NovelToon NovelToon
Hangatnya Bersama Mu

Hangatnya Bersama Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Udumbara

Warm Time With You
(Hangatnya Bersama mu)

....

Kalau penasaran dengan ceritanya langsung aja baca yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Udumbara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2

"Ssshhh, banyak sekali," Amanda bingung bagaimana cara menahan air susunya yang terus menetes dan membasahi bajunya.

Tok.. Tok..

"Sudah selesai?" terdengar suara photograper dari luar yang sedang menunggu dirinya.

"Sepertinya aku diare, Pak. Boleh pulang?" tanya Amanda berbohong.

"Diare? Kamu salah makan hari ini? Kenapa kamu tidak menjaga makananmu? Ada satu baju lagi yang harus dikenakan," ucap sang photograper dengan nada sedikit kesal.

Raut wajah Amanda begitu menahan sakit. la mengambil handuk kecil yang ada di toilet tersebut dan menutupi dadanya.

Ceklek..

"Kamu kenapa?" bingung sang photograper tersebut saat melihat Amanda seperti menahan sakit.

"Jika manager ku sudah kembali, katakan padanya untuk mengurus pembatalan kontrak kerja sama dengan perusahaan Valentino ini. Aku mau pulang,,"

Ya, Amanda memiliki manager yang selalu bersamanya. Saat ini managernya tengah pergi membelikan makan siang untuknya dan belum kembali.

"Tapi?"

Amanda tidak mendengarkan protes dari photograper nya, karena ia sudah benar-benar tidak tahan. la rela rugi karena memutuskan kontrak dengan perusahaan brand terkenal itu, dari pada orang lain tahu kalau ia punya penyakit stimulasi hormon prolaktin dan membuat para fansnya berpikir yang tidak tidak dengannya.

Amanda melewati orang-orang yang tengah menatapnya bingung itu.

"Ada apa dengan Amanda? Dia seperti kesakitan,"

"Mungkin Amanda capek karena terus bekerja dan kesehatannya tidak stabil,"

"Semoga Amanda gak apa-apa deh. Soalnya aku dengar ada perusahaan yang ingin menjadikannya pemeran utama dalam filmnya,"

"Benar, aku juga ada mendengar itu. Aku tidak sabar menunggu film yang akan diperankan oleh si cantik Amanda,"

Amanda meremas kuat ujung bajunya dan berdecak karena lupa akan kontrak itu. "Bagaimana bisa aku acting kalau seperti ini?" gumamnya yang bergegas menuju mobilnya.

Saat ia hendak membuka pintu mobilnya, tiba-tiba tangannya ditahan oleh seseorang. "Sayang, sudah selesai pemotretannya?" tanya Rafli Erwinherdyana pacar dari Amanda.

"Kamu? Ngapain kesini?" bingung Amanda berusaha menormalkan ekspresi wajahnya.

"Aku ingin melihatmu pemotretan. Tapi, sepertinya aku terlambat." cicit Rafli terdengar sedih.

Amanda menarik napas panjang. "Aku sedang sakit, jadi mau pulang sekarang. Kamu sudah selesai meeting nya?"

"Apa? Kamu sakit? Sakit apa kamu? Perlu ke rumah sakit?" cecar Rafli nampak khawatir. la memegang jidat Amanda menggunakan punggung tangannya untuk memastikan suhu badan sang pacar.

Amanda tersenyum karena melihat kekhawatiran dari kekasihnya. "Aku diare. Maaf, ya, aku mau pulang dan istirahat,"

"Perlu aku temani, Babe?" Rafli menatap dalam sang kekasih.

Amanda menggeleng pelan dan tersenyum tipis. "Tidak perlu, kamu kembalilah ke kantor."

"Tidak masalah?"

"Aman kok, sudah, ya? Aku pulang." Amanda segera memasuki mobilnya. Ia melambaikan tangannya pada sang kekasih sebelum menyuruh sopirnya untuk jalan.

"Amanda terlihat aneh," gumam Rafli yang masih memperhatikan mobil kekasihnya itu menjauh. la membuang napas panjang dan kembali ke mobilnya. "Mungkin dia benar-benar lelah," ucapnya berusaha berpikiran positif.

