Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan
"Sudah ibu sudah,kita ikhlaskan saja yah,sudah!." ucap salah seseorang diri mereka sambil menenangkan wanita paru baya itu yang kini tengah histeris.
Aleza semakin memperdalam lamunannya,ia menutup telingahnya,berusaha agar dirinya tidak mendengar semua tangisan dan teriakan histeris dari mulut orang-orang itu.
Seseorang tiba-tiba saja menyengol bahu aleza cucup keras,aleza sempat tersedak akibat senggolan bahu tadi.
"Aduhh.....sa-sakit!...." lirih aleza dengan posisi tubuh yang sudah terduduk di atas lantai,ia mengaduh keskitan,padahal aleza lah korbannya di sini.
"Alexa!, apa yang terjadi?, apakah ada yang sakit?." Semuanya orang seketika berkumpul pada satu objek,mereka saling berlomba-lombw untuk mengeluarkan pendapat dan pertanyaan terbaik mereka.
"Heyy, apa yang kau lakukan terhadap kakakmu sendiri hah?,kau belum puas!!!." Bentak sean,kakak ketiga aleza,aleza meringsut ketakutan,bentakan adalah salah satu hal yang eza benci di dunia ini,tapi kenapa semua orang suka sekali mengeluarkan kata-kata berada tinghi seperti itu terhadapnya?.
Tubuh aleza terhempas begitu saja ketika seseorang tak sengaja menyenggolnya hanya karena ingin memastikan kondisi alexa yang terjatuh.
"Aduhhh....,sakit!!!!." ringis eza sampil mengelus lemut luka-luka yang berada ditubuhnya,sekeras apapun eza meringis,sebanyak apapun eza mengeluh,selagi masih ada alexa dihadapan mereka semua,dirinya tak akan pernah memiliki arti apa-apa.
Seseorang tak sengaja menatap aleza yang kini tengah meringis kesakitan,jujur saja,sebenarnya jauh dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam,ia begitu kasihan dan simpati dengan anak kecil tak bersalah itu,namun disisi lain,egonya juga menguasai semua tingkah lakunya.
Singkay cerita,kakek graham sudah selesai dimakam kan,beliau dimakamkan pada sebuab makam keluarga yang terletak lumayan jauh dari kediaman keluarga mahendra,hari sudah mulai petang,dan setetes air yang terjatuh dari langit seketika menyadarkan orang-orang yang berada dipemakaman itu jika hujan akan segerah datang beberapa saat lagi.
Orang-orang mulai meninggalkan pemakaman ini satu-persatu hingga kini hanya tersisa beberapa saja disana,aleza menatap gundukan tanah yang masih baru dengan batu nisan yang bertuliskan nama kakeknya sendiri,tepat di samping makam sang ibu.
Air matanya terus menetes,meskipun tanpa dibarengi dengan suara tangis atau rengekan-rengekan kecil pada umumnya menangis,aleza hanya menatap kosong tanah yang kini mulai nasah akibat air-air yang terjatuh dari atas langit,hujan semakin deras dan kini hanya tersisa aleza seseorang dimakam itu.
"Hiks..,kakek kenapa pergi,kakek juga tau kan hidup aleza bahkan gimana kalau nggak ada kakek,kenapa kakek malah lebih memilih nyalemetin hidup aleza dibandingkan hidup kakek sendiri,hidup aleza yang ada kalah makin hancur kakek,kakek tau nggak sih,hikss...,aleza mau ikut kakek sama ibu aja. "Suara tangisan itu akhirnya terdengar,berbarengan dengan suara gemuruh hujan dan perginya semua orang dari tempat permakaman.
Hujan yang deras seolah tengah berusaha untuk menutupi banyaknya air mata yang keluar dari mata aleza dengan mengunakan air yang ia jatuhkan dari awan,tak hanya itu,hujan juga seolah tengah menutupi setiap rengekan dan suara tangisan yang keluar dari mulut aleza.
Mulai dari sanalah,aleza mulai menyukai hujan,ia menganggap jika hanya hujan lah yang bisa menemaninya setiap waktu,hanya hujan lah yang bisa berbuat baik untuknya,dan hanya hujan lah yang tau dan mengerti akan perasaan aleza yang sebenarnya.
