Sakit rasanya ketika aku menyadari bahwa aku hanyalah pelarianmu. Cinta, perhatian, kasih sayang yang aku beri setulus mungkin ternyata tak ada artinya bagimu. Kucoba tetap bertahan mengingat perlakuan baikmu selama ini. Tapi untuk apa semua itu jika tak ada cinta untukku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zheya87, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, kulirik jam dinding pukul 17.05. Aku bergegas mengemas perlengkapan kerja bersiap-siap untuk pulang. Tanpa menunggu lama Roy juga keluar dari ruangannya berpapasan denganku.
"Dara, tunggu aku di lobby, aku masih ada keperluan sebentar "
"iya, jangan lama ya "
"oke"
Tidak sampai 10 menit aku menunggu, Roy sudah tiba di depanku. Muka sangat serius seperti baru saja marah. Tapi dia langsung tersenyum begitu menatapku, sangat teduh kurasa. Ya Tuhan aku sangat merindukan senyuman itu. Egois kah aku jika kunikmati pemandangan ini?
" ayo, kita langsung jalan ya "
"kemana?"
"rumah ku, mama sudah menunggumu"
"hah?" aku kaget bukan main, ini tidak masuk dalam prediksiku kemana dia mengajakku
"ga papa ya agak malam pulangnya, mama sudah lama menunggu kamu "
"tapi..."
"aku sudah mengabari ibu kamu kok"
"masa sih?" aku kurang yakin, bukan apa-apa tapi memang karena sudah cukup lama aku tak berkomunikasi dengan Roy apalagi ibu atau adik-adikku
"ga percaya? Nih ... Silahkan telpon sendiri " Roy meyakinkan aku dengan menyodorkan handponenya.
Aku terdiam cukup lama, mencerna apa sebenarnya dipikiran pria ini.
" ga usah ragu gitu dong Dar, kamu ga kangen aku ya? Ga kangen mama?"
" kangen sih, banget malah" aku tersenyum menyambut uluran tangan Roy
Akan kunikmati momen ini, ingin kujadikan kenangan indah, siapa tau Roy menjauh lagi.
" nah senyum gitu kan cantik, dari tadi cemberut mulu sih " Roy menggodaku
Akhirnya aku menyetujui ikut pulang ke rumah Roy, sudah sangat lama aku tak berkunjung ke rumah megah ini. Terakhir kali ketika kelulusan SMA. Saat itu setelah menerima amplop pengumuman kelulusan kami diundang mamanya ke rumah Roy makan-makan, acara yang sangat hangat karena termasuk acara perpisahan.
Lamunanku buyar ketika Roy memasuki gerbang rumahnya.
Tampilan rumah masih sama belum ada yang berubah, yang berbeda adalah pak satpamnya bukan yang dulu lagi.
" Roy, mang udin kemana? " tanyaku kala kulihat orang asing yang membukakan pintu gerbang
" pulang kampung Dar, katanya pengen menikmati masa tuanya di pedesaan" jawab Roy
" oh .....
"yuk masuk" ajak Roy
Aku melepas seatbelt ku, dan mengikuti langkah kaki Roy menuju rumah.
kami berjalan beriringan, tampak mamanya Roy telah menunggu di depan pintu
" sayang, mama rindu banget nih " mama Roy menyambutku dengan pelukan seolah aku anak kandungnya yang lama tak bertemu
" sama tante Dara juga rindu banget"
"Rindu suasana rumah ini, rindu pelukan tante juga " aku mendekap erat mamanya Roy
Terasa nyaman dalam pelukan wanita paruh baya itu. Aku semakin tidak enak hati diperlakukan seperti ini, orang yang selama ini kuhindari ternyata masih sangat menyayangiku seperti dulu
" kenapa ga pernah main lagi ke rumah nak? padahal jarak coffeshop Arini ke rumah dekat loh" protesnya lagi
"maklum tante, cofee shop ka Arini rame terus, setelah close malam Dara kecapean tante, jadi langsung pulang belum lagi Dara juga harus belajar, ngerjain tugas kuliah kadang-kadang juga bantu ibu jualan kalo hari libur. Maaf ya tante ?" aku ngomong panjang lebar
" ga papa nak, yang penting sekarang kamu udah bersedia diajak kemari jenguk mama"
Mama Roy sering menyebut dirinya mama kalo ngomong denganku, aku masih tidak enak aja tetap dengan sebutan tante.
