Malam itu langit dihiasi bintang-bintang yang gemerlap, seolah ikut merayakan pertemuan kami. Aku, yang biasanya memilih tenggelam dalam kesendirian, tak menyangka akan bertemu seseorang yang mampu membuat waktu seolah berhenti.
Di sudut sebuah kafe kecil di pinggir kota, tatapanku bertemu dengan matanya. Ia duduk di meja dekat jendela, menatap keluar seakan sedang menunggu sesuatu—atau mungkin seseorang. Rambutnya terurai, angin malam sesekali mengacaknya lembut. Ada sesuatu dalam dirinya yang memancarkan kehangatan, seperti nyala lilin dalam kegelapan.
"Apakah kursi ini kosong?" tanyanya tiba-tiba, suaranya selembut bayu malam. Aku hanya mengangguk, terlalu terpaku pada kehadirannya. Kami mulai berbicara, pertama-tama tentang hal-hal sederhana—cuaca, kopi, dan lagu yang sedang dimainkan di kafe itu. Namun, percakapan kami segera merambat ke hal-hal yang lebih dalam, seolah kami sudah saling mengenal sejak lama.
Waktu berjalan begitu cepat. Tawa, cerita, dan keheningan yang nyaman
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
.
Setelah keberhasilan Cahaya dalam Kesederhanaan, tim Rumah Cahaya semakin menyadari bahwa perjalanan mereka penuh dengan kejutan. Setiap langkah yang mereka ambil membawa dampak yang tak pernah mereka duga sebelumnya. Namun, mereka selalu meyakini bahwa setiap perjalanan adalah pembelajaran, dan setiap tantangan adalah kesempatan untuk menciptakan perubahan.
---
Suatu pagi, ketika Arya dan Reina sedang memeriksa laporan kegiatan dan komunikasi dengan cabang-cabang Rumah Cahaya, sebuah surat dari daerah terpencil tiba di meja mereka. Surat itu ditulis oleh seorang pemimpin komunitas kecil dari daerah pegunungan yang mengalami kesulitan dengan sumber daya alam dan akses pendidikan.
Dengan hati-hati, Reina membuka surat itu sambil membaca dengan seksama.
"Kepada Tim Rumah Cahaya yang kami hormati,
Kami memiliki impian yang sederhana namun besar. Di sini, banyak anak yang tak memiliki akses ke sekolah dan pendidikan yang memadai. Kami memiliki semangat untuk belajar, tetapi kami membutuhkan bantuan untuk membuat ini menjadi kenyataan. Bisakah Anda membantu kami membawa cahaya ke sini?
Dengan hormat,
Kepala Desa Tana Lestari."
Surat itu menggugah hati Reina dan Arya. Pesan tersebut menunjukkan bahwa masih banyak tempat yang membutuhkan bantuan mereka, dengan tantangan yang sederhana namun memerlukan niat yang tulus.
“Kita harus mendengar ini,” ujar Arya dengan penuh keyakinan. “Setiap cahaya yang kita bawa bisa menjadi harapan bagi mereka yang masih berjuang.”
Reina mengangguk. “Mari kita jawab dengan langkah nyata.”
---
Tim Rumah Cahaya memutuskan untuk mengunjungi Tana Lestari, sebuah daerah terpencil di pegunungan yang memiliki tantangan serupa dengan desa yang mereka bantu sebelumnya. Dengan semangat baru, mereka memulai perjalanan menuju tempat itu, menyusuri jalanan pegunungan yang berbatu dan berpemandangan hijau yang menyejukkan hati.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang, mereka akhirnya tiba di desa tersebut dan disambut hangat oleh pemimpin dan warga setempat. Sama seperti sebelumnya, kehangatan sambutan ini membuktikan bahwa niat baik sering kali menemukan jalannya dengan mudah melalui komunikasi dan pengertian.
“Kami di sini bukan hanya untuk membantu membangun sekolah atau fasilitas, tetapi juga untuk belajar dari Anda semua,” ujar Reina saat bertemu dengan para pemimpin desa.
