Ketika Akbar tiba-tiba terbangun dalam tubuh Niko, ia dihadapkan pada tantangan besar untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan baru yang sama sekali berbeda. Meskipun bingung, Akbar melihat kesempatan untuk menjalani hidup yang lebih baik sambil berusaha mempertahankan identitasnya sendiri. Dalam prosesnya, ia berjuang meniru perilaku Niko dan memenuhi harapan keluarganya yang mendalam akan sosok Niko yang hilang.
Di sisi lain, keluarga Trioka Adiguna tidak ada yang tau kalau tubuh Niko sekarang bertukar dengan Akbar. Akbar, dalam upayanya untuk mengenal Niko lebih dalam, menemukan momen-momen nostalgia yang mengajarinya tentang kehidupan Niko, mengungkapkan sisi-sisi yang belum pernah ia ketahui.
Seiring berjalannya waktu, Akbar terjebak dalam konflik emosional. Ia merasakan kesedihan dan penyesalan karena mengambil tempat Niko, sambil berjuang dengan tanggung jawab untuk memenuhi ekspektasi keluarga. Dengan tekad untuk menghormati jiwa Niko yang hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Farhan Akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konglomerat Trioka Adiguna
Dengan cepat, dia mengklik link tersebut dan mulai membaca informasi yang muncul. Di dalamnya, dia menemukan penjelasan tentang Maya Cinta, seorang artis ternama yang telah meraih banyak penghargaan dalam kariernya. Artikel itu juga menjelaskan tentang keluarganya.
Akbar membaca informasi lebih lanjut tentang keluarga Maya Cinta Trioka Adiguna di GooSel.
Maya Cinta Trioka Adiguna
Usia: 40 tahun
Latar Belakang: Sebagai artis yang sukses, Maya telah melalui berbagai liku-liku dunia hiburan. Meskipun kehidupannya penuh sorotan, dia selalu berusaha menjaga kedekatan dengan keluarganya. Pengalaman masa lalu, termasuk tantangan dalam karir dan kehidupan pribadi, membentuknya menjadi sosok yang kuat dan bijaksana.
Bastian Trioka Adiguna
Usia: 42 tahun
Latar Belakang: Sebagai suami dari Maya Cinta, Bastian terbiasa hidup di tengah sorotan publik. Dia adalah pengusaha di bidang real estate dan telah mencapai kesuksesan yang signifikan.
Bastian Trioka Adiguna, suami Maya, adalah seorang konglomerat yang memiliki berbagai bisnis di bidang properti dan real estate, dikenal di kalangan elite.
Yona Trioka Adiguna
Usia: 20 tahun (Kakak Niko)
Mahasiswa
Ciri fisik: Memiliki rambut pendek dan gaya berpakaian yang trendy, selalu tampil modis.
Yona berkuliah di salah satu universitas ternama di negeri ini dengan jurusan Desain Fashion. Di kampus yang terkenal dengan program seni dan desainnya yang unggul, dia memiliki kesempatan untuk belajar dari para profesional berpengalaman dan berkolaborasi dengan mahasiswa berbakat lainnya.
4. Niko Trioka Adiguna
Usia: 15 tahun
Deskripsi: Anak kedua laki-laki yang cerdas dan suka berpetualang, saat ini bersekolah di SMA elit Jakarta. Kini dia berusia 15 tahun. Sekarang dia berada di kelas 2 SMA.
5. Ria Trioka Adiguna
Anak bungsu berusia 10 tahun yang manis dan menggemaskan.
Akbar: (dalam hati) Keluarga ini mencerminkan kehidupan yang harmonis dan bahagia, meskipun dikelilingi oleh glamour. Namun, aku merasa ada lebih banyak hal di balik kesuksesan ini.
Dengan rasa ingin tahu yang mendalam, Akbar bertekad untuk menggali lebih jauh, mencari tahu rahasia dan dinamika di balik keluarga Trioka Adiguna.
Akbar sangat senang setelah membaca informasi tentang keluarga Trioka Adiguna. Senyum penuh makna tersirat menghiasi wajahnya.
Akbar: (dalam hati) Seolah ini adalah kehidupan yang selama ini aku inginkan, penuh dengan cinta, sukses, dan kebahagiaan.
Dia merasa semangatnya pulih, seolah memiliki kesempatan kedua untuk menjalani hidup yang lebih baik. Akbar membayangkan bagaimana rasanya menjadi bagian dari keluarga yang begitu harmonis dan sukses.
