Cristian Agung Jaya si pria tampan yang di juluki dengan CEO gila pemilik salah satu perusahaan terbesar di Asia. Gila yah benar-benar gila, dia sangat antusias untuk membuat para pekerjanya pusing bahkan hampir terkena struk ringan. Namun kegilaannya di balas lebih gila lagi oleh seorang wanita yang baru saja bergabung di perusahaannya miliknya. Wanita cantik pemilik nama Naila Cynthia ini justru berbeda dari pekerja lainnya yang takut menghadapi Cristian, dia bahkan melakukan segala kegilaan untuk membalaskan semua keluhan pekerja di perusahaan besar itu. Kalau mau tahu kelanjutan ceritanya mari di baca.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon asrwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya mainan?
Setelah selesai jam makan siang, Tian kembali ke ruangannya dan melihat surat-surat yang sudah di perbaiki oleh tiap bidang.
Tian melihat kearah Thia yang tengah tertidur di meja kerjanya, dengan suasana hati yang masih kesal dia berjalan membawa surat itu kemeja kerja Thia dan membawa stempel perusahaannya.
Dia mengetuk meja itu dengan stempel yang ada ditangannya untuk membangunkan Thia.
Mendengar suara ketukan itu tentu saja menganggu tidur Thia, dia bangun dan melihat kekasihnya sudah ada di depannya.
"Sayanggggg" kata nya dengan excited melihat pacar nya itu.
"Diamm! Jangan sampe nyebut kata itu disini, ini kantor bukan rumah!!!!" katanya dengan suara tegas
"Apaan sihh, perasaan gue sama dia gak ada masalah dehh, kok bisa yah dia langsung berubah 360 derajat, padahal kita baru aja pacaran seminggu" gerutu Thia dalam hatinya yang tak menyangka kekasihku itu malah berlagak kasar padanya.
"Oke pak Tian, apa ada pekerjaan yang harus saya kerjakan?" tanya Thia dengan nada ketus nya
"Ini, Lo stempel semuanya, jangan Samapi ada stempel yang melewati garis ini" tunjuknya kearah surat itu.
"Baik pak Tian, akan saya kerjakan" ucap nya
"Emang harus sedetail itu? Lewat dikit gak boleh, memang aneh, tapi kok gue bisa yah ketipu sama dia, dan malah langsung falling in love" katanya kesal dalam hatinya yang tak terima dengan kebodohan nya.
Seharian itu tingkah gila Tian benar-benar nyata di lihat oleh Thia, ternyata apa yang selama ini belum ada apa-apa nya. Apalagi Thia mendengar gosip bahwa ada lebih dari 5 karyawan yang langsung dia pecat hari itu tanpa mau mendengar kan penjelasan.
Jam pulang kerja pun tiba, Thia yang merasa ada yang belum dia ketahui tentang kekasihnya itu memilih untuk tak berpamitan, dan hanya keluar begitu saja dari ruangan mereka.
Tian yang melihat pacarnya sudah keluar juga tak berkutik, dia hanya diam dan membereskan semua berkas yang dia periksa di meja nya itu.
"Ehhh Lo aman aja kan?" tanya Nita yang kebetulan bertemu dengan Thia di lobby kantor itu.
"Aman kok"
"Syukur dehhh, Lo pasti agak kaget yahh, gini deh kalau udah kejadian pasti korbannya banyak, apalagi yang udah di pecat, gue harap dia bisa berubah sihh" ucap nita
"Tapi itu udah tindakan paling parah gak?" tanya Thia
"Setau gue belum sihh, dia bisa lebih gila lagi dari situ, yahh sebenarnya wajar, itu pasti di pengaruhi mental psikologi dari dalam keluarga nya"
"Lo lihat gak tadi perempuan yang meluk dia di sana?" tanya Nita sembari menunjuk kearah kiri mereka.
"Pagi?" tanya Thia lagi
"Iya bener tadi pagi, itu Mama nya Pak Tian, dan setiap kali mama nya datang ke kantor ini, pasti akan ada kegilaan yang gak masuk akal yang bakal dia lakuin, entah itu mecat karyawan, atau nyari kesalahan manager atau atasan-atasan lainnya" Kata Nita menjelaskan
"Ouhhhh jadi itu mama nya?, huffffffffff kayaknya kepala gue jadi pusing deh mikirin dia, makasih yah nit buat info nya gue balik Luan yahh" ucap Thia berpamitan pada Nita, karna sejujurnya Thia langsung terpikir dengan responnya tadi pagi yang justru cemburu.