***

"Kok bawa anak kerja, Pak? Apa gak kasihan anaknya kepanasan?" tanya seorang satpam yang berjaga pada sebuah rumah mewah itu.

Aditya melirik anaknya yang ada di gendongan depannya itu. la tersenyum kecut dan membenarkan wajah anaknya agar tidak terkena cahaya matahari.

"Mau bagaimana lagi, Pak? Tidak ada yang merawat anak saya di rumah, dan terpaksa saya membawanya bekerja," pungkas Adit.

Satpam tersebut menatap Aditya dan anaknya secara bergantian. "Istrinya kemana, Pak?" tanyanya penasaran.

"Selingkuh, cerai," jawab Chandra pelan.

"Eh? Maaf-maaf, Pak. Semangat kerjanya, ya. Semoga anakmu kuat tubuhnya,"

Tit.... Tit...

Aditya dan satpam itu menoleh kebelakang yang ternyata pemilik rumah itu sudah tiba.

"Lho? Non Amanda udah pulang?"

"Terimakasih uang lebihnya tadi, Pak. Saya permisi," ucap Adit yang langsung pergi dari hadapan satpam tersebut.

"Sama-sama, Pak." satpam tersebut mendekati mobil majikannya terlebih dahulu.

Amanda menurunkan kaca mobilnya dan memperhatikan kurir paket yang tengah menggendong bayi itu.

"Kurir paket, Pak?" tanya Amanda pada satpamnya.

"Iya, Non. Ini paketnya," satpam itu memberikan pesanan online milik Amanda.

Amanda menerima paketnya itu dengan senyum senang, karena isinya adalah pemompa asi yang baru.

"Itu kurir yang biasanya, 'kan?" tanya Amanda yang sudah sering melihat kurir tersebut.

"Benar, Non. Saya kasihan dengannya yang bekerja bawa anak sekecil itu,"

"Kenapa bawa bayi, Pak?"

"Dia bilang, istrinya berselingkuh dan mereka baru saja bercerai. Karena tidak ada yang menjaga anaknya, terpaksa dia membawanya kerja," jelas satpam tersebut.

Amanda manggut-manggut mendengarkan cerita dari pekerjanya itu. "Amanda masuk dulu, ya, Pak." pamitnya.

"Iya, Non,"

Sekarang sudah sore hari dan saat ini Aditya tengah singgah dibawah pohon karena anaknya sedang menangis.

"Astaga, Nak. Satu paket lagi yang harus ayah anterin. Kamu jangan rewel dulu, Sayang," Adit menepuk-nepuk pelan punggung anaknya guna menenangkan sang putra. Mungkin anaknya kepanasan karena sedari tadi cuacanya memang panas.

"Mamaaaa...." celoteh Zyan disela tangisnya.

Setiap mendengar kata 'mama' di mulut anaknya, rasanya sesak sekali bagi Aditya. Usia bayi satu tahun mungkin sudah mengenali ibunya sendiri, jadi hal wajar baby Zyan sering menangis karena merasakan perpisahan itu. Aditya mengambil dot susu anaknya dan mengocoknya sebentar, lalu ia berikan pada sang putra. Sebelum memutuskan membawa anaknya, ia memang sudah mempersiapkan susu untuk anaknya itu.

"Diminum, ya, Sayang. Jangan nangis lagi," ujar Adit tersenyum kearah anaknya yang tengah melihatnya itu.

Setengah jam berlalu, sang anak tertidur dan ia bernapas lega. la melihat ponselnya guna melihat dimana alamat paket terakhir yang akan ia antar.

"Salsa, perumahan elit, nomor 03," gumam Adit melihat nama dan alamat pelanggannya.

"Tidak jauh lagi. Setelah ini kita akan pulang, Zyan," Adit memejamkan matanya sejenak dan berusaha tersenyum, menerima takdirnya yang sekarang.

la menaiki motornya dan menuju ke alamat yang tadi ia lihat lewat ponselnya. Beberapa menit diperjalanan, akhirnya ia sampai disebuah alamat yang ia cari itu.

la mengambil bungkusan paket itu didalam tas kurir yang berada di pinggir motornya kanan dan kiri. la masuk ke halaman rumah itu karena tidak ada satpam yang berjaga.

