'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Lihat, bukankah dia sangat hot," bisik seorang wanita pada temannya saat pria tampan yang menjadi incaran semua wanita melewati mereka.
"Hmm... Tuan Devandra memang laki-laki tanpa celah," bisiknya lagi.
Mata kedua gadis itu pun hampir saja lepas dari tempatnya karna tak pernah berkedip saat seorang Maverick Devandra melewati mereka.
Maverick Devandra, pria tampan incaran para wanita. Bagaimana tidak, harta dan kekayaan yang melimpah dan bisnis yang tersebar di berbagai negara.
Menjadi pria yang merajai dunia bisnis sejak tiga tahun yang lalu.
Pria itu sukses membuat perusahaan keluarganya semakin berada di puncak tertinggi rantai bisnis.
Dan kini pria tampan itu sedang berada di salah satu club miliknya.
Devandra mendudukan dirinya di sofa tanpa ada minat untuk menyapa ataupun berbicara pada wanita-wanita yang sedari tadi melihatnya penuh minat.
Namun, tiba-tiba sesosok wanita yang di kenalnya malah menghampirinya dan duduk di atas pangkuannya.
Dan hal itu menjadi tontonan bagi para wanita yang memang sengaja memilih tempat duduk dengan pria tampan itu.
"Wanita itu berani sekali?" ujar seorang wanita yang berada di meja lain.
"Pasti sebentar lagi dia akan habis. Kita lihat saja," sahut wanita lainnya.
"Sedang apa kau disini? Pulanglah," ujar Devandra dingin dan menatap dingin pada wanita yang ada di pangkuannya.
Wanita yang tak lain adalah Xannia itu mengulurkan tangannya dan menyentuh rahang tegas Devandra dengan lembut.
"Kenapa kau mengusirku? Aku datang kesini sengaja untuk menunggumu," sahut Xannia dengan nada suara lemah karna efek alkohol.
"Kau mabuk?" tanya Devandra memicingkan matanya saat mencium aroma alkohol dari mulut Xannia
"Tidak aku tidak mabuk, aku masih sadar," ujar Xannia.
Tangan Xannia tak pernah diam dan terus meraba wajah Devandra hingga sampai di leher pria itu.
Xannia mengendus wangi tubuh Devandra dengan sedikit mendekatkan wajahnya pada leher pria itu.
"Kau sangat wangi," bisik Xannia
Xannia bahkan dengan berani mencium leher Devandra di hadapan semua pengunjung club yang ada di lantai dua.
Devandra tak mengatakan apapun dan hanya diam saja, saat wanita itu menciumi lehernya.
"Aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu pulang," ujar Devandra masih dengan sikap dinginnya.
"Ayo kita menikah," bisik Xannia tiba-tiba di telinga Devandra.
Pria itu terdiam sembari mencerna dengan apa yang baru saja di dengarnya.
Lantas pria itu memperlihatkan smirk-nya dan menatap Xannia.
"Lalu, apa yang akan aku dapatkan jika aku menikahi-mu," ucap Devandra sambil menatap wajah cantik itu.
Xannia tak langsung menjawab, wanita itu menatap mata tajam Devandra yang juga sedang menatapnya
"Anak!" sahut Xannia.
"Aku akan memberikanmu anak laki-laki," lanjutnya.
"Lalu, apa yang kau dapatkan dariku?" tanya Devandra yang ingin tahu maksud wanita di pangkuannya.
"Dirimu, aku mendapatkan dirimu dan juga kekuasaanmu," jawab Xannia dengan jujur.
"Jadi, kau memanfaatkan diriku?" tanya Devandra dengan wajah seriusnya.
"Bisa di katakan seperti itu, bukankah kita saling menguntungkan? Kau mendapatkan anak dariku dan aku mendapatkan dirimu di belakangku," pungkas Xannia dengan jujur.
Devandra tampak tertawa tanpa minat dan menatap tajam Xannia.
"Bagaimana jika kau tak bisa memberikanku anak laki-laki?" tanya Devandra.
"Maka aku akan menjadi istrimu sampai kau mendapatkan anak laki-laki dariku. Itulah kontraknya," ujar Xannia dengan keberaniannya.
Mereka terus saja berbicara tanpa takut pembicaraan mereka di dengar oleh orang lain.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita mencicilnya sekarang agar kau bisa cepat hamil dan melahirkan anak untukku," kata Devandra
Pria itu memegang pipi Xannia dan mulai mencium bibir wanita itu di hadapan orang-orang yang memang juga berada di sana.
Tampak beberapa wanita menutup mulutnya dengan mata yang membola karna terkejut. Karna ini adalah pertama kalinya mereka melihat seorang Devandra mencium wanita di tempat umum.