"Aduhhhh gue kenapa sih se alay itu tadi pagi, padahal itu nyokap nya Tian, pasti sihh karna respon gue ditambah lagi karna kedatangan nyokap nya Tian jadi gak mood dan bertingkah kekgini" Katanya berbicara pada dirinya sendiri didalam mobil.
Saat dia masih di parkiran, dia melihat kekasihnya itu hendak masuk kedalam mobilnya, dan tampaknya sedang bertelepon dengan seseorang.
"Dia pasti mau ketemu sama orang tuanya, gue harus ikutin" Ucap Thia yang mengikuti kekasihnya itu dari jarak yang agak jauh agar tak ketahuan.
Tak terasa sampai lah Tian di gedung apartemen para konglomerat di kota itu. Dan salah satu kamar di gedung itu menjadi tempat Papa dan Mama nya menginap.
Tian masuk dan dan bertemu kedua orang tuanya di Lobby Apartemen itu, mereka bertiga duduk dan saling mengobrol di salah satu meja yang tertelak di arah pojok lobby itu.
Thia duduk tepat di belakang mereka, dan sengaja mengganti bajunya dengan Hoodie yang ada di mobilnya.
"Kenapa mama datang ke kantor tadi pagi?" tanya Tian
"Karna mama kangen lah sama anak mama"
"Kamu semakin hari, semakin mapan yahh, gimana kira-kira untuk pertunangan mu dengan Grace?" sambung papa nya tanpa peduli dengan pertanyaan Tian yang dianggap kurang penting itu.
"Pertunangan?"tanya Thia dalam hatinya
"Tian gak berniat pa" jawab Tian tanpa rasa ragu.
"Kenapa nak? Umur kamu itu udah cocok untuk bangun keluarga, kamu juga kan udah mapan, dan gak perlu mikirin duit lagi" ucap mama nya.
"Tian gak tertarik sama Grace" jawabnya lagi
"Terus kamu tertarik nya sama siapa? Atau kamu udah punya pacar?" tanya papa nya
"Iyaa kalau memang kamu udah punya pacar, yah boleh dong dikenalin sama papa dan mama" sambung mama nya lagi
"Tunggu-tunggu atau jangan jangan kamu setuju sama perjodohan dengan Tian Fedrik?" Mendengar nama ayah nya disebut membuat Thia semakin kepo dengan pembicaraan keluarga Tian.
"Enggak Pa, Ma, Tian sampe sekarang belum tertarik sama siapa-siapa, dan rasanya untuk bangun keluarga itu gak segampang omongan papa dan mama" ucap Tian mengeles
"Dia gak mau ngakuin gue di depan orang tuanya, padahal nama bokap gue udah sampe di sebut, jahat banget sih Lo, trus notif Lo macarin gue cuman buat senang senang aja??" gerutu Thia dalam hatinya, dengan air mata yang sudah di tahannya.
"Nak, ayolah papa dan mama hanya mau kamu segera menikah, emang kamu mau jadi perjaka tua?" tanya mamanya lagi.
"Ma, pa, Tian udah bilang kan, Tian bakal nikah setelah nemuin cewek yang benar-benar sesuai sama kriteria Tian" katanya menjelaskan kepada orang tuanya itu.
"Kriteria kamu yang seperti apa? Biar papa dan mama bantu nyariin dehh"
"Iyaaa nak, Grace yang udah sempurna dari segi fisik aja kami gak mau, trus anak nya pak Fedrik yang kaya raya pun kamu tolak, mau carik yang gimana lagi coba?" tanya papa nya bingung
"Emmm sudah lah pa, ma, Tian akan mengurus nya sendiri, papa dan mama gak perlu jauh jauh berkunjung ke sini hanya untuk ngurusin hal itu, Tian udah mandiri dan bahkan mandiri sejak lahir" ucap nya menyinggung kedua orang tua yang dia anggap tak memiliki peran dalam hidupnya.
"Mama hanya takut kamu jadi pria yang kesepian nak, makanya kita sampe se effort ini"
"Gak perlu takut Ma, Tian juga normal dam butuh cewek, dan Tian udah dapat kok kalau hanya sekedar pemuas nafsu" ucap nya tanpa dosa.
Kata-kata nya itu benar-benar menyayat hati Thia, jadi selama seminggu ini Thia hanya digunakan sebagai pemuas nafsunya saja bukan karna memiliki perasaan yang tulus pada Thia.
Air mata Thia berhamburan, namun dia berusaha untuk tidak berisik dan berjalan meninggalkan tempat itu dengan gerak-gerik yang santai agar tak mencurigakan.
Thia mengeluarkan air matanya di dalam toilet gedung itu.
hadir saling support ya kk