Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 3
**
Sepulang sekolahnya Naomi langsung bercengkrama dengan Nadia di ruang TV.
"Mah, besok datengkan ke gladiresik Aku?" tanya Naomi.
Nadia mengusap kepala Naomi dengan lembut. "Datang dong Sayang. Mama akan duduk paling depan melihat kamu."
Naomi tersenyum lebar. "Makasih Mah. Naomi Sayang Mama."
Naomi memeluk Nadia dengan erat, begitupun Nadia membalas pelukan Naomi. Di lantai atas Nada melihat keduanya dengan sangat romantis, gadis itu hanya bisa menghela napas panjang dan kembali masuk ke dalam kamar, tadinya Nada ingin mengambil air minum namun dikejutkan dengan Naomi dan Nadia yang sedang berada di ruang TV.
Nada duduk di meja belajar sambil mengeluarkan ponsel milik Kenzo, bagaimana bisa dia membenarkan ponsel itu sedangkan Nada tidak memiliki uang.
"Apa besok ke tukang servis aja kali ya, mudah-mudahan enggak terlalu mahal."
Tak lama ponselnya bergetar dan terlihat nama Jeno di sana. Nada langsung mengangkat ponselnya.
"Nada!" teriak Jeno di seberang sana.
Nada menjauhkan ponselnya karena suara Jeno yang cukup mengganggu telinga.
"Lo kalau nelpon salam dulu kek, main teriak-teriak aja sih!"
"Hehe, ya mangap. Gue ada di depan rumah Lo buruan keluar. "
Nada mengerutkan keningnya sambil melangkah menuju balkon kamar. Dan terlihat Jeno melambaikan tangannya.
"Buruan turun!" titah Jeno.
Nada pun mematikan sambungan telponnya, dan berlari keluar dari rumah menghampiri Jeno. Diruang TV keluarganya sedang makan cemilan yang ternyata Abimanyu yang membawanya sepulang kerja, Nada hanya tersenyum getir melihatnya.
Jeno melambaikan tangan dengan heboh saat Nada sudah keluar dari rumah.
"Ngapain malam-malam ke sini?" tanya Nada.
Jeno menyodorkan sebuah kotak berisikan donat madu yang enak untuk Nada.
"Tadi habis jemput nyokap, gue liat ada donat madu terus keingat sama Lo, makanya gue bawain deh."
"Uh manisnya."
"Siapa gue?"
"Bukanlah donatnya, Lo mah sepet."
Jeno memanyunkan bibir sambil mengambil kembali donat yang dipegang Nada.
"Ih kok diambil sih."
"Lo nya nyebelin!"
"Hehe bercanda kali, udah ah sini. Niat baik ya jangan diambil lagi dong."
"Ya udah sana cepet masuk lagi, di luar dingin," titah Jeno sambil menepuk pucuk kepala Nada.
Nada mengangguk. "Makasih ya donatnya."
"Sama-sama. Kalau gitu gue balik dulu."
"Hmm, eh tunggu!"
"Kenapa?"
"Lo punya kenalan tukang servis HP yang bagus gak?"
"Em... kenapa emang? HP Lo rusak?"
Nada menggeleng. "Bukan HP gue sih, ya pokonya Lo tahu enggak?"
"Tahu, gue punya langganan dan servisnya cepet. Mau gue antar?"
"Boleh deh, besok antar gue ke sana ya."
"Siap, ya udah sana masuk."
Nada mengangguk sambil melambaikan tangan ke arah Jeno, dan segera masuk ke dalam rumah.
Melewati keluarganya yang sedang tertawa bersama, tiba-tiba Naomi memanggil nama Nada.
"Nada bawa apa tuh?" tanya Naomi.
Nada berhenti dan berbalik. "Donat," jawab Nada.
"Wih, kayanya enak. Lo beli ya?"
Nada menggelengkan kepala. "Beli dari mana? Ini dari Jeno kok."
"Lho, bukannya tadi di sekolah Lo minta uang ke gue buat beli donat ya."
Nada mengerutkan kening. "Minta uang? Gue enggak minta uang sama Lo."
"Bukannya tadi pagi Papa kasih kamu uang? Kenapa kamu minta lagi ke Naomi, Nada?!" sela Abimanyu.
"Nada enggak minta uang ke Naomi, Pah. Ini donat dari Jeno."
"Udah Pah, udah. Naomi enggak masalah kok. Kalau Nada enggak jujur, udah ya Pah jangan dimarahin kasihan Nada," balas Naomi dengan wajah sendu.
Abimanyu merangkul Naomi. "Nanti uangnya Papa ganti. Maafin Nada ya. "
Naomi menganggukkan kepalanya, dan Nada benar-benar tak habis pikir dengan Naomi yang memfitnah Nada begitu saja.
