"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3.Sarang Mafia
Bahama terus berbicara tanpa bisa dihentikan. Sedangkan Lou, hanya bisa mendengarkan tanpa komentar apapun. Karena Lou, sibuk dengan pikiran dan hatinya sendiri. Ucapan Bahama ada benarnya, jika dia hanya anak desa pasti simboknya tidak akan menemukan nama sebagus itu. Teka-teki tentang jati dirinya, masih sebuah misteri. Meskipun kini, dia bukan anak kecil lagi.
"Ada apa Lou?" tanya Bahama setelah berpidato banyak hal tanpa bisa dihentikan. Saat melihat ke arah sahabatnya yang tertunduk diam tanpa berkomentar apa-apa, barulah Bahama sadar. Bahwa pidatonya hanya angin lalu belaka.
"Kita ada di mana?" Lou malah balik bertanya setelah mengamati keadaan di sekitarnya. Bahama pun juga heran dengan tempat itu.
"Entahlah, Lou. Aku juga tidak tahu. Karena aku langsung pingsan begitu dua algojo itu menendang perutku," sahut Bahama sambil menggaruk-garuk kepalanya, ia mencoba mengingat kembali kejadian terakhir sebelum ia pingsan.
Lou terus mengamati tempat itu. Matanya tak lepas dari keadaan yang ada di sekelilingnya. Begitu pun dengan Bahama. Samar-samar Lou juga mengingat sesuatu sebelum dua algojo itu juga menendang tubuh rampingnya hingga pingsan.
"Sebelum pingsan, aku ingat samar-samar. Mereka menyeret kita keluar dan dibuang di pinggir jalan. Mungkin ada mobil yang lewat dan membawa kita kemari? Mungkinkah kita di penjara?"
Lou menatap waspada ke arah sahabatnya. Keduanya pun saling melotot dengan perasaan tak percaya. Rasa takut dan cemas pun menghantui pikiran keduanya. Terutama Lou, karena besok dirinya harus masuk kuliah. Jika tidak, bea siswa yang selama ini dia perjuangkan mati-matian akan musnah begitu saja.
"Kelihatannya ini sebuah menara. Kenapa tempat ini tidak asing lagi bagi kita Lou? Ini kan menara Universitas? Orang gila mana yang telah membawa kira kemari Lou??"
Mendadak Bahama terkejut dan juga kebingungan, begitu mendapati dirinya berada di dalam sebuah menara yang tinggi. Lou tetap tenang dan mengamati tempat itu dengan seksama. Lou pun mengetahui bahwa tempat itu bukan menara Universitas.
"Kau salah Bahama! Ini memang menara yang mirip dengan menara Universitas. Tapi cobalah lihat keluar! Sepertinya ini rumah yang mirip benteng!!" jawab Lou dengan tatapan tajam, untuk menguatkan sebuah argumentasinya di hadapan sahabatnya yang sedikit kebingungan. Namun, mendadak Bahama berbinar-binar kegirangan.
"Astaga!! Lou?! Matilah kita!!" pekik Bahama yang girang sekaligus ketakutan, expresinya yang kacau itu membuat Lou mengernyitkan dahinya dan menaikkan kedua alisnya karena tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu.
Bahama kemudian tersenyum penuh kemenangan. Dia melihat keluar dari jendela menara. Sementara Lou yang masih bingung, tidak tahu harus bertanya apa. Jadi dia pun hanya menatap tajam ke sahabatnya itu.
"Kenapa?"
"Ini adalah tempat tinggal mafia yang barusan kuceritakan padamu, Lou!!" jawab Bahama dengan begitu antusiasnya sambil menggenggam kuat pundak Lou. Sedangkan Lou, langsung teriak histeris sangking kagetnya.
"Apaaa!!??"
Wajah tampan nan putih itu langsung berwarna merah karena rasa cemas, takut dan kecewa bercampur aduk. Sedangkan wajah Bahama, tersungging sebuah senyuman penuh kemenangan.
"Bagaimana Lou? Nasib baik kini berpihak kepada kita. Dengan begini, keinginanku untuk balas dendam bisa terwujud. Aku, tidak akan mundur lagi Lou!!"
"Aku tak segila dirimu! Tak akan kupertaruhkan hidupku untuk perasaan macam itu!! Sayangilah nyawamu!!"
Lou terkejut begitu mendapati ucapan balas dendam dari mulut sahabatnya itu. Lou langsung sadar, demi mencapai ambisinya Bahama tak akan segan lagi mengorbankan nyawanya dan juga sahabatnya.
"Dasar pecundang!! Jika kau tidak sepaham denganku, carilah sendiri keselamatanmu!!"