Akbar: "Ini bisa jadi peluang untuk mengubah segalanya."
Dengan pikiran yang penuh harapan, dia bertekad untuk tidak hanya menjalani kehidupan ini, tetapi juga memperjuangkan nilai-nilai yang selama ini dia pegang. Akbar ingin menjadi pribadi yang lebih baik, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekelilingnya.
Dia merasakan dorongan kuat untuk belajar, berkembang, dan mengeksplorasi dunia baru ini. Dengan semangat yang baru, Akbar siap menghadapi tantangan di depan dan menemukan jalan menuju kehidupan yang lebih berarti.
Akbar, kini mengisi peran sebagai Niko Trioka Adiguna, anak kedua dalam keluarga yang kaya dan berpengaruh.
Dengan penampilan yang menarik, dia memiliki aura percaya diri dan pesona yang membuatnya mudah bergaul. Wajahnya tampak cerdas, dengan mata yang selalu bersinar penuh rasa ingin tahu.
Sebagai seorang remaja berusia sekitar 15 tahun, Niko adalah sosok yang cerdas, suka berpetualang, dan juga memiliki sisi nakal.
Dia sering terlihat mengenakan pakaian kasual yang trendi, mencerminkan gaya hidup aktifnya, tetapi juga suka berpesta dan terlibat dalam berbagai kegiatan yang menggoda.
Meskipun bersekolah di SMA elit Jakarta, Niko tidak asing dengan kehidupan malam dan kesenangan yang berlebihan. Terkadang, sifat bajingan ini membuatnya terlibat dalam masalah, terutama ketika dia mengabaikan tanggung jawabnya demi kesenangan sesaat.
Dia memang suka tantangan, tetapi Niko juga sering membuat pilihan yang salah, seperti menghabiskan waktu dengan teman-teman yang tidak selalu membawa pengaruh positif.
Meski demikian, Niko tetap memiliki sisi lembut yang mencintai keluarganya, selalu siap membantu dan menjaga adik-adiknya.
Dengan latar belakang keluarga yang glamor, Niko merasakan tekanan untuk memenuhi harapan orangtuanya, tetapi dia berusaha untuk tetap menjadi dirinya sendiri, mengejar mimpi dan passion-nya, meskipun sering kali ia terjebak dalam perilaku yang kurang baik.
Akbar, dalam peran Niko, kini bertekad untuk mengubah nasib, sambil menjaga nilai-nilai yang dia pegang erat.
Tiba-tiba, suara teriakan memecah keheningan pagi.
Maya: "Nikooooooo! Ayo cepat mandi, nanti kamu terlambat sekolah!"
Akbar, yang kini berperan sebagai Niko, terkejut sejenak. Dia membuka pintu dan melihat ibunya, Maya Cinta, berdiri di depan dengan ekspresi penuh perhatian.
Niko: "Iya, Mah! Sebentar lagi!"
Maya tersenyum, tapi ada sedikit kekhawatiran di wajahnya. Niko merasa campur aduk—di satu sisi, dia senang memiliki ibu yang peduli, di sisi lain, dia merasa tertekan dengan ekspektasi yang harus dipenuhi.
Akbar: (dalam hati) Oke, ini saatnya menjalani peran ini dengan baik.
Dia melangkah ke kamar mandi, mencoba menenangkan diri sambil berpikir tentang semua tanggung jawab yang akan dia hadapi sebagai Niko. Dengan cepat, dia berusaha meresapi semua informasi dan sifat Niko yang harus dia jalani.
Setelah mengingatkan Niko, Maya melanjutkan dengan nada sedikit tegas.
Maya: "Niko, kamu jangan membuat ayahmu marah lagi. Ayo cepat mandi dan bergegas!
Mang Toing sudah menunggu kamu dari tadi."
Akbar merasa sedikit tertekan mendengar nama Mang Toing. Dia tahu itu berarti dia harus bersiap-siap lebih cepat.
Niko: "Iya, Mamah! Aku akan cepat!"
Saat Niko masuk ke kamar mandi, dia merenungkan kata-kata mamahnya. Dia tidak ingin mengecewakan ayahnya, Bastian, tetapi di sisi lain, dia merasa bebas untuk menjalani hidupnya sendiri.
Akbar: (dalam hati) Ini saatnya aku memperbaiki kesalahan. Aku tidak bisa terus-terusan jadi bajingan, terutama jika itu membuat keluargaku kecewa.