Sebelum memencet bell, Adit menutup wajah anaknya terlebih dahulu agar wajah anaknya tidak dilihat oleh pelanggannya.

Aditya memencet bell rumah itu dan tak lama seorang pria membuka pintu rumah tersebut. Pria itu menatap Aditya dari atas sampai bawah.

"Paketnya, Pak," ucap Adit segan.

"Sayang, ini paketnya sudah datang." teriak pria itu memanggil kekasihnya.

"Bentar," terdengar sahutan dari dalam, dan tak lama muncul perempuan seksi dengan tergesa.

Aditya hanya menundukkan kepalanya karena merasa tidak enak dengan tatapan dari pria didepannya itu.

"300 ribu, 'kan?" tanya Salsa menyodorkan uang cash seharga 300 ribu.

Aditya mengangguk pelan. "Iya, Kak," jawabnya seraya menyerahkan paket tersebut.

Salsa menerima paket itu dengan senyum lebarnya. "Akhirnya datang juga," senangnya.

"Saya permisi," ucap Aditya setelah menerima uangnya.

"Iya, Hati-hati bawa anaknya, Pak." peringat Salsa.

Aditya hanya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya.

"Apa yang kamu beli, Sayang?"

"Baju dinas,"

"Ah, kamu ini paling bisa membuatku bahagia dan puas,"

"Hm, tapi kamu menyebalkan. Kapan mengakhiri hubungan dengannya dan serius denganku, huh?"

"Beri aku waktu, Sayang."

Aditya geleng-geleng kepala karena tak sengaja mendengar percakapan pelanggannya itu dengan sang kekasih.

"Semoga nasib kalian tidak sepertiku," harap Adit karena menangkap bahwa dua sejoli itu belum menikah dan sudah sering melakukan hubungan int*m sama sepertinya dulu. Namun bedanya, ia yang diselingkuhi dan ini si cewek yang jadi selingkuhan. Itulah yang ia tangkap dari pembicaraan pasangan itu.

***

Amanda tersenyum senang karena kedua gunung kembarnya sudah tidak sakit lagi. Bagaimana bisa sakit kalau ia baru saja selesai memompa asinya dan menghasilkan satu baskom air susu.

"Banyak sekali," Amanda memijat keningnya sendiri karena pusing mau dikemanakan susu sebanyak itu.

"Pasti stok susu di panti asuhan masih banyak," Amanda merebahkan dirinya di kasur sambil memikirkan air susunya itu. la memang setiap hari menyumbangkan susunya ke panti asuhan untuk bayi-bayi yang ada di sana.

Amanda mengambil ponselnya dan sedikit kesal karena sang kekasih tidak mengiriminya pesan. la scroll kebawah dan tidak sengaja melihat pesan dari kurir paket tadi. Biasanya kalau pesanan kita menuju rumah, maka kurir paket itu akan memberitahu lewat whatsapp.

Seketika Amanda tersenyum senang kala teringat dengan cerita satpamnya tadi. "Aku akan pesan online lagi, dan semoga kurir itu yang mengantarkan. Nanti aku akan pura-pura menawarkan diri untuk merawat anaknya. Ya, benar sekali." ia membuka aplikasi berwarna oranye itu dan asal pesan barang tanpa di cek dulu. la mengatur pembayaran ditempat agar ia bisa ketemu langsung dengan kurir paket itu.

"Ah, semoga dia yang nganternya." harap Amanda. Setidaknya kalau kurir itu setuju ia merawat bayi itu, ia bisa menggunakan susunya untuk bayi tersebut.

🌸🌸🌸🌸🌸

1
Mari🧝‍♀️16
Keren banget nih cerita, authornya jago banget!
gakki
Gak sabar nih nunggu kelanjutannya, semangat thor!
Hanan Jkhan
Aku udah baca beberapa cerita disini, tapi ini yang paling bikin saya excited!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!