NovelToon NovelToon
Ellisa Mentari Salsabila

Ellisa Mentari Salsabila

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Pengganti / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:704
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

"Syukurlah kau sudah bangun,"

"K-ka-kamu siapa? Ini… di mana?"

"Tenang dulu, oke? Aku nggak akan menyakitimu.”

Ellisa memeluk erat jas yang tadi diselimuti ke tubuhnya, menarik kain itu lebih rapat untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.

"Ha-- Hachiiih!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

memandang Ellisa

Sam memandang Ellisa yang berdiri di depannya, menggigil kedinginan sambil memegang erat jas miliknya yang kini menutupi tubuh gadis itu.

Tatapannya tanpa sadar menelusuri dari ujung kepala hingga ujung kaki, memperhatikan detail yang tampak sederhana namun memikat.

Rambut cokelat Ellisa dikepang ke belakang, jatuh hingga di bawah pundaknya. Di balik jas yang membungkus tubuhnya, dress putih sederhana yang hanya mencapai lutut sedikit terlihat, memberi kesan polos namun anggun.

Kakinya mengenakan flat shoes yang kini agak basah, dipadukan dengan kaus kaki pendek yang berhenti di mata kaki.

Kulitnya bersih dan tampak terawat, seperti cerminan seorang gadis yang berasal dari keluarga penuh kasih.

“Kenapa kamu melihatku seperti itu?” suara lembut Ellisa memecah lamunannya.

“Oh?” Sam segera tersadar dari pikirannya. Ia mengalihkan pandangannya dengan canggung, lalu menggaruk pipi dengan ujung jari telunjuk. “Maaf, aku nggak bermaksud menilaimu atau membuatmu nggak nyaman. Aku hanya… penasaran. Kau dari mana sebenarnya?”

Ellisa menatapnya dengan tatapan bingung dan sedikit waspada. “Kenapa kamu membawaku ke sini? Aku benar-benar kedinginan,” jawabnya dengan suara serak.

"Kamu pingsan tadi," jawab Sam mudah.

Ellisa menarik lebih erat jas yang membungkus tubuhnya, “Bisakah kamu meminjamiku pakaian? Aku nggak bisa terus seperti ini.”

“Ah, maaf. Aku nggak bermaksud membuatmu semakin kedinginan. Tentu saja, tunggu sebentar. Aku akan bawakan baju ganti untukmu.”

Sam segera menekan tombol pada earphone-nya, menghubungi Asisten No.2

Suaranya terdengar tegas namun tetap tenang. “Two, bawakan gue sepasang baju ganti. Cepat!”

"Siap, Bos Sam!” sahut Two di seberang.

Sam Adhipati.

Pria lajang berusia 30 tahun, dikenal sebagai sosok pekerja keras dengan visi tajam dalam dunia teknologi gaming.

Sebagai CEO dari startup inovatif yang sedang berkembang pesat, ia jarang memiliki waktu luang, tetapi malam ini ia mendapati dirinya dalam situasi yang tak biasa. Berhadapan dengan seorang gadis yang basah kuyup dan membutuhkan bantuan.

Sambil menunggu, Sam berdiri di samping pintu, melipat tangan di dadanya. Jari-jarinya tanpa sadar mengetuk-ngetuk lengannya, sebuah kebiasaan yang muncul saat ia mencoba menghitung waktu dalam pikirannya.

Matanya sesekali melirik ke arah Ellisa yang sedang duduk di kursi. Ada sesuatu tentang gadis itu yang membangkitkan rasa ingin tahunya, meski ia sendiri tak sepenuhnya memahami apa.

Ketukan pelan terdengar di pintu. Seorang pria bertubuh kekar dengan jas hitam berdiri di ambang pintu.

“Ini, Bos. Pakaiannya,” kata Two.

“Oke, thanks. Good job, Two.”

Setelah Two pergi, Sam memberikan pakaian itu kepada Ellisa. “Ini, pakaian ganti. Kupikir ini akan lebih nyaman untukmu. Kalau perlu bantuan atau butuh apa pun, panggil saja aku,” ucap Sam sambil meletakkan pakaian itu di tepi ranjang.

Ellisa menatap Sam dengan sedikit ragu. “Terima kasih,” katanya pelan.