Setiap kali aleza sedang menangis atau bersedih,hujan selalu datang dan membersamai nya selama aleza menangis.
"Non,ayo pulang non,bentar lagi mangerib,hujannya juga makin deras,bibi takut non demam." Ujar seseorang dari belakang aleza,nada suaranya begitu lembut,membuat hati aleza sedikit menghangat ketika mendengar ucapan dari orang itu.
Dia adalah bisurti,seseorang pembantu yang sudah lama berkerja dirumah keluarga mahendra,bi surti juga merupakan salah satu orang yang bisa menyisikan sedikir kasih sayangnya untuk aleza,sejak aleza kecil hanya dia lah yang selalu membantu dan menyayangi aleza,padahal pembantu rumah mereka cukup banyak,tapi hanya bi surti saja yang mampu mengurus anak mauikan yang terbuang seperti aleza.
"Tunggu dulu bi,aleza nggak mau ninggalin kakek,nanti kalau aleza tinggalin kakek,kakek bakalan kesepian." Lirih aleza sambil mengelus-elus kuburan kakek graham,bi sutri menatap wakah aleza dengan pandangan iba.
"Tapi kalau kamu disini terus,non bakalan sakit,yuk pulang,nanti kapan-kapan bibi ajak lagi ke makam tuan graham,yah." Pinta bi surti dengan nada lembutnya.
Aleza tak membalas,tatapannya taj pernah sekalipun teralihkan dari gudukan tanah dihadapannya,bi surti mau tak mau harus memaksa aleza untuk ikut pulang,bi surti segera mengendong tubuh aleza dan segera membawahnya pulang ke kediaman.
"Hacuwhhhh.....Hacuwhhhhh......"
"Ya ampun non,non deman,kan bibi juga udah bilang,non psti bakalan demam kalau terus-terusan ujan-ujanan dimakam tadi." Omel bi surti sambil mengecek suhu tubuh aleza menggunakan telapak tangannya.
"Bibi mau kemana?." tanya jack,ayah dari aleza dikepala keluarga mahendra.
"Bibi mau anterin non eza ke kamarnya tian,tubuhnya panas banget,kayaknya demam." Balas bi surti sambil menundukkan kepalanua segan.
"Bawa ke kamar bawah aja bi,jangan diatas lagi." Sergah jack secara tiba-tiba,bi surti yang mendengar itu kebingungan,karena setahunya kamar aleza sedari dulu memang dilantai dua.
"Di kamar tamu tuan?." Tanya bi surti sekali lagi mencoba memastikan.
"Bukan!,kamar yang di belakang dekat taman,kamar itu kosong bukan?,Simpan di sana saja,sekalian pindahkan semua barang-barangnya yang masih anak itu butuhkan." jelas jack sambil melenggang pergi dari hadapan bi surti.
"Ba-baik tuhan." balas bi surti dengan nada suara yang begitu rendah,ia menatap wajah aleza yang memerah saking panasnya,bi surti sungguh tak tega melihat anak sekecil ini diperlakukan tak adil dikeluarganya sendiri,padahal jika dipikir-pikir aleza ini adalah salah satu anak yang beruntung karena dilahirkan di keluarga yang kaya,tapi nyatanya orang yang terlahir di keluarga kaya tidak akan menjamin kebahagiaan bagi orang itu sendiri.
"Malang banget nasib kamu non,non......" Lirih bi surti sambil kembali melangkah kakinya menuju kamar yang telah jack sebutkan tadi,bi surti jelas tau maksud utama perkataan tuannya,di bukan bermaksud ingin menyimpan aleza di lantai satu agar gadis ini mudah beraktifitas semala sakit,tetpi karena tuanya itu sudah tak ingin lagi melihat gadis kecil ini berkeliaran dilantai dua.
"Bi.....,bibi!!." Lirih aleza setelah dirinya tersadar dari tidurnya yang cukup lelap,bi sutri segerah datang dari arah pintu dengan semangkuk bubur hangat ditangannya.
