Genre: Petualangan, Misteri, Fantasi
Garis Besar Cerita:
Perjalanan Kael adalah kisah tentang penemuan diri, pengorbanan, dan pertarungan antara memilih untuk berpegang pada prinsip atau membiarkan kekuasaan mengendalikan takdir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xyro8978, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hantu Masa Lalu
Meninggalkan Menara
Setelah keluar dari menara, Alaric dan Kiran berdiri di tepi tebing yang menjulang tinggi. Mereka memandang dunia di bawah mereka yang terbentang luas, penuh dengan misteri dan bahaya yang menanti. Prisma biru telah membuka jalan baru, tetapi juga meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
"Jadi, ke mana kita sekarang?" tanya Kiran sambil membalut lukanya dengan kain.
Alaric menatap kunci bayangan di tangannya. Energi baru yang mengalir melalui benda itu terasa seperti pemandu samar, menunjukkan arah yang tidak sepenuhnya jelas. "Aku tidak yakin, tapi aku merasa kita harus menuju ke barat. Ada sesuatu di sana... sesuatu yang penting."
Kiran mendesah. "Barat, ya? Itu berarti kita harus melewati Lembah Hening. Tempat yang dikenal dengan cerita-cerita seram tentang jiwa yang tersesat."
"Bagaimanapun, kita harus ke sana," balas Alaric tegas.
---
Bayangan di Lembah Hening
Lembah Hening, sesuai namanya, adalah tempat yang sunyi. Tidak ada suara burung, tidak ada suara angin, hanya keheningan yang menekan jiwa. Kabut tebal menyelimuti dasar lembah, membuat pandangan menjadi kabur.
"Aku benci tempat seperti ini," gumam Kiran sambil memeriksa sekeliling dengan pedang terhunus.
"Kau tidak sendirian," kata Alaric. Ia merasakan sesuatu yang berat di udara, seperti ada mata tak terlihat yang mengawasi mereka dari balik kabut.
Saat mereka berjalan lebih dalam, bayangan-bayangan aneh mulai terlihat di tepi pandangan mereka. Kadang berupa siluet manusia, kadang hanya bayangan tanpa bentuk.
"Ini bukan kabut biasa," kata Alaric.
"Dan bayangan itu bukan hanya imajinasi kita," tambah Kiran.
Tiba-tiba, salah satu bayangan melesat keluar dari kabut, menyerang mereka. Alaric mengangkat perisainya, sementara Kiran menangkis dengan pedangnya. Namun, saat pedang Kiran menebas bayangan itu, tidak ada apa pun yang terjadi.
"Senjataku tidak berpengaruh!" teriak Kiran.
---
Suara dari Masa Lalu
Di tengah pertempuran, suara-suara mulai bergema di sekitar mereka. Suara yang familiar bagi Alaric—suara ayahnya.
"Alaric, kau tidak cukup kuat untuk ini. Tinggalkan kunci itu."
Alaric terhenti sejenak, tubuhnya membeku. "Itu... tidak mungkin. Ayah sudah tiada."
Kiran mengerutkan kening. "Alaric, jangan dengarkan itu! Ini tipuan mereka!"
Namun, suara itu semakin keras, disertai siluet ayahnya yang perlahan muncul dari kabut. "Kenapa kau mengambil tanggung jawab ini, Alaric? Kau tahu kau tidak akan bisa melakukannya."
Alaric mulai gemetar. Kata-kata itu memukul keraguannya. Ia teringat kembali momen ketika ayahnya meninggalkannya dengan kunci bayangan, tanpa penjelasan, tanpa arahan.
Namun, suara lain tiba-tiba terdengar. Kali ini, suara ibunya, yang sudah lama tidak ia dengar. "Kau bisa melakukannya, Alaric. Percayalah pada dirimu sendiri."
Kata-kata itu seperti sinar cahaya di tengah kegelapan, membangkitkan sesuatu dalam dirinya.
"Kau benar," bisik Alaric, menggenggam kunci bayangannya erat-erat. "Aku harus percaya pada diriku sendiri."
---
Melawan Bayangan dengan Cahaya
Energi baru dari kunci bayangan kembali memancar, tetapi kali ini lebih stabil dan terarah. Alaric memfokuskan energinya, membentuk pedang bayangan di tangannya.
"Jika senjata biasa tidak bekerja, maka aku akan menggunakan ini!" teriak Alaric.
Ia menyerang bayangan dengan pedang itu, dan kali ini, bayangan itu terpecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang menghilang di udara.
"Hebat!" seru Kiran, kembali berdiri di sisi Alaric. "Kau akhirnya tahu cara menggunakannya."
Mereka melanjutkan pertempuran, bekerja sama untuk mengalahkan bayangan-bayangan yang terus bermunculan. Setiap kali Alaric menyerang, Kiran melindunginya dari serangan mendadak.
---
Peringatan dari Jiwa yang Tersesat
Setelah pertempuran usai, kabut di lembah mulai menipis. Namun, sebelum mereka bisa merasa lega, sosok lain muncul di depan mereka. Sosok itu bukan bayangan, melainkan seorang wanita muda dengan gaun putih yang compang-camping.
"Kalian telah membuka jalan yang tidak seharusnya dibuka," kata wanita itu dengan suara lembut namun penuh peringatan.
"Siapa kau?" tanya Kiran, masih memegang pedangnya.
"Aku adalah salah satu dari mereka yang jatuh karena kunci itu," jawabnya, menatap langsung ke arah Alaric. "Perjalananmu akan membawa kehancuran, bukan hanya untuk dirimu sendiri, tapi untuk dunia ini."
Alaric mengerutkan kening. "Aku tidak percaya itu. Jika kunci ini berbahaya, kenapa ayahku memberikannya padaku?"
Wanita itu tersenyum pahit. "Karena ayahmu percaya bahwa kau adalah pengecualian. Tapi ingatlah, tidak semua yang mempercayaimu akan tetap setia di sisimu."
Sebelum Alaric bisa bertanya lebih jauh, wanita itu menghilang bersama kabut.
---
Langkah Selanjutnya
"Pesan apa itu tadi?" tanya Kiran, kebingungan.
"Aku tidak tahu," jawab Alaric. "Tapi sepertinya kita baru saja menerima peringatan. Ada sesuatu yang lebih besar menunggu di depan."
Mereka melanjutkan perjalanan, keluar dari Lembah Hening, dengan pikiran yang dipenuhi pertanyaan. Namun, tekad mereka tidak goyah.
Di kejauhan, sosok berjubah hitam yang sama mengamati mereka lagi, kali ini ditemani oleh dua sosok lain. Salah satunya berbicara dengan suara penuh wibawa.
"Mereka mulai memahami. Tapi mereka belum tahu apa yang sebenarnya mereka hadapi. Pastikan mereka tidak mencapai prisma berikutnya."
😄😄😄
Good job...!!!