Angga adalah mahasiswa akhir yang jatuh hati pada Kinara yang merupakan adik tingkatnya. Suatu ketika karena obsesinya pada Nara, pria berumur 23 tahun itu menodai Nara hanya karena cintanya di tolak.
Hubungan keduanya semakin rumit karena campur tangan ayah Angga yang tidak ingin puteranya menikahi gadis dari kalangan miskin. Juga wanita yang menjadi saingan cinta Nara.
Dalam keadaan hamil Nara pergi karena ancaman, dan 3 tahun berlalu mereka di pertemukan kembali dengan Angga yang masih begitu mencintai Nara yang ia anggap telah tiada.
Namun Nara datang hanya ingin menghancurkan dan menuntut balas atas penderitaannya, serta penyebab janinnya tak bisa dipertahankan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suara Meresahkan
Hari ini ayah kandung Angga yaitu tuan Erlangga telah sampai pada salah satu bandara di jakarta bersama asisten nya yang bernama Aldi. Sang asisten memandu sang boss menuju mobil yang telah disiapkan dari kediaman rumah Erlangga.
"kita kemana dulu tuan?? " ucap Aldi menoleh sejenak kearah sang boss yang duduk sendirian sambil mengecek e-mail nya, Aldi duduk didepan menemani sang supir.
"Antar saya ke rumah sakit tempat istri saya di rawat".
"Baik tuan??"
Mobil pun melaju ke tempat yang biasa di jumpai Erlangga setiap habis bepergian ke luar kota maupun luar negeri, Erlangga selalu mengutamakan istrinya walau sang istri kini menderita gangguan kejiwaan namun rasa sayang nya pada sang istri patut diacungi jempol.
Selama perjalanan menuju RS jiwa, Erlangga hanya menatap pemandangan dari dalam mobil, sesekali membuka jendela mobil untuk sekedar menghirup udara pagi jakarta.
Mobil telah berhenti di salah satu rumah sakit jiwa yang cukup besar, erlangga melangkah kah kaki nya menuju tempat dimana sang istri dirawat.
Ketika pintu ruangan terbuka tampaklah seorang wanita cantik berambut sebahu sedang memeluk Boneka cantik, wanita itu berkisar 48 tahun namun masih jelas terlihat cantik walaupun terlihat rambutnya terurai tidak rapi.
Wanita itu melirik pintu yang telah terbuka, dan terlihat lelaki yang berusia 50 an, namun masih tampan dan gagah, lelaki itu mendekati sang istri yang memandang ke arah nya.
"Papi...." sang istri memeluk suami nya dengan erat, Erlangga pun tak kalah memeluk tubuh istri yang telah melahirkan 2 anak untuknya.
Sudah 2 bulan Erlangga tidak bertemu sang istri karena kesibukan nya di Jepang, namun dekapan tubuh istri nya cukup mengobati rasa rindunya.
Erlangga senang ketika sang istri mengingatnya, karena sebelumnya kondisi mami dari ibu kandung Angga tidak baik. Tidak ada yang di ingat oleh sang ibu 2 anak ini, hanya Nada putri ke 2 mereka yang selalu disebut dan di ingatnya.
"Pah lihat puteri kita Nada, sekarang sudah besar, lihat dia sangat cantik bukan??" Mami Angga pun menunjukan Boneka nya kepada suami nya, yang selalu di anggap Nada anak gadisnya.
"Iya... Nada terlihat cantik, sama sepertimu sayang....." ucap sang suami yang mengelus Surai rambut istrinya dan sesekali membelai boneka yang dibawa sang istri.
"Angga ke mana Pi.....?" Kepalanya menengok kanan dan kiri mencari keberadaan anak sulungnya.
"Dia kuliah sayang, dia sibuk jadi tidak bisa kesini." jawab Erlangga memberi alasan.
Sepasang suami istri ini pun mengabiskan waktu nya dengan menonton tv bersama dan kadang bercerita tentang masa lalu anak anak mereka, sesekali Erlangga menyuapi sang istri.
Setelah sang istri tertidur karena kelelahan, Erlangga meninggalkan istri nya dan pergi ke mobil dan menemui sang sopir. " kita pulang ke rumah" ucap Erlangga singkat dan langsung di iyakan oleh supir nya. Asisten Erlangga disuruh pulang terlebih dahulu karena sudah 2 bulan tidak bertemu anak istrinya.
Saat di mobil dan mobil pun telah melaju ke rumah kediaman Erlangga, saat itu Erlangga ingat untuk menelepon Angga. Namun sayangnya tidak ada jawaban dari Angga. "Lagi ngapain anak nakal itu....ditelepon orang tua bukan nya langsung jawab." Dongkol sang papi Angga ngomel sendiri dimobil yang hanya di perhatikan oleh sang supir dari kaca spion.
*****
Apartemen Angga
Kamar luas dengan interior mewah itu hanya terdengar des*han yang saling bersahutan dari kamar. Derit ranjang menjadi saksi dua insan yang lagi bergelut mengejar kenikm4t4n.Ranjang berukuran king size kini terlihat berantakan tak rapi lagi karena aktivitas yang mereka lakukan.