Sam mengangguk singkat, “Aku akan keluar sebentar supaya kamu punya ruang untuk berganti pakaian."

Sam keluar dan menutup pintu kamar tamu yang dipakai oleh Ellisa.

Ellisa berdiri mematung sejenak sambil memandang kaos pria berwarna abu-abu yang tergantung di tangannya.

Ukurannya jelas terlalu besar untuk tubuhnya yang mungil, tetapi itu satu-satunya pilihan. Ia menarik napas dalam-dalam dan menggumam pelan, "Ini… kaos pria? Aku belum pernah memakainya."

Meski merasa canggung, Ellisa akhirnya mengenakannya. Kaos itu menjuntai hingga hampir menyentuh lututnya.

Setelah selesai, ia melepaskan kepangan rambut cokelatnya yang sudah basah kuyup. Dengan handuk yang diberikan Sam, ia mulai mengusap rambutnya perlahan, gerakannya seirama dengan gumaman yang terlepas tanpa sadar dari bibirnya.

"Sebenarnya, aku di mana? Kenapa aku bisa ada di sini?" tanyanya pada diri sendiri.

Ia memandang cermin yang tergantung di sudut kamar, menatap pantulan wajahnya yang terlihat lelah tetapi tetap memancarkan kecantikan alami.

Namun, tangannya tiba-tiba terhenti. Sebuah sensasi tak nyaman menyergap dadanya, seperti ada beban yang semakin berat.

Ellisa menunduk dengan wajah gelisah, merasakan tekanan di dadanya yang semakin mengencang.

"Ugh! Dadaku mulai kencang… Aku nggak bisa lama-lama di sini. Aku harus pulang," desahnya, setengah panik.

Saat itu juga, ia menyadari sesuatu yang membuat darahnya berdesir. Dua titik basah mulai tercetak di bagian depan kaos yang ia kenakan. Asinya mulai merembes.

"Astaga," gumamnya, wajahnya memerah karena malu. "Di sini… mana ada bayi? Aku butuh bayi," bisiknya cemas, tangannya refleks mencoba menutupi noda yang semakin membesar.

Rasa sakit yang menusuk mulai terasa di dadanya. Ellisa menggigit bibir, mencoba menahan perasaan yang semakin tak tertahankan.

“Emh! Sakit juga kalau nggak segera disalurin. Tapi gimana?” pikirnya keras.

Ia memutar otak, mencari solusi di tengah rasa panik. Tapi, situasi ini bukanlah hal yang mudah baginya.

Ia sudah terbiasa membantu anak-anak panti dengan memberikan ASI-nya, tetapi kali ini, ia berada di tempat asing, tanpa bayi, tanpa bantuan, dan tanpa tahu harus berbuat apa.

"Haruskah aku bilang? Tapi… itu pasti canggung banget. Gimana kalau dia menganggapku aneh? Ah, kenapa ini semua harus terjadi sekarang?" Ia meremas tangannya dengan gelisah, mencoba menenangkan diri.

Dari luar kamar, terdengar suara tangisan bayi yang samar-samar. Ellisa yang sedang duduk gelisah langsung menoleh ke arah pintu, ekspresi wajahnya berubah penasaran.

"Apa aku nggak salah dengar?" gumamnya, mencoba memastikan.

Tangisan itu semakin keras, terdengar memohon dan penuh kebutuhan. Seolah-olah bayi itu sedang meminta sesuatu dengan sangat mendesak.

"Benar. Itu bayi. Tapi… apa yang harus aku lakukan? Aku harus menenangkannya. Tapi… gimana caranya?" pikir Ellisa panik, tangannya tanpa sadar memegang erat bagian depan kaosnya yang mulai basah lagi.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka perlahan. Seorang wanita paruh baya berpakaian koki masuk dengan mendorong troli berisi makanan.

Senyumnya ramah, tetapi belum sempat ia bicara, Ellisa langsung mengangkat tangannya, memberikan isyarat agar wanita itu berhenti.

"Ja—jangan mendekat! Berhenti di situ!" kata Ellisa dengan nada tegas namun gugup.

Wanita itu menghentikan langkahnya, bingung dengan permintaan mendadak Ellisa. "Maaf, Nona. Memangnya ada apa?" tanyanya sopan, meski sedikit cemas.

