Erlangga Putra Prasetyo, seorang pemuda tampan dengan sejuta pesona. Wanita mana yang tidak jatuh cinta pada ketampanan dan budi pekertinya yang luhur. Namun di antara beberapa wanita yang dekat dengannya, hanya satu wanita yang dapat menggetarkan hatinya.
Rifka Zakiya Abraham, seorang perempuan yang cantik dengan ciri khas bulu matanya yang lentik serta senyumnya yang manja. Namun sayang senyum itu sangat sulit untuk dinikmati bagi orang yang baru bertemu dengannya.
Aira Fadilah, seorang gadis desa yang manis dan menawan. Ia merupakan teman kecil Erlangga. Ia diam-diam menyimpan rasa kepada Erlangga.
Qonita Andini, gadis ini disinyalir akan menjadi pendamping hidup Erlangga.Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
Siapakah yang akan menjadi tambatan hati Erlangga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pandangan Mata
Keeseokan harinya.
Semua keluarga Bunda Winda sedang berkumpul di salah satu hotel milik keluarganya. Mereka telah mempersiapkan pesta anniversary pernikahan Opa Tristan Oma Salwa.
Besar harapan Erlangga untuk bisa bertemu dengan seseorang yang sangat ua rindukan. Namun sepertinya ia tidak melihatnya. Karena anggota keluarga Mami Fatin dan anak-anaknya yang lain sudah berada di hotel tersebut.
"Apa kamu masih di Paris?" Batinnya.
Erlangga mendekati keluarga Mami Fatin untuk menyapa mereka karena Erlangga baru saja sampai dan sudah lama ia tidak ikut kumpul dengan keluarga Bundanya.
"Bu de, Pak de, apa kabar?"
Erlangga mencium punggung tangan Mami Fatin dan Papi Zaki.
"Erlangga.... MasyaAllah kamu makin dewasa makin cakep ya. Bu de sehat, Pak de juga sangat sehat. Lihat saja tangannya masih berotot."
"Pak de dengar kamu sudah jadi CEO, Er?"
"Alhamdulillah, Pak de."
"Pak de suka pemuda seperti kamu. Bagaimana dengan calon tunanganmu itu?"
"Astagfirullah, itu hanya isu Pak de. Sudah diklarifikasi."
"Haha....Ya, ya, begitulah dalam bisnis Er. Kamu harus lebih waspada." Ujar Papi Zaki seraya menepuk pundak Erlangga
"Iya, Pak de."
Dalam hati Erlangga ingin menanyakan keberadaan Rifka, tapi mulutnya seperti terbungkam.
"Bang Er." Sapa Erika.
Putri dari Fadil ini memang sangat akrab dengan Erlangga.
"Hem... bagaimana kuliahmu, dek?"
"Membosankan, Bang. Tidak bisakah aku langsung skripsi saja."
"Haha... kamu ini lucu, baru semester dia sudah mau skripsi."
Akhirnya yang punya acara pun datang. Oma Salwa dan Opa Tristan. Mereka datang tidak hanya berdua namun berempat dengan Rifka dan Erina. Mereka sengaja mematikan lampu agar terlihat lebih berkesan.
Erina menggandeng tangan Opa Tristan, sedangkan Rifka menggandeng tangan Oma Salwa.
"Ini kenapa kok gelap? Apa hotel kita sudah bangkrut tidak mampu membayar listrik." Ujar Opa Tristan.
"Opa, sabar. Paling cuma konslet." Sahut Oma Salwa.
Mereka pun melangkah masuk ke restoran hotel.
"Surprise...... "
"Mabruk alfa mabruk Oma dan Opa."
Ucap cucu dan cicit mereka serentak. Anak dan menantu mereka pun berhamburan mencium tangan dan memeluk mereka. Tangan tua itu nampak gemetar merasakan kebahagiaan di hari tuanya. Betapa bahagianya mereka melihat anak turunnya berkumpul. Sudah tak terhitung lagi anggota keluarga mereka. Oma Salwa menitikkan air nata karena teringat kepada mendiang orang tuanya.
"Ayah, Bunda...terima kasih telah mengantarku lahir ke dunia ini sehingga aku dapat merasakan kebahagiaan yang luar biasa." Lirihnya.
Sementara dari sisi ujung, Erlangga terpaku melihat seseorang yang selama ini mengganggu hati dan pikirannya. Dari jauh ia melihat senyum manisnya, senyum yang tidak akan dia dapat saat menyapanya. Mata Rifka tak sengaja menangkap pandangan Erlangga kepadanya. Tanpa disadari keduanya saling pandang dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mereka tidak tahu, ada seseorang yang memperhatikan keduanya. Rifka tersadar saat tangannya tersenggol keponakannya.
"Maaf aunty."
"Ah iya, tidak apa-apa sayang."
Rifka meraba dadanya yang seperti terasa sesak.
"Astagfirullah, maafkan hamba ya Allah. Bisa-bisanya aku memandangnya." Batinnya.
Waktunya pemotongan tumpeng. Mami Fatin dan Bunda Winda membantu Oma Salwa memotong tumpeng dan dibagikan kepada anggota keluarga mereka.
"Terima kasih, Bu de." Ucap Erlangga.
"Sama-sama, Er."
Mereka menikmati nasi kuning yang sudah dibagikan. Oma dan Opa pun saling suap memakannya.
"Oma, terima kasih sudah menemaniku sampai sejauh ini. Dari masa aku gagah sampai rambut penuh uban begini, hehe... "
"Opa, Terima kasih juga sudah menjadikanku satu-satunya wanita yang menjadi pendampingmu sampai saat ini."
"Ah, kalian so sweet..." Sahut Rifka tanpa sengaja lalu menutup mulutnya.
"Hei anak gadis, makanya cepat nikah!Biar nggak kalah so sweet sama mereka." Ujar Aunty Windi.
"Tenang saja, dek. Jodohnya sedang Otw." Sahut Papi Zaki.
Hal tersebut membuat Rifka langsung cemberut. Dan membuat Erlangga jadi berpikir. Apa benar Rifka sudah menemukan jodohnya?
Waktunya memberikan kado kepada Oma dan Opa. Anak dan cucu mereka sudah menyiapkan kado masing-masing. Mulai dari kado yang paling kecil sampai paling besar dengan isi yang beragam.
Setelah acara pemberian kado adalah acara hiburan. Mereka bernyanyi bersama dan membuat permainan untuk para cucu Oma dan Opa. Permainannya adalah seseorang memilih kertas secara acak. Dalam kertas tersebut akan ada nama seseorang. Orang yang namanya disebut itulah yang akan diberikan pertanyaan oleh orang yang mengambil kertas.
"Ayo Oma, panggil cucu Oma yang akan memilih kertas ini!" Ujar Rayyan, abang Rifka.
"Cucuku yang masih bujang, Erlangga. Ayo maju sini!"
Erlangga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Erlangga pun mengambil satu kertas.
"Bukal Er!"
"Iya, Bang."
Erlangga membuka kertas tersebut dan membacanya.
"Rifka Zakiyah Abraham."
Saat namanya disebut oleh Erlangga entah mengapa hati Rifka jadi tak karuan. Padahal hanya disebut. Tak jauh beda dengan Rifka, Erlangga pun begitu.
"Maju maju maju... "
"Ayo dek, sini maju!" Ujar Rayyan.
"Ya Allah kenapa harus aku?" Batinnya.
Kenapa rasanya seperti bukan dalam lingkungan keluarga. Mereka seperti dua orang yang baru kenal dan akan dijodohkan.
"Ayo berdiri di sini. Kalian ini kenapa sih kayak orang nggak kenal gitu."
Rifka pun berdiri di samping Erlangga. Jangan tanyakan jantung mereka yang saat ini sedang berdisko.
"Ayo Er, kasih pertanyaan sama Dek Rifka seputar keluarga kita. Kalau dia nggak bisa jawab nanti kasih tepung wajahnya.
Semua orang sedang menunggu Erlangga memberi pertanyaan. Rifka menundukkan pandangannya sambil memainkan jarinya sendiri.
"Ehem... Rifka."
"Iya."
"Tanggal berapa pernikahan Bu le' Windi?
"Nah lho... ayo dijawab! Aunty Windi siap-siap ya jawabannya. Jangan-nangan nanti orangnya yang lupa tanggal nikahnya, haha..."
Rifka berpikir sejenak.
"Tanggal 2 September."
"Benar, Aunty?"Tanya Rayyan.
Aunty Windi mengulum senyum. Ia pura-pura berpikir.
"Salah, kamu sendiri tahu nggak Er?" Tanya Aunty Windi.
"Tanggal 2 Desember, Bu le'."
"Wah-wah... ternyata lebih ingat Erlangga daripada Rifka. Betul Er... "
"Yee.... Bang Er menang." Ujar Erika.
"Ayo Er, kasih tepung!" Ujar Rayyan.
"Wakilkan abang saja, meski kita masih saudara tapi kita bukan mahram."
Ujar Erlangga dengan menundukkan pandangan.
"Ah iya aku lupa Baiklah aku akan mewakilkan kamu"
Rayyan mengambil tepung dan menoel pipi adiknya berkali-kali.
"Ish, abang... "
Oma dan Opa tersenyum melihat cucu-cucunya. Mereka benar-benar menjadi hiburan bagi keduanya.
Permainan dilanjutkan. Kali ini Rifka yang mengambil kertas dan membacakan nama seseorang yang akan maju ke depan.
Setelah acara selesai, mereka tidak langsung pulang. Sebagian dari mereka membantu Oma dan Opa membuka kado.Dan sebagian lagi asik ngobrol karena jarang bertemu.
Rifka menghampiri aunty dan Omnya karena tadi ua belum sempat bersalaman kepada mereka. Rifka mencium punggung tangan Bunda Winda. Bunda Winda meraih dagu keponakannya.
"Rifka, MasyaAllah kamu makin cantik saja. Aunty sudah baca kabar tentang kamu. Selamat ya."
"Makasih, aunty. Dek Syakira dan dek Syakir masih di pesantren?"
"Iya, nanti pulangnya bulan Ramadhan."
"Iya, aunty."
Lagi-lagi Bunda Winda tidak sengaja melihat putranya memperhatikan Rifka.
"Apa mungkin perasaanku saja." Batin Bunda Winda.
Bersambung....
...****************...
lanjut
semangat untuk up date nya
semoga bahagia terus Erlangga dan Rifka