Siapa sangka, Alya yang pernah memutuskan Randy 8 tahun lalu, membuat lelaki itu memiliki dendam mendalam. Hingga saat ini, Randy masih mencari Alya hanya untuk membalaskan rasa sakitnya. Sisa cinta dan dendam seakan saling bertarung di hati Randy.
Kehidupan Alya yang berubah drastis, membuatnya mau tak mau bekerja sebagai asisten rumah tangga yang tergabung di salah satu yayasan penyalur ART ternama.
Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, Alya bekerja di rumah Randy yang kini sudah beristri. Di situ lah kesempatan Randy memperlakukan Alya dengan buruk. Bahkan, menghamilinya tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu apa alasanku dulu memutuskanmu, kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.” – Alya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Malam harinya saat tengah beristirahat selesai membereskan meja makan, Alya langsung pergi ke kamarnya. Baru sehari kerja di rumah sang mantan, ia seakan sudah tak sanggup. Beban kerjanya begitu berat. Belum lagi lingkungan kerjanya yang membuatnya tertekan.
Tapi, ada satu hal lagi yang membuat ia ingin menangis. Sikap Randy padanya yang begitu dingin dan kejam. Padahal, dulu lelaki itu begitu manis dan penyayang.
Hingga saat tengah melepas lelah, tiba-tiba, Randy masuk ke dalam kamar Alya. Seketika Alya yang sedang merebahkan tubuhnya pun bangun. Apalagi, ia hanya mengenakan piyama pendek.
"Kamu masih ingat aku ‘kan? Masih ingat dengan apa yang sudah kamu dan orang tuamu lakukan padaku dulu?” Randy seakan begitu ingin melampiaskan rasa sakitnya.
“Maaf,” jawab Alya menunduk tanpa berbicara lebih, dan tetap menutupi dirinya dengan selimut.
Tersenyum kecut, Randy mengatakan bahwa apa yang Alya alami saat ini adalah bentuk hukuman dari semesta karena telah menyakitinya di masa lalu. Termasuk nasib Alya yang kini menjadi ART. Ia juga menegaskan bahwa hatinya belum bisa memaafkan Alya dan kedua orang tuanya dulu.
“Aku, yang kalian bilang hanya anak yatim piatu tanpa masa depan, nyatanya memiliki kehidupan yang lebih baik darimu. Lupa, ibumu pernah bilang kalau aku tak pantas untukmu karena statusku? Sekarang bagaimana? Apa kamu sudah memberitahu ibumu kalau kamu jadi pembantu di rumahku?” lanjut Randy.
Mengangkat dagu Alya yang sedari tadi menunduk, Randy menatapnya begitu dalam. Seakan dua kepribadian saling beradu dalam dirinya. Saat memandang wajah Alya, ada perasaan bersalah dalam dirinya, apalagi saat mereka berpandangan sekian detik. Wajah mulus Alya seakan mengingatkan memorinya saat dulu mereka masih bersama. Tak bohong, masih ada sisa rasa di antara mereka.
Tapi di sisi lain, rasa sakit hati dan dendam Randy masih begitu kental.
Hingga tak lama, terdengar suara Nadia memanggil suaminya. Sontak Randy pun berdiri dan keluar dari kamar Alya. Sayangnya, Nadia lebih dulu melihatnya.
“Kamu sedang apa di kamarnya?” Raut wajah Nadia terlihat penuh tuduhan.
“Tadi saat aku lewat, dia bilang ada kecoak. Tapi, setelah aku cek tidak ada apa-apa. Sepertinya dia sengaja memancingku agar menemuinya di kamar,” jelas Randy berbohong.
Nadia pun langsung masuk ke kamar Alya dan menamparnya. “Dari awal saya sudah curiga, kamu tidak seperti pembantu pada umumnya. Kamu sengaja kerja di yayasan itu hanya ingin menggoda majikanmu ‘kan? Karena kamu tahu majikanmu adalah orang-orang kaya!”
Menggeleng sembari menahan tangis, Alya hanya bisa mengatakan bahwa ia tak seperti itu.
“Sudah, ayo masuk kamar,” ajak Randy melerai istrinya.
Hati Alya pun semakin hancur, kala ia baru menyadari bahwa Randy memperkerjakannya karena ingin balas dendam. Ia pun meringkukkan tubuhnya di bawah selimut, agar tak ada siapa pun yang mendengarnya menangis. “Ayah...ibu.”
