Namanya adalah Ryