Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.
"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."
Aisha langsung menghentikan langkahnya.
Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian.
Alvian menghempas tubuhnya pada kasur, dia lalu memikirkan kembali kata-kata Aisha tadi.
Bukan maksudnya mengobral janji. Hanya saja Alvian tak tahu jaminan apa yang harus dia beri pada Aisha agar dia di percayai.
Namun rupanya...
Rasa kecewa Aisha seakan benteng penghalang baginya, semakin sakit hatinya, maka semakin kokoh jugalah pertahanannya. Makin terbentang luas pulalah jarak diantara keduanya. Begitu banyak rasa sakit yang telah ia ciptakan maka tak heran jika Aisha akan lebih sulit untuk ia luluhkan.
Meskipun begitu, sesulit apapun istrinya akan ia perjuangkan. Tak akan lagi ia sia-siakan, sudah cukup kebodohannya telah mengabaikan.
Sementara Anita. Dia juga sadar telah sangat menyakitinya. Alvian tahu ini semua karena kesalahannya. Wajar juga jika Anita begitu marah hingga mengancam tak akan melepaskannya, hati Anita kini dipenuhi rasa kecewa dan sakit hati, tapi Alvian yakin jika suatu saat Anita akan mengerti jika memang mereka pernah saling cinta, berbagi rasa bersama, namun apa daya takdir tak mempersatukan keduanya, hingga hatinya juga perlahan berpaling darinya. Seakan tahu tempatnya. Hati ini seakan tahu jika Aisha-lah yang terbaik untuknya.
***
Aisha sedang sibuk memasak untuk kakaknya yang akan kembali dari rumah sakit hari ini, saking sibuknya dia tak menyadari jika Alvian sudah berdiri di belakangnya, membuka pintu kulkas nampak mencari-cari sesuatu.
"Aku lapar," ucap Alvian sambil duduk di meja makan.
Aisha kaget. Dia lalu melirik sang suami.
"Apa ada yang bisa dimakan?" Alvian melihat istrinya.
"Sebentar," jawab Aisha sebenarnya dengan diliputi rasa heran, dia melihat jam, tak biasanya suaminya keluar kamar sepagi ini, ditambah lagi ini kali pertama suaminya juga meminta makanan padanya.
Aisha tak ingin banyak bicara, dia hanya menduga jika mungkin suaminya pasti harus berangkat lebih pagi kali ini, dia lalu menyegerakan memasak makanannya.
Alvian duduk di kursi, sambil membaca serius sebuah map di tangannya. Hingga akhirnya Aisha menyajikan makanan untuknya.
Aisha melayaninya dengan baik, mengisi piringnya dengan nasi serta lauknya.
"Duduklah. Kita makan bersama." Alvian menatap Aisha lembut.
Aisha menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Duluan saja," jawabnya pelan.
Alvian mengerti, tak mungkin Aisha akan mau makan bersama, karena itu berarti dia harus membuka cadarnya.
Sementara Alvian makan, Aisha sibuk membereskan dapur.
Sesekali Aisha melihat suaminya, tetap sibuk membaca beberapa helai kertas ditangannya sambil sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Jam berapa kita akan berangkat?" tanya Aisha ketika pekerjaannya di dapur selesai.
"Aku akan berangkat sekarang. Aku ada operasi penting hari ini." Alvian mempercepat makannya.
"Baiklah aku siap-siap dulu," ucap Aisha sambil akan berlalu pergi.
"Kamu tidak makan dulu?"
"Tidak. Nanti saja di rumah sakit."
***
Di Rumah Sakit.
Aisha terlihat kaget mendengar kabar jika Kak Siti belum diperbolehkan pulang hari ini.
"Badannya sedikit demam, karena itu dokter belum memperbolehkannya untuk pulang." Zainab menjelaskan.
Aisha mendekati Siti. Memegang badannya yang memang dirasanya sedikit panas.
"Dokter benar. Kak Siti harus sudah benar-benar sembuh baru bisa pulang."
"Tidak apa-apa kak. Ada kami disini yang akan menjaga kakak hingga sembuh. Jangan banyak pikiran, jangan memikirkan yang lainnya. Pikirkan saja kesehatan kakak." Aisha memeluk kakaknya.
Siti mengangguk. Ketiganya saling tersenyum seolah saling memberi semangat.
***
Alvian tampak duduk di bangku, bersiap untuk melakukan operasi yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Dia terlihat sedikit gugup sambil sesekali membaca beberapa helai kertas di tangannya.
"Al. Kita harus bicara." Anita tiba-tiba datang dan menghampiri Alvian.
Alvian kaget. Dia langsung melihat Anita yang sudah berdiri di depannya.
"Jangan sekarang. Aku sibuk."
"Aku tidak peduli, pokonya kita harus bicara sekarang."
Alvian menarik napas panjang sambil berdiri.
"Sudah kubilang jangan sekarang." Alvian akan pergi.
"Aku mau sekarang!" Anita menahan tangan Alvian.
Sudah tentu Alvian kaget, dia menepis tangan Anita.
"Anita. Kumohon, hentikan. Kelakuanmu yang seperti ini yang semakin membuatku yakin jika meninggalkanmu memang keputusan yang benar."
Anita kaget, dia nampak akan marah. Namun kemudian beberapa orang datang dan melihat keduanya.
"Dan ingat jika direktur sudah mengingatkanmu, jangan buat keributan lagi atau kali ini kamu akan kena sanksi," bisik Alvian.
Anita menahan diri. Hal itu dijadikan kesempatan oleh Alvian untuk pergi.
Anita terlihat kesal melihat Alvian meninggalkannya.
***
Aisha melihat jam dinding, sudah pukul 8 malam namun Alvian suaminya belum juga datang menjemputnya untuk pulang.
"Kak. Aku akan pulang naik taksi saja." Aisha melihat Zainab.
"Apa tidak sebaiknya kamu menunggunya sebentar lagi? Mungkin saja suamimu sedikit telat kali ini karena pekerjaannya banyak."
"Iya tunggu saja. Jangan pulang naik taksi. Ini kota besar, kakak takut jika kamu naik kendaraan seorang diri." Siti menimpali.
Aisha mengiyakan.
Satu jam kemudian suaminya tak kunjung datang, Zainab memberi saran agar Aisha mencarinya saja, mencoba bertanya kepada beberapa perawat yang mungkin tahu dimana keberadaan Alvian.
Aisha keluar ruangan, dia mulai bertanya dan akhirnya tahu jika sang suami berada di ruang operasi yang letaknya tak jauh dari sana.
"Sepertinya operasinya sudah selesai. Kalau mau saya antar," ucap perawat menawarkan diri.
Aisha mengangguk. Dia memang harus bertemu sang suami, setidaknya jika Alvian masih sibuk, dia akan pamit jika dirinya akan pulang lebih dulu.
Mereka berdua berjalan menuju ruang operasi, sesampainya di sana, Aisha melihat ada keributan.
Aisha melihat beberapa orang menangis histeris. Ada juga yang berteriak dan memaki.
Aisha yang penasaran berjalan semakin dekat hingga akhirnya melihat suaminya tertunduk nampak sedang dimarahi.
"Kamu sudah bunuh anakku. Kalian sudah membunuhnya." Seorang ibu-ibu nampak menangis sambil memukul-mukul dada suaminya.
"Kenapa kamu membunuhnya?" Ibu itu terus menarik baju Alvian hingga sesekali kembali memukul dadanya.
Alvian terdiam.
Aisha kaget. Dia lihat tak seorangpun yang mencoba menghentikan ibu itu. Begitu juga dengan Alvian sendiri yang nampak pasrah membiarkan dirinya dipukuli. Suaminya itu juga terlihat tak kalah syok dan sedih. Tertunduk dengan penuh rasa bersalah.
"Kembalikan anakku padaku. Kenapa kalian membunuhnya? Anakku masih sangat muda, kenapa dia mati secepat ini?" ucap ibu itu terus-menerus sambil menangis.
"Ibu." Aisha memegang tangan ibu itu.
"Kematian menjemput dengan berbagai cara dan jangan tertipu dengan usia muda karena syarat mati tak harus tua," ucap Aisha mencoba menenangkan ibu itu.
Semua orang melihat Aisha. Terutama dengan Alvian yang kaget melihat istrinya disana.
"Segala sesuatu yang hidup sudah ditentukan batas waktunya dan bagaimana caranya kembali. Kita manusia bisa apa jika jika Allah yang berkehendak?" Aisha menatap lembut ibu itu.
Semua orang yang menangis langsung terdiam.
"Mereka hanya dokter, bukan Tuhan. Tangannya tidak ajaib hanya karena bisa menyembuhkan orang, begitu juga tidak sakti untuk bisa mencabut nyawa seseorang."
"Semua itu ada Allah SWT yang menentukan."
jazakallahu khairan katsiran author atas pencerahan nya ,Alhamdulillah dapat ilmu yg lebih berharga dan banyak manfaat ,bunda ijin sharre yg buat anak anak bunda dan ygada di sekitar bunda yg memerlukan nya .....
smg jadi ladang pahala untuk author ...
🙏🏻🙏🏻🙏🏻💪👍❤️❤️😘🥰
dan kudukan anita di balas aisah dg kebaikan
smg dakinah mawadah warahmah .....
dan anita smg mendapakan jodoh lebih baik...