***
Sementara itu, saat di dalam kamarnya, Randy tak henti memikirkan Alya. Rasa cinta dan dendam itu seakan datang silih berganti tanpa bisa dikontrol. Dibayangkannya wajah Alya yang masih terlihat cantik seperti dulu.
Hingga jiwa lelakinya muncul, terlintas niat buruk Randy untuk semakin melakukan pembalasan dendamnya. Entah setan apa yang sudah merasukinya, Randy keluar kamar setelah memastikan Nadia tengah tertidur pulas. Ia berjalan ke kamar Alya dan langsung masuk begitu saja karena kamar ART memang tak boleh dikunci.
Alya yang tengah tertidur pun tiba-tiba terbangun dan ingin berteriak karena terkejut melihat kedatangan Randy malam-malam begini.
“Diam, jangan berteriak! Layani aku, Alya!” Randy membungkam mulut Alya dengan tangannya.
Menggeleng, Alya tak bisa menahan air matanya. Ia begitu ketakutan. Lelaki yang sampai detik ini masih ada di hatinya itu pun seakan ingin menyakitinya.
Melepas bajunya, Randy juga melakukan hal yang sama pada Alya. Mantan kekasihnya itu dibuat tak berkutik dengan belaian tangan Randy. Apalagi, Randy juga mengancam akan melaporkannya pada yayasan dan membuat Alya tak akan lagi bisa bekerja di mana pun, karena kekuasaannya.
“Tolong, jangan lakukan ini, Randy. Aku mohon. Aku minta maaf atas kesalahanku juga orang tuaku dulu,” pinta Alya menangis.
Tak peduli, Randy hanya fokus pada tubuh Alya yang baginya sangat menggoda. Mulai mencumbunya, Randy begitu menikmati tubuh Alya yang masih gadis itu. Sepertinya, ini bukan lagi dendam yang bermain, tapi rasa cinta yang masih ada itu lah yang berubah menjadi n*fsu. Sementara Alya pun tak bisa berbuat apa-apa untuk melawannya dan hanya bisa pasrah.
“Katakan pada ibumu, Sayang, ini lah masa depanmu," ujar Randy semakin gila mencumbu Alya.
Malam panas itu pun terjadi begitu saja.
Hingga beberapa saat kemudian, Sari yang baru saja dari kamar mandi, tak sengaja melihat tuannya itu baru saja keluar dari kamar Alya pukul 12 malam.
***
Satu bulan berlalu, Alya menahan diri untuk terus bekerja di lingkungan yang tak menyenangkan itu. Tekanan, teguran, dan amarah para majikannya pun seakan sudah biasa terjadi. Belum lagi perlakuan Sari padanya dan juga kenakalan Raina. Semua itu ia tahan demi agar ia bisa tetap bekerja di bawah yayasan untuk menyambung hidup.
Apalagi, sejak malam panasnya kala itu, sikap Randy seolah tak terjadi apa-apa dan masih sama dingin dan kejamnya seperti biasa.
Hingga suatu ketika, wajahnya tiba-tiba pucat, tubuhnya melemas dan pekerjaannya pun jadi berantakan.
Masakannya pun jadi keasinan sampai mengudang amarah Nadia.
Akhir-akhir ini, Sari bahkan beberapa kali mendengar suara Alya sedang muntah-muntah saat di kamar mandi. Tentu, ia tak bisa berpikir positif. Otaknya seketika tertuju pada malam saat tuannya itu keluar dari kamar Alya.
“Kamu hamil ya?” tuding Sari.
Menggeleng, Alya mengaku hanya masuk angin.
Entah apa yang ada dalam benak Sari, ia lalu dengan semangatnya membeli testpack.
Setelah melaporkan kondisi Alya yang sering muntah, Sari juga melaporkan kejadian malam itu pada Nyonyanya.
“Apa? Kamu serius, Sar? Kenapa baru bilang sekarang?” Nadia seakan tak menyangka atas apa yang Sari katakan.
“Kalau Nyonya tidak percaya, kita buktikan saja,” usul Sari lalu menyodorkan testpack itu pada majikannya.
Mereka berdua pun langsung memanggil Alya untuk diinterogasi dan memintanya melakukan tes kehamilan.
Dengan ragu, Alya terpaksa melakukannya karena ditekan dan dipaksa.
Hingga saat ia keluar dari kamar mandi, mereka dibuat terkejut setelah melihat tanda pada testpack itu.
Seketika Nadia menampar pipi Alya begitu keras sampai memerah.
...****************...