menyaksikan percintaan keduanya. Bram tersenyum pada Belinda yang terlihat tidak puas dengan adegan secuil yang dia buat tadi bersama Belinda.
"Nanti, yah, Nona, aku capek sekali."
"Nanti aku akan memuaskanmu sampai kau kewalahan."
"Aku sekarang agak capek"
Belinda mengikutinya dari belakang. Bram meliriknya, lalu mengulurkan tangannya pada Belinda dan Belinda meraihnya, sedikit berlari kecil ia mengikuti Bram yang memiliki langka besar.
*Heii, kamu sudah keluarlah bawa kayu-kay dan kapak itu, cepat!"
"Yaa, bos!"
Kaki tangan Bram itu lalu keluar dari balik pohon, sedari tadi ia bersembunyi dari balik pohon. Ia menelan ludah saat melihat adegan percintaan bosnya dan nona kekasih bosnya.
Ia awalnya buang air kecil, lalu saat mau berbalik ke tempat bosnya ia mendapati bosnya sedang berpelukan dengan gadisnya, jadinya ia bersembunyi, awalnya tidak mau melihat, tapi, akhirnya ia mengintip mereka berdua. Bosnya bagai dimabuk kepayang dan seperti kehilangan jati diri sejak bertemu gadis itu. Belum pernah ia melihat bosnya selembut itu pada wanita. Gila bosku bisa berubah, batinnya. tapi memang kedua pasangan itu serasi. Bosnya berwajah tampan, dia memiliki fisik yang bagus, tingginya 180-an berbadan atletis. walaupun mukanya terkadang terlihat sangat, bosnya memiliki wajah yang tampan. Bosnya berkulit agak kecoklatan dilihatnya, terlebih akhir-akhir ini, namun justru kulitnya itu membuat dia kelihatan jantan sebagai lelaki. Apalagi bila bosnya memakai jas tuxedo, alamak beberapa perempuan banyak yang melirik. bosnya dan nona gadis itu pasangan serasi walaupun latar kehidupannya bertolak belakang.
Apalagi bila melihat pemandangan sekarang bosnya menggandeng jemari tangan nona itu. Mereka seperti pasangan telenovela yang sedang dimabuk cinta. Bosnya yang tampan dan nona kaya raya yang cantik jelita.
Dia mengutuki nasibnya yang tidak beruntung dalam percintaan, bahkan seorang janda sekalipun tidak mau padanya. Mukanya buruk rupa, dulu dia pernah disiram air keras, hingga wajahnya sebagian rusak. Untunglah bosnya menerimanya sebagai kaki tangan ditengah penderitaannya. Jadilah sekarang dia hidup hanya mengabdi untuk bosnya. Sampai mati pun ia akan setia pada bosnya, Bram.
Dipikulnya kayu dan ditentengnya kapak itu, ia mengikuti mereka, menuju arah jalan ke pondok.