Xannia membalas ciuman itu walau pada awalnya terasa kaku, mengingat ini adalah ciuman pertamanya.
Ciuman itu semakin lama semakin menuntut.
"Kita lanjutkan di tempat lain," ujar Devandra dengan bibir yang masih menempel di bibir Xannia.
Devandra menggendong Xannia ala bridal style dan membawanya keluar dari dalam club.
Saat mereka sudah keluar, Airin datang dengan wajah kesalnya.
"Sial, gara-gara pria itu menghambatku," gerutu Airin.
"Kemana dia?" monolog Airin karna tak mendapati Xannia di tempatnya.
Lantas Airin menghampiri Cia di meja bar bersama kekasihnya.
Sementara itu Devandra membawa Xannia yang berada di gendongannya menuju mobilnya.
"Kita kembali ke mansion," ujar Devandra pada sang supir.
"Baik tuan," sahut sang supir.
Supir itu membukakan pintu mobil untuk majikannya.
Devandra masuk kedalam mobil setelah mendudukan Xannia di sampingnya.
Devandra memindahkan Xannia agar duduk di pangkuannya dan mobil itu pun melaju dengan cepat membelah jalanan kota New York yang cukup ramai di malam hari.
Mobil yang membawa mereka pun sampai di sebuah mansion besar dengan halaman luas di sekelilingnya.
Devandra keluar dari mobil dengan Xannia yang berada di gendongannya.
Pria itu berjalan masuk kedalam mansion dan membawa Xannia masuk kedalam kamar.
Devandra menutup pintu kamarnya menggunakan kakinya dan dengan otomatis pintu itu terkunci dengan sendirinya.
Dia merebahkan Xannia di atas ranjang dengan sedikit kasar.
"Mari kita mencicilnya mulai dari sekarang," ujar Davendra dengan senyum miring yang menghiasi wajah tampannya.
Dan tanpa menunggu lagi, pria itu langsung melahap habis bibir Xannia.
Bahkan sampai membuat gadis itu kewalahan karna serangan mendadak dari pria yang kini sudah berada di atas tubuhnya.
Kau tak akan pernah bisa lepas dariku, 'batin Davendra
Xannia membuka matanya dan menatap pria yang sedang mencium dirinya.
"Aku ingin kontraknya," ujar Xannia di sela-sela ciuman mereka.
"Aku akan menyuruh asistenku untuk membuatnya," jawab Davendra dan kembali mencium bibir itu.
Xannia mengalungkan tangannya di leher pria itu dan membalas ciumannya dengan tak kalah panasnya.
'Kita lihat siapa yang akan menang, 'batin Xannia
Xannia menyetujui ajakan Airin untuk pergi ke club
Milik Davendra. Karna dia mendengar pembicaraan pria itu dan juga asisten mendiang ayahnya yang menyuruhnya untuk segera memiliki anak.
Dengan sedikit mabuk maka Xannia tak akan terlalu malu jika nanti pria itu menolaknya. Tapi, siapa sangka Davendra dengan mudahnya menerima ide gila Xannia.
Dan kini pakaian yang dikenakan oleh Xannia sudah tidak lagi berada di tubuhnya.
Tangan besar pria itu bahkan sudah bergerilya kemana-mana.
Xannia melenguh saat tangan itu menangkup dan meremas kedua benda bulatnya.
"AHHH-" desah Xannia malah semakin membuat hasrat Devandra semakin tinggi.
Xannia bahkan membantu pria itu untuk melepaskan semua pakaiannya.
Setelah semua pakaiannya terlepas, Davendra kembali melahap benda bulat di depannya dengan tak sabaran.
Dan saat akan memasuki permainan intinya, Xannia menghentikan Davendra di tengah jalan.
"Ada apa?" tanya pria itu dingin dengan hasrat yang sudah hampir memenuhi isi kepalanya.
"I-ini pertama kalinya untukku. Jadi lakukanlah dengan pelan, sahut Xannia dengan napas yang memburu.
"Sepertinya kau sudah tidak terlalu mabuk," ejek Davendra.
Xannia meringis saat pria itu sudah hampir membobol pertahanan dirinya.
"Shitt..." geram Davendra dan menghentikannya sekaligus.
"Argghhhh..." jerit Xannia saat pria itu berhasil memasuki dirinya sepenuhnya.
Davendra menatap wajah Xannia yang berada di bawahnya sedang menahan sakit sambil menutup matanya.
Bahkan tangan Xannia mencengkram tangan
Devandra.Pria itu mengusap peluh yang membasahi dahi Sydney dan mengecup kening wanita itu dengan lembut.
"Aku akan melakukannya dengan pelan," bisik Davendra.Pria itu mengecup bibir Xannia.
'Kau milikku Xannia dan hanya milikku, 'batin Devandra di sela-sela bergerak di atas Xannia.