Angga memompa inti Nara dengan intens tanpa jeda yang membuat Nara kewalahan dengan permainan Angga, " aah sakit kak, pelan pelan." Rengek Nara sambil berpegangan pada bahu Angga ketika area bawahnya digempur Angga dengan ritme cepat dan sedikit menghentak dan membuat pemiliknya membesarkan bola mata nya disertai mengigit bibir bawahnya merasakan sedikit nyeri, perih namun nikm4t.
Sore itu ketika pulang kuliah Angga sudah menahan h4sr4t nya ketika melihat Nara kuliah dengan mengenakan rok, walau bukan mini banget namun buat Angga itu terlihat sexy dengan atasan kaos yang rada ketat.
Biasanya Nara ke kampus hanya mengenakan celana, kaos atau sweater saja, namun kini setelah tinggal bersama Angga , gaya berpakaian Nara pun mengikuti kemauan Angga sang pacar karena semua pakaian itu sudah di sediakan oleh Angga.
Sehingga setelah mereka baru saja menutup pintu apartemen Angga langsung menyerang Nara dengan ciuman brut4l, Nara yang sudah biasa dengan perlakuan Angga yang kalau sudah ingin nya gak bisa dicegah atau pun di interupsi.
Nara akhirnya menyerah dan membiarkan Angga berbuat sesuka nya dengan tubuhnya. Toh pikiran nya Angga adalah kekasihnya yang selama ini juga sudah banyak berkorban untuknya.
Tangan Angga sudah meloloskan kaos Nara diselingi berjalan kearah kamar dengan ciuman yang tak dilepas, rok yang dipakai sang pujaan pun telah lepas dari pinggang ramping Nara yang kini hanya berbalut dalaman saja.
Ciuman pun berlanjut, sampai ruang tengah Angga sudah melepaskan pakaiannya sendiri dan terakhir melepaskan pakaian dalaman Nara, hingga baik Angga dan Nara telah polos tanpa benang pun menempel di tubuh mereka.
N*fsu Angga telah di ubun ubun hingga langsung mengangkat tubuh Nara dan menjatuhkan nya ke ranjang dan mulai mengukung dan mengeksekusi kekasihnya itu.
Hingga kini suara des*han dan erangan mereka masih menggema, Angga sudah menggempur Nara 1 jam lebih namun Angga belum mau melepaskan juniornya pada inti Nara, sang gadis sudah kelelahan Angga telah berada di atasnya lama namun kekuatan pacarnya belum juga tumbang.
Saat aktivitas mereka makin panas dengan peluh yang telah membasahi tubuh mereka suara dering telepon yang terjatuh di depan pintu kamar Angga yang terbuka dan belum sempat tertutup.
Tadinya Nara hanya mengabaikan suara itu, namun kelamaan dering itu berbunyi kembali.
"Kak ada telepon tuh." Lengkuhan Nara tadi malah membuat angga berpacu lebih dalam lagi melesatkan miliknya.
"Aaah ganggu aja." Geram Angga
Mereka bersamaan mendapatkan klimaks dan Angga mengeluarkan cairan nya di rahim Nara, mereka pun puas dengan kegiatan penyatuan di sore hari..
Angga menelepon balik papi nya yang tadi sempat menghubunginya, namun tidak di angkat karena sedang asik mengebor Naram
"Iya hallo, aku lagi di apartemen pih....tadi telpon kenapa??" Angga menelepon dengan santainya masih dalam keadaan polos tanpa pakaian.
"Besok datang lah kerumah, papi mau bicara," telepon langsung ditutup Erlangga setelah mengetahui kabar puteranya.
Pintu apartemen Angga dibuka oleh 2 laki laki yang biasa masuk tanpa mengetuk pintu karena mereka sudah tau pasword apartemen temannya.
Mereka berdua adalah Bisma dan Fiki yang sengaja mampir karena mengantar barang pesenan Angga, begitu masuk mereka kaget karena rumah dalam keadaan sepi senyap dan melihat baju berceceran di mana mana, Bisma dan Fiki saling berpandangan.
Hingga sampai pada ruang santai terdapat juga underware baik milik pria maupun wanita berserakan dilantai, pikiran mereka pun kemana mana, sampai mereka paham ada suara desa-han yang saling bersahutan mengalun dari dalam kamar Angga
Setelah telepon di tutup Angga Kembali menyerang Nara, ia selalu tidak puas dengan hanya bermain satu kali.
"Damn...." ucap Bisma lirih yang hampir tak terdengar Angga karena desa han Angga dan Nara jauh lebih kencang suaranya.
"Si4lan si Angga lagi main kuda-kudaan, dasar...." Geram Fiki kesal
Akhirnya mereka berdua hanya menunggu diruang santai sampai kegiatan mereka selesai, mereka menunggu sambil mendengar suara suara yang meresahkan jiwa.
Bersambung