"Ehh,non udah bangun,makan bubur dulu yk?,abis itu non minum obat,biar cepet sembuh dan bisa main yah?." Ujar bi surti sambil mendudukan bokongnya di atas kasur.
"Bibi,kenapa eza tidur disini?,kamar eza kan diatas?." tanya aleza dengan tatapan polos ia lontarkan kepada bi surti,jujur,hati bi surti juga ikut sakit ketika mendengar ucapan nonanya ini,tapi......
"Katanya kamar non eza lagi dibenerin dulu,jadi buat sementara non eza disini aja dulu,biar deket juga sama kamar bibi,jadi nanti kita bisa sering-sering main deh." Balas bi surti sambil tersenyum manis,eza terdiam,ia menatap manik mata bi surti dengan begitu lekat.
"Yasudah de bi,nggak papa,berarti nanti kamar eza bakal bagus lagi dong?." Tanya aleza dengan ekspresi semangatnya.
"Iya donkkk...." Balas bi surti sambil mengelus lembut surai gadis kecil yang sudah ia anggap putrinya sendiri.
"Alexa,alexa maninan kamu banyak banget,ini pasti pap kamu yang kaya itu yang beliin kan?." Tanya seseorang anak kepada alexa.
"Iya dong,kalau yang ini papa aku yang beliin,tapi kalau yang ini,bang sean yang beliin,bagus kan?." Balas alexa dengan senyuman merekahnya.
Aleza yang terduduk sendirian diujung kelas hanya bisa menatap interaksi antara ketiga gadis kecil itu dengan pandangan kosong,kini aleza sudah kembali masuk ke sekolahnya seperti biasa,salah sati sekolah SD yang sangat terkenal dikalangan orang-orang kaya.
"Kakek bilang kalau aku udah masuk kelas satu SD,aku pasti bakalan punya banyak teman,tapi kenapa semuanya masih aja sama?, apa jangan-jangan kakek bohong ya?." Monolong aleza sambil menatap semua teman-teman sekelasnya yang sibuk dengan urusan dan mainan merek masing-masing.
"Kruyukkkk...." Sesuatu yang bunyi dari dalam perut aleza memberikan pertanda bahwa sekarang dirinya tengah membutuhkan asupan makanan agar ia bisa bertahan hidup.
Mendengar perutnya yang berbunyi,aleza segerah bangkit berjalan menuju kantin sekolah untuk membeli beberapa makanan yang bisa ia santap disana,namun aleza tak sengaja tersandung sesuatu ketika dirinya tengah berjalan,membuat tubuhnya harus tersyungkur kebawah dan meninbulkan sura yang cukup keras.
Brukkk....
"Alexa yang melihat sang adik terjatuh hendak berdiri untuk menolongnya,tapi,teman-temanya yang lain malah menahan tangannya.
"Udah biarin saja,dia mah jangan ditemenin,dia itu nggak punya banyak mainan kayak kamu,dia cuma anak pembantu,kamu nggak pantes temenan sama dia." Cegah salah seseorang temannya yang berambut gimbal,alexa mengangkat sebelah alisnya bertanya.
"Kenapa kamu bicara kayak gitu?." Tanya alexa balik,"
"Ih gini,kan aku sering pulang terakhir karena pap aku biasanya jemput sore,nah setiap aku nunggu ditaman,si aleza itu selalu dijemput sama ibu-ibu yang berpakaian kayak pelayan-pelayan dirumah aku,jadi fiks deh dia emang anak pembantu,tapu aku heran kenapa dia bisa sekolah di sini." Jelas temannya itu,alexa hanya mampu terdiam ketika mendengar penjelasan dari temnnya barusan.
Aleza dapat mendengar semua perkataan-perkataan yang anak-anak itu lontarkan,namun aleza dengan sekuat tenaga mencoba untuk selalu menutup telingahnya rapat-rapat dan bersikap abai,bukan karena aleza takut atau tidak mampu melewatkan mereka,aleza hanya takut jika masalah yang ia timbulkan akan semakin panjang dan yang paling parahnya alexa bisa saha terbawa dalam masalahnya,aleza tidak menginginkan semua itu.