NovelToon NovelToon
JANDA MUDA MEMIKAT HATIKU

JANDA MUDA MEMIKAT HATIKU

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Banggultom Gultom

Dina, seorang janda muda, mencoba bangkit setelah kehilangan suaminya. Pertemuan tak terduga dengan Arga, pria yang juga menyimpan luka masa lalu, perlahan membuka hatinya yang tertutup. Lewat momen-momen manis dan ujian kepercayaan, keduanya menemukan keberanian untuk mencintai lagi. "Janda Muda Memikat Hatiku" adalah kisah tentang cinta kedua yang hadir di saat tak terduga, membuktikan bahwa hati yang terluka pun bisa kembali bahagia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Menanti Dengan Cinta

Hari-hari terus berlalu, dan semakin mendekati tanggal kelahiran, ketegangan dan kebahagiaan menyelimuti kehidupan Dina dan Arga. Dina kini hamil tua, dan perutnya yang semakin besar membuatnya merasa lebih mudah lelah. Meskipun begitu, ia tidak bisa menahan kegembiraan yang meluap setiap kali mengingat bahwa sebentar lagi ia akan menjadi ibu.

Hari itu, Dina dan Arga sedang menikmati sore yang tenang di rumah mereka, setelah beberapa jam berjalan-jalan santai di sekitar taman dekat rumah. Dina duduk di sofa, sambil memeluk bantal besar untuk menenangkan posisi duduknya yang semakin tidak nyaman.

Arga duduk di sebelahnya, menatap Dina dengan tatapan penuh kasih sayang. "Kamu nyaman, sayang? Masih banyak waktu kalau ingin istirahat, lho," ujarnya, suaranya lembut, menunjukkan perhatian yang tak terbatas pada Dina.

Dina tersenyum sambil mengusap perutnya yang membesar. "Aku nggak pernah merasa segemuk ini sebelumnya," katanya dengan nada humor. "Tapi anehnya, aku merasa nyaman. Aku jadi semakin dekat dengan bayi ini. Rasanya luar biasa, Arga."

Arga tertawa pelan, lalu meraih tangan Dina. "Kamu nggak gemuk, kamu hanya... indah," katanya, dengan suara penuh percaya diri yang membuat Dina terkekeh.

"Tapi, serius deh," lanjut Arga. "Aku nggak sabar untuk bertemu dengan anak kita. Sepertinya dia sudah siap lahir, ya?"

Dina mengangguk, perasaan harunya mulai muncul. "Iya, aku juga merasa begitu. Setiap kali aku merasakan gerakannya, aku tahu dia sudah semakin siap untuk bertemu dengan kita."

Mereka berdua duduk dalam keheningan, saling menikmati kebersamaan yang luar biasa ini. Meski hanya beberapa minggu lagi sebelum kelahiran bayi mereka, mereka merasa seolah-olah dunia ini milik mereka berdua. Semua kekhawatiran tentang bagaimana mereka akan menjadi orangtua pun terasa ringan, karena mereka tahu mereka punya satu sama lain.

Tiba-tiba, Dina merasakan sedikit kontraksi. Ia mengerutkan dahi, sedikit khawatir, namun segera menenangkan dirinya sendiri.

"Arga," katanya pelan, mengalihkan pandangannya ke suaminya. "Aku rasa... aku merasa sedikit... aneh."

Arga langsung menatapnya dengan cemas. "Apa yang terjadi, sayang? Apa kamu merasa sakit?"

Dina tersenyum sambil mengusap perutnya. "Tenang saja, ini bukan sakit yang serius. Mungkin hanya sedikit tanda bahwa dia mulai siap lahir."

Arga langsung berdiri dan mendekat, mengambil posisi di samping Dina. "Oke, kalau begitu kita harus lebih hati-hati. Kalau ada tanda apa-apa lagi, bilang ke aku, ya? Aku akan selalu ada di sampingmu."