Bahama menudingkan jarinya ke arah Lou. Keduanya pun saling menatap tajam. Seperti dua macan yang hendak saling menerkam. Namun, kondisi tubuh keduanya sudah babak belur. Lou langsung membuang mukanya. Dia tidak sudi lagi memandang wajah Bahama yang berambisi balas dendam.
"Lebih baik aku mati, daripada kugadaikan hidupku di lembah hitam!!" jawaban tegas tanpa rasa takut keluar dari mulut Lou.
"Ingatlah simbokmu Lou! Tolong, ikuti aku jika kita mau selamat!! Setidaknya untuk saat ini, karena kita tidak punya pilihan lagi untuk bertahan hidup. Aku sedikit mengenal mafia itu Lou!!"
Bahama terus-terusan membujuk Lou agar bisa sepaham dengannya. Namun Lou tetap teguh dengan keputusannya. Di dalam hatinya, banyak hal yang masih ingin ia lakukan. Ia tidak mau mati secepat itu. Karena ia belum tahu rahasia dan misteri kelahirannya. Lou ingin sekali simboknya mau memberitahukan rahasia itu.
Misteri jati dirinya sepertinya sengaja di rahasiakan darinya. Setiap kali ia mencoba bertanya, simboknya hanya menjawab dengan tangisan. Semenderita itukah kelahiran dirinya bagi simboknya? Lou terus menatap Bahama, begitu sahabatnya itu mengungkit nama simboknya.
"Kau juga masih banyak rahasia yang ingin kau ketahui. Aku ingin menemukan ayahku. Apakah kau juga tidak ingin menemukan ibumu?" tanya Lou dengan wajah tegas dan penuh keyakinan, berharap pertanyaannya itu mampu mengubah keputusan Bahama.
"Jika kita berdua selamat dari tempat ini, barulah kita bisa mencari mereka, bodoh!! Jika kau bersih keras dengan keputusanmu, yang kau dapatkan hanya kematianmu!!"
"Tidak adakah jalan lain, selain mengabdikan diri menjadi anak buah mafia?"
Pertanyaan Lou terdengar putus asa, setelah Bahama mengatakan logikanya. Bahama pun menghela nafas panjang. Dia berusaha menemukan sebuah solusi. Meskipun belum tahu berhasil atau tidak.
"Kita hanya bisa berpura-pura menyetujui kemauan mereka. Kita berdua harus sama dalam berakting!"
Bisik Bahama yang mendekatkan mulutnya ke telinga Lou. Agar rencana yang ia buat, tidak ada yang mengetahuinya. Lou pun menatap ragu ke sahabatnya itu. Otak cerdasnya langsung menyangkal bisikan Bahama.
"Mafia itu tidak bodoh! Jika untuk membuktikan dirimu serius dan menyuruh membunuhku, bagaimana hah!?"
Ucapan Lou yang serius dan mendadak bagi Bahama, bagai tikaman belati tumpul. Meskipun tidak mampu melukai lebih dalam namun rasa sakitnya tak terkatakan. Ucapan Lou ada benarnya. Dan membuat Bahama kehilangan kata-kata.
"Kalian sudah sadar? Cepat jalan, bos ingin bertemu dengan kalian!!"
Pintu besi menara terbuka, dan muncul seorang pria kekar berparas seram berbicara dengan nada kasar dan memerintahkan keduanya berdiri dan keluar dengan segera. Lou mencoba memberanikan diri untuk membantah perintah itu.
"Huh!! Siapa yang ingin bertemu dengan bos kalian?? Cepat, keluarkan aku dari sini!!"
"Sttt...diam Lou!! Kalau masih sayang dengan nyawamu, diamlah!" bisik Bahama sambil menyenggol lengan Lou.
Namun, para algojo mafia itu terlanjur mendengar penolakan tegas Lou. Mereka pun menggeret paksa lengan Lou. Sedangkan Bahama dengan senang hati mengikuti mereka.
"Ugh!!"
Lou kesakitan, karena lengan yang disanggah kain itu ditarik dengan paksa oleh orang-orang yang berpenampilan rapi namun berwajah seram itu. Mereka memaksa kedua orang pesakitan itu untuk mengikuti perintahnya. Dari menara, menyusuri lorong melewati pintu rahasia. Di suatu ruangan yang mewah, bak tempat pertemuan para raja. Seseorang duduk tenang dan penuh wibawa layaknya seorang Kaisar duduk di kursi singgasananya. Mereka semua memberi hormat dengan khusyuk. Aura orang itu begitu menakjubkan.
.