Mereka berdiskusi tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat di Tana Lestari. Melalui komunikasi yang terbuka dan saling bertukar ide, mereka memahami bahwa akses pendidikan dan pelatihan berbasis keterampilan adalah hal yang paling diharapkan oleh masyarakat di sana.
---
Setelah mendengar aspirasi mereka, tim Rumah Cahaya merancang program baru bernama Cahaya Berbasis Alam—sebuah inisiatif yang memadukan pendidikan, pelatihan keterampilan, dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan. Program ini berfokus pada pembelajaran menggunakan bahan-bahan alam yang tersedia di lingkungan sekitar untuk mengajarkan anak-anak konsep keberlanjutan, pengelolaan lingkungan, serta keterampilan praktis.
Konsep ini menggabungkan keunikan kearifan lokal masyarakat setempat dengan nilai-nilai pendidikan modern. Anak-anak akan belajar berkebun, mengolah bahan-bahan alami menjadi kerajinan, serta memahami pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan sambil belajar berinovasi.
“Dengan ini, kita bisa mengajarkan mereka untuk mencintai lingkungan mereka sambil belajar keterampilan praktis,” ujar Arya dengan semangat saat mempresentasikan konsep ini kepada tim dan pemimpin desa.
---
Program ini dimulai dengan membangun kebun sekolah sederhana di area lingkungan sekolah yang baru dibentuk. Anak-anak bersama anggota tim dan warga setempat mulai menanam tanaman, belajar berkebun, dan memahami berbagai manfaat dari tanaman tersebut. Aktivitas ini bukan hanya tentang menanam tetapi juga membangun kerjasama, semangat, dan keyakinan bahwa perubahan dimulai dari langkah kecil yang dilakukan bersama.
Setiap anak memiliki tugas mereka masing-masing: ada yang menanam, ada yang merawat, ada yang mempelajari bagaimana memanfaatkan tanaman tersebut sebagai sumber pangan dan solusi keberlanjutan.
“Aku bisa membantu Kak Mira menanam pohon ini,” ujar seorang anak berusia sembilan tahun dengan senyum lebar.
Reina melihat semangat mereka. “Ini adalah langkah pertama dari banyak langkah yang akan kita buat bersama.”
---
Seiring berjalannya program ini, tim Rumah Cahaya menyaksikan semangat anak-anak yang mulai menemukan potensi mereka sendiri melalui tangan mereka yang bekerja dengan tanah dan benih. Ada kebanggaan dalam melihat mereka belajar sambil berkreasi, dan ada harapan yang semakin menyala bahwa program ini akan memberikan peluang baru di masa depan.
Setiap langkah kecil ini menginspirasi tim Rumah Cahaya untuk terus bergerak, tidak hanya dengan sumber daya yang besar tetapi dengan kemauan untuk mendengarkan, berkolaborasi, dan bertumbuh bersama.
Dalam setiap langkah ini, mereka tahu bahwa cahaya bukan hanya simbol harapan tetapi juga simbol perubahan yang dimulai dari kebersamaan dan niat tulus untuk membantu.
---
Di malam hari, setelah hari yang panjang, Arya dan Reina duduk di sekitar api unggun bersama para pemimpin desa dan anak-anak yang baru saja mereka ajak beraktivitas. Suara nyanyian lembut terdengar dari warga yang ikut bergabung bersama mereka.
“Arya, ini adalah cahaya yang kita temukan dalam kesederhanaan dan kebersamaan,” ujar Reina sambil memandangi anak-anak yang masih berkumpul dengan semangat.
Arya tersenyum. “Kadang kita mencari cahaya dalam hal yang besar, padahal cahaya itu sudah ada di sini—di setiap senyum, di setiap langkah kecil, dan di setiap harapan yang kita tanam.”
Kehangatan api unggun, senyuman anak-anak, dan kedamaian pegunungan yang gelap menyelimuti mereka. Mereka tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi setiap tempat yang mereka sentuh adalah satu langkah menuju perubahan yang lebih baik.
Dan seperti cahaya yang selalu berkilauan, Rumah Cahaya akan terus berjalan—menyalakan harapan, membawa perubahan, dan menciptakan cahaya bagi setiap hati yang