Roy memandang keseruan kami ngobrol, ada saja yang kami obrolin dari resep masakan hingga tanaman bunga. Merasa diabaikan Roy beranjak ke atas lantai dua, mungkin ke kamarnya.
Aku hampir lupa waktu ngobrol bareng mamanya Roy, kalau bukan Roy datang nimbrung.
" mah, udah malam Dara kok ga diajak makan malah diajak curhat sih " ucap Roy sambil duduk di sampingku.
" aduuh, maaf maaf sampe lupa padahal mama masak banyak . Mama tadi mencoba resep masakan baru nanti kamu cicipi ya "
" ayo " lanjut mamanya Roy lagi
Aku mengukuti langkahnya dari belakang beriringan dengan Roy
" jangan mepet-mepet dong Roy aku gerah nih belum mandi, kamu tuh udah seger banget " kataku kala Roy mau menggandeng tanganku.
"ga kok, masih harum gini cantik lagi, ya kan mah?"
" hhe kamu ini selalu menggoda Dara seperti itu, nanti setelah makan ajak Dara ke kamar tamu mama udah siapkan pakaian untuk Dara.
"hah? " aku kaget mendengar penjelasan mamanya Roy
" bukan apa-apa kok Dar, kebetulan banyak bajunya Arini tertinggal di sini, nah mama pinjam satu buat kamu. Malah kata Arini buat kamu aja semua baju bajunya di lemari " ungkap mamanya Roy lagi.
" tante Dara jadi ga enak ni... "
" santai aja kalee..." jawab Roy
Aku semakin tidak enak hati dengan keluarga ini, ada apa sebenarnya? perasaanku semakin gelisah.
Sehabis makan malam, mamanya Roy pamit masuk kamar, aku diantar Roy ke kamar tamu untuk membersihkan diriku. Kulihat Roy ikut masuk ke kamar sambil mengernyitkan kening aku bertanya apa maksudnya.
" ngapain kamu ikut masuk? "
" ye gapapa lah Dar ntar juga kamu terbiasa kita hidup bersama"
"ga, keluar kamu" sambil aku mendorong Roy keluar kamar
Kamar tamu di rumah Roy lumayan luas ga ada lemari tapi ada meja hias, tampak sepasang baju terletak di atas kasur. Aku tersenyum , itu adalah baju bagus dan mahal, aku mana mampu beli baju begitu. Kali ini aku ingin menikmati kebaikan keluarga Roy, semua fasilitas yang mamanya sediakan aku gunakan termasuk skincare yang di meja rias.
Roy mengetuk pintu kamar ketika aku selesai.
" Dar, buka dong aku mau ngomong serius nih "
" kenapa? Ucapku setelah membuka pintu kamar
Roy masuk dan menarik tanganku duduk di atas kasur , wajahnya sangat serius . Tiba-tiba dia memelukku erat sambil terisak.
" hey, kamu kenapa? " ucapku heran
Roy makin menundukkan kepalanya dalam bahuku
"Kenapa?" tanyaku dengan lembut
"Ada masalah? hmmm? " ku usap pelan bahunya
" kamu ga malu nangis begini depan aku? Hmm?" aku menggoda Roy lagi.
Roy mendongak menatapku tampak matanya memerah, kutatap dalam dalam wajahnya tampak tirus berbeda dengan pertemuan terakhir kala masih di kampus dulu. Aku tak sadar ternyata Roy agak kurusan, apakah yang terjadi ?
" sengaja aku masuk kamar, aku mau nangis sepuasnya di bahumu. Begitu lama aku memendamnya sendiri Dar kamu menjauh sehingga aku tak ada tempat berbagi susah senang. "
" hey, aneh banget kamu? Emang aku doank teman kamu? "
" kamu itu cowok populer Roy, kamu baik, pintar ganteng, banyak teman. Kamu punya segalanya dibanding aku. Ngapain kamu sedih begini? Heh? Putus cinta? Gampang cari aja lagi. Banyak kok yang mau sama kamu." panjang lebar candaku untuk menghibur Roy.