"Mulai dari besok Papa enggak akan kasih kamu uang jajan," ucap Abimanyu pada Nada.
"Lho, kenapa gitu? Nada juga perlu uang saku Pah! Salah Nada apa, sampai Papa kaya gini sama Nada?"
"Salah kamu enggak berprestasi kaya Naomi, liat dia berprestasi dalam akademiknya. Papa jadi bangga dan senang melihatnya."
"Nada juga punya prestasi tapi Papa sama Mama enggak dukung Nada!"
"Apa prestasi kamu, melukis? Haha apa yang mau dibanggain, cuma gambar enggak berguna! Enggak akan bisa buat bikin kamu sukses."
Perkataan Papanya membuat jantung Nada sakit, bisa-bisanya orang tua Nada berkata yang tidak baik pada anak kandungnya sendiri.
Nada tidak bisa berlama-lama dengan mereka, Nada pun berlari masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu kamar. Dia terduduk di lantai sambil memukul dadanya berulang kali, karena rasa sakit yang dia rasakan begitu terasa.
"Tahan Nada, anggap aja hinaan itu yang akan membuat kamu menjadi manusia yang kuat dan sukses!" tegas Nada, seketika dia tersenyum kembali. Perkataan Abimanyu masih bisa Nada tahan, bagaimanapun juga Abimanyu adalah Papa kandungnya sendiri.
**
Keeseokan paginya, Nada bersiap untuk bersekolah dan keluar dari kamar. Tak lama dia dan Naomi bersamaan turun menuju lantai bawah.
Terlintas dipikiran jahat Naomi untuk Nada. Dengan sudut bibirnya yang terangkat.
"Aw! Sakit...." Naomi menangis sambil memegangi lengannya.
Nada yang tidak tahu apa-apa hanya terdiam dan menatap Naomi sambil berdiri.
"Kamu marah sama aku, Nad? Maaf Nada, Naomi bukan mau ngadu sama Papa."
'Ya Tuhan, drama apalagi ini,' batin Nada.
Abimanyu dan Nadia langsung berlari ke atas saat terdengar teriakan Naomi begitu keras.
"Naomi?" teriak Nadia sambil berlari dan mendorong Nada untuk tidak menghalangi jalannya.
Nada pun terjatuh ke belakang mengenai tembok kamarnya.
"Kamu kenapa Naomi?" tanya Nadia.
"Tangan Naomi sakit Mah,"jawab Naomi sambil mengusap air matanya yang keluar. Nada heran Naomi pandai sekali berakting.
"Ini tangan kamu kenapa?"
Naomi menatap Nada. "Nada dorong Naomi Mah, terus injak kaki Naomi."
Abimanyu langsung naik pitam, dia berjalan dan menampar Nada cukup kencang.
"Kamu apakan Naomi?"
"Nada enggak apa-apain Naomi, Pah. Nada juga enggak tahu kalau Naomi jatuh."
"Bohongkan kamu? Bisa enggak sih, enggak ganggu Naomi?"
Nada memegangi pipinya yang terasa panas. "Nada enggak ganggu Naomi, Pah."
"Nada maafin aku, maaf!" Naomi berusaha mendekati Nada dengan susah payah.
"Udah Sayang," bela Nadia.
"Mah, bawa Naomi ke kamar dan obati tangannya," titah Abimanyu.
Nadia mengangguk dan dia membawa Naomi ke dalam kamar untuk mengobati lengannya.
Abimanyu menarik lengan Nada sampai ke lantai bawah dengan sekali tarikan, dan itu membuat kaki Nada kesulitan berjalan dan terlihat lecet mengenai tangga.
"Pah sakit, Pah!"
"Pergi kamu, bikin ulah terus bisanya!" Abimanyu mendorong Nada hingga terjatuh ke lantai.
Abimanyu masuk dan meninggalkan Nada begitu saja, Nada tidak tahan dan dia pun akhirnya menangis sambil mengusap kakinya yang sakit.
Nada bangun dengan perlahan dan melangkah dengan terpincang sambul menyusuri jalanan untuk mencari angkutan umum.
Angkutan umum yang dia tunggu ternyata penuh dengan siswa yang bersekolah dekat dengannya yaitu dipakai oleh SMA Bangsa, dan SMA High School banyak memggunakan mobil pribadi atau pun motor.
Nada sudah pasrah sulit mencari angkutan kosong, dia hanya bisa berjalan sampai menempuh perjalanan cukup lama, waktu sudah menunjukkan jam tujuh lebih dan itu membuat gerbang sekolah sudah tertutup rapat.