Dina merasakan kedekatannya yang membuatnya lebih tenang. "Aku tahu, Arga. Terima kasih karena selalu ada untukku."

Arga merangkulnya, memberikan kenyamanan yang luar biasa. "Kita sudah melewati banyak hal bersama, Dina. Aku janji, aku akan selalu menemanimu sampai anak kita lahir. Aku nggak sabar untuk menjadi ayah."

Dina menatap Arga dengan mata yang berbinar. "Aku tahu kamu akan jadi ayah yang hebat, Arga."

Beberapa jam berlalu, dan Dina memutuskan untuk beristirahat lebih banyak di tempat tidur. Arga tidak mau jauh-jauh darinya, selalu di dekatnya, siap memberikan dukungan apa pun yang dibutuhkan.

Pagi-pagi sekali keesokan harinya, Dina merasakan ada sesuatu yang berbeda. Kontraksi yang semalam hanya sedikit, kini mulai terasa lebih sering dan lebih kuat. Dina tahu, waktunya semakin dekat. Ia menoleh ke arah Arga yang masih terlelap di sampingnya.

"Arga," panggil Dina lembut, sambil menyentuh lengan Arga.

Arga terbangun seketika, matanya terbelalak, melihat Dina dengan kekhawatiran. "Ada apa, sayang? Kenapa kamu nggak bilang kalau merasa nggak enak?"

Dina tersenyum meskipun sedikit kelelahan. "Aku merasa kontraksinya semakin sering. Sepertinya, kita akan segera menjadi orangtua, Arga."

Arga langsung berdiri, mengambil ponselnya untuk menelepon rumah sakit. "Oke, tenang, sayang. Kita akan segera ke rumah sakit. Aku akan memastikan semuanya berjalan dengan baik."

Dina hanya mengangguk, meskipun dadanya penuh dengan rasa cemas dan bahagia yang bercampur aduk. Arga mengajak Dina ke mobil dengan cepat, memastikan segala sesuatunya siap untuk perjalanan menuju rumah sakit.

Dalam perjalanan, suasana cemas semakin terasa, tapi Arga selalu berusaha menenangkan Dina. Ia memegang tangan Dina, menyentuh perutnya, dan sesekali mengajaknya bercanda.

"Sayang, aku nggak sabar. Aku yakin anak kita akan jadi seperti kamu—cantik, cerdas, dan pasti lebih pintar daripada aku," ujarnya dengan senyum lebar, berusaha mencairkan ketegangan yang terasa.

Dina terkekeh meski masih merasa cemas. "Kamu percaya diri banget, ya? Padahal, aku rasa anak kita bakal mewarisi sifatmu juga, kok. Kayaknya bakal hobi ngomong kayak kamu."

Mereka tertawa bersama, dan beberapa saat kemudian mereka tiba di rumah sakit. Proses persalinan pun dimulai, dan meskipun terasa sakit, Dina merasa tenang karena Arga ada di sampingnya, memberikan semangat dan dukungan yang sangat dibutuhkan.

Setelah beberapa jam yang penuh perjuangan, akhirnya bayi mereka lahir dengan selamat. Dina dan Arga memandang anak mereka dengan air mata kebahagiaan yang mengalir di pipi.

"Ini... ini anak kita, Arga," ujar Dina dengan suara gemetar, menggendong bayi kecil yang baru lahir itu. "Dia sempurna."

Arga menatap bayi mereka dengan penuh cinta. "Kamu luar biasa, Dina. Kita berhasil melewati semuanya bersama."

Dengan pelukan hangat, mereka berdua merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Mereka tahu bahwa perjalanan hidup mereka baru saja dimulai, dan setiap hari bersama anak mereka akan menjadi kisah baru yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan.

1
Hilda Naning
kemana anak anak mereka yg diawal cerita karena anak anak mereka lah bertemu dn bersatu..
Dinar
Hallo kak aku kirim dua cangkir kopi ya untuk teman menulis 🥳
Harry
Membuncah
Akira
Bikin baper nih!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!