Dengan semangat baru, Niko segera mandi, berusaha untuk bersiap-siap secepat mungkin. Dia ingin menunjukkan kepada keluarganya bahwa dia bisa bertanggung jawab, meskipun sifat nakalnya kadang menguasai.
Saat Niko tengah mandi, suara Maya terdengar dari luar pintu kamar mandi.
Maya: "Niko! Kamu sekarang akan diantar-jemput oleh Mang Toing setiap ke sekolah. Jika kamu membawa mobil, pasti kamu akan bolos lagi, dan Ayah akan marah sama kamu!"
Akbar mendengar kata-kata itu dan merasakan sedikit frustrasi. Dia mencoba bermain peran sebagai Niko, dengan nada suara yang kurang sabar.
Niko: "Apa sih, Mah? Kenapa harus dengan Mang Toing? Aku bisa pergi sendirian, tidak perlu diantar-jemput seperti anak bocah saja!"
Maya menghela napas dari luar. Dia tahu betapa keras kepalanya Niko, tetapi dia hanya ingin melindungi anaknya.
Maya: "Niko, ini demi kebaikanmu. Ayah hanya ingin kamu fokus belajar dan tidak terlibat masalah lagi."
Akbar menyandarkan tubuhnya ke dinding kamar mandi, merenungkan kata-kata mamahnya.
Dalam hati, dia merasakan sedikit rasa bersalah. Dia tahu Niko harus berubah, tetapi ego remajanya membuatnya ingin merasakan kebebasan.
Akbar: (dalam hati) Aku harus bisa memainkan peran ini dengan baik, tapi tetap menjadi diriku sendiri.
Maya mendengar nada protes Niko dan menjawab dengan lembut namun tegas.
Maya: "Niko, mamah pusing. Pekerjaan mamah banyak. Kamu sudah besar, seharusnya mengerti."
Akbar merasa sedikit tersentuh oleh suara mamahnya yang penuh beban. Dia tahu bahwa kehidupan glamor keluarga Trioka Adiguna tidak sepenuhnya mudah. Dia mengatur ulang pikirannya, mencoba melihat dari sudut pandang mamahnya.
Niko: "Iya, Mamah. Maaf, aku hanya... merasa tidak nyaman diantar seperti ini."
Maya: "Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Kita semua punya tanggung jawab. Tolong hargai usaha mamah dan ayah."
Akbar mengangguk meski mamahnya tidak bisa melihatnya. Dia menyadari bahwa perannya sebagai Niko tidak hanya tentang kesenangan dan kebebasan, tetapi juga tentang menghargai keluarga.
Akbar: (dalam hati) Baiklah, aku akan mencoba mengerti dan beradaptasi. Ini adalah kehidupan baru yang harus kuterima.
Setelah Niko selesai mandi, dia keluar dari kamar mandi dengan tubuh berbalut handuk yang masih basah. Maya berdiri di sana, siap menunggu.
Maya: "Ayo, sayang."
Maya mencium pipi Niko lembut, senyumnya hangat.
Maya: "Mamah sudah menyiapkan pakaianmu. Cepat ganti, ya. Kamu sudah terlambat."
Akbar merasa sedikit canggung, tetapi juga merasa dimanjakan, terutama karena Niko adalah satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga. Dia melihat pakaian yang rapi sudah siap di atas tempat tidur.
Niko: "Iya, Mamah."
Maya pergi, membiarkan Niko berganti pakaian. Dengan cepat, dia mengenakan seragamnya dan berusaha memikirkan semua yang akan terjadi hari ini. Dia tahu Mamanya sangat memperhatikannya, dan itu memberi sedikit rasa nyaman di tengah tekanan yang dirasakannya.
Akbar berdiri di depan cermin, mengenakan seragam sekolah Elite yang membuatnya tampak lebih tampan. Celana cream dengan efek kasual yang rapi dan kemeja biru langit yang bersih berpadu sempurna, memberikan kesan elegant dan ceria.
Di balik raut wajahnya yang tampan, terdapat campuran kebingungan dan ketegangan. Dia menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Tubuh Niko kini miliknya, tetapi jiwa Niko tidak ada lagi.
Akbar: (dalam hati) Gua cocok juga pakai baju beginian ternyata... tapi ini bukan hidup gua. Apa yang harus gua lakukan?