Ellisa masih membelakangi wanita itu, tubuhnya kaku seperti mencoba menyembunyikan sesuatu.

Dengan suara pelan tapi mantap, ia bertanya, "Apa di sini… ada bayi?"

Wanita itu tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. "Bayi? Oh, mungkin yang Nona dengar adalah tangisan putri Bos Sam. Tapi tenang saja, sepertinya sudah ditangani oleh Asisten No. 3. Dia sedang membuatkan susu untuk si kecil."

Mendengar itu, Ellisa langsung menoleh sedikit, matanya penuh harap. "Putri Bos Sam? Apa aku bisa… maksudku… bisakah kamu membawanya ke sini? Tolong, aku hanya ingin menenangkannya. Aku—aku punya cara agar dia berhenti menangis."

Wanita itu terlihat ragu. "Membawanya ke sini, Nona? Saya harus meminta izin dulu kepada Bos Sam."

"Baik, aku mohon, sampaikan padanya. Katakan ini penting," pinta Ellisa, suaranya terdengar tulus dan mendesak.

Wanita itu mengangguk. "Baiklah, saya akan berbicara dengan Bos Sam terlebih dahulu. Tapi... Nona, apakah Anda baik-baik saja? Kenapa membelakangi saya?"

Ellisa terdiam sejenak, lalu menjawab dengan nada pelan, "Aku… tidak apa-apa. Aku hanya… lebih nyaman begini. Maaf, jika ini membuatmu bingung."

Wanita itu tersenyum simpul meski tak sepenuhnya mengerti. "Tidak apa-apa, Nona. Saya akan segera kembali setelah berbicara dengan Bos Sam."

"Te—terima kasih. Maaf sudah merepotkanmu," ucap Ellisa dengan nada menyesal.

Wanita itu keluar dari kamar dengan langkah cepat, meninggalkan Ellisa yang masih berdiri di tempat.

Tangisan bayi di kejauhan terus terdengar, menambah rasa gelisah di hati Ellisa. Ia memandang pintu yang baru saja tertutup rapat, berharap permintaannya akan segera terpenuhi.

Dengan napas tertahan, ia bergumam pelan, "Aku harus membantu bayi itu. Ini satu-satunya cara… untuk meredakan rasa sakit ini."

1
Serenarara
Tolong selametin Esa dok. Esa aset berharga bagi banyak wanita. /Whimper/
Serenarara
Nah loh, masih idup nggak tuh adiknya? Takutnya kalian santai-santai, jasad adiknya udah dikubur di belakang asrama lagi.../Scream/

BTW gantian ke cerita ku ya Thor. Poppen. Like dn komen kalo bs. /Grin/
Miu Nh.: lah, jadi horor donk kak ceritanya.

Itu sebenarnya adekny Kak Esa udh ada di dpn mata. Cuman, di depan mata siapa 🤭 coba tebak...

oke, aku meluncur ke Poppen~
total 1 replies
Serenarara
Salah bgt nyelesain masalah dengan maaf2an lbh dulu. Selesain dulu akar masalahnya, validasi mana yg benar, koreksi mana yg salah. kalo udah pada tau salahnya baru suruh minta maaf. kalo gini mah cm lama2in dendam doang.
Miu Nh.: Masalah dan kenakalan Alana masih belum bisa selesai. Kesalahan Sam krna dia lebih memilih jalur 'instan' itu dgn harapan tak ingin masalah itu terulang lagi.

Dan Sam tidak bisa dibenarkan disini. Bahkan Esa lebih membela Alana dn Alana juga gk mau disuruh minta maaf gitu doank.

Terima kasih kak udh mau kritis mengikuti cerita aku 🤗
total 1 replies
Tara
wah bisa menyusui tanpa punya suami dan masih perawan..mantap...itu keberuntungan atau kutukan...🤔🫣👏
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 terimakasih bintangnya...
ugh, bagi Ellisa sendiri itu kutukan 🥲
total 1 replies
Bu Kus
kelebihan yang luar biasa
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 terima kasih udah ngikutin cerita ini, semoga lanjut baca terus...
total 1 replies
Serenarara
Kok idenya unik.
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 semoga sukka...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!