Roy menatapku. Intens.
"Termasuk kamu?"
" hah?" aku tergagap.
"iyakan Dar? Termasuk kamu? Kamu juga mau kan sama cowok seperti aku? Ayo kita pacaran kalo perlu kita menikah. Aku sudah putus Dara" Roy semakin mencecarku membuatku salah tingkah. Aku menghindari pandangan matanya.
" tuh kan, berarti benar kata mama. Maafin aku Dar, aku benar- benar ga sadar kalo kamu juga ada rasa sama aku."
Aku melepaskan tanganku dari genggaman Roy dan berdiri
" ga, aku ga suka sama kamu Roy, kamu bukan tipeku" aku berkilah
" jangan bohong Dara, aku sudah tau semuanya aku menemukan buku diary kamu. Disitu tertuang semua tentang perasaan kamu yang sebenarnya. Kenapa menghindar? Kenapa menjauh? Padahal kamu suka sama aku sejak lama?" Roy semakin mencecarku
" kamu dapat dari mana buku itu?" aku sudah tidak bisa menyangkalnya lagi
" ga penting aku nemu dimana, yang jelas aku menemukan buku itu tepat sehari sebelum pengumuman magang kamu. Makanya aku langsung minta om Reza dekan fakultas Hukum untuk merekrut kamu ke kantor tempat aku kerja."
Aku ternganga mendengar penjelasan Roy, jadi ini alasannya kenapa aku sangat dipermudah beberapa hari ini?
" Roy , maaf aku , aku ga bisa mengendalikan perasaan aku. Siapa sih yang ga akan jatuh cinta sama kamu? Semua pasti. Tapi percayalah aku ga berniat merusak pertemanan kita. Aku cukup tau diri, aku ga pantas untuk kamu sehingga aku memendam sendiri rasaku. Aku menjauh selama ini karena aku ingin move on. Dan nyatanya, aku hampir berhasil kan? "
" bulshit , Dara
"Bohong kamu
"Kamu masih cinta kan sama aku? Hah iya kan?"
Roy mencengkram bahuku sambul berteriak
Aku panik takut kedengaran mamanya, beruntung penghuni rumah ini hanya Roy dan mamanya. Satpam dan pembantu tinggal di paviliun bagian belakang.
" Dara, please bantu aku
" berikan kembali cintamu, ajari aku untuk membalas cintamu
"yah? Hmmm? Aku mohon Dara. Kita bisa memulai hubungan ini
Aku terdiam antara bahagia dan sedih. Bahagia karena Roy memohon kepadaku untuk memulai hubungan tapi juga sedih ketika Roy berucap untuk belajar membalas cintaku. Apa artinya semua ini?
Aku tertunduk mencerna segala hal, jantungku berdenyut merasakan sakit. Apakah aku pelarianmu? Seputus asa itukah kamu?
Aku memang masih mencintaimu Roy, tapi aku tak ingin memilikimu dengan cara seperti ini. Tak taukah kamu sesakit apa hatiku dulu ketika melawan rasa ini? batinku menangis. Kulepas pelukan Roy, aku melangkah pergi berlari keluar rumah. Sayangnya Roy dengan cepat menghadangku dan memaksa aku masuk mobilnya.
" mari aku antar kamu pulang"
" maaf, sudah bikin kamu galau tapi percayalah aku serius
"tolong pikirkan tawaranku, kita mulai hubungan ini dengan baik.
satu tangan Roy memegang kemudi dan satunya lagi sambil menggenggam erat tangaku.
Aku menoleh ke samping. Ya Tuhan momen inilah yang selama ini kuimpikan.
Apakah aku boleh berangan jauh ? Bolehkah aku menerimanya. Aku menunduk kubiarkan tanganku dipegang olehnya. Kunikmati setiap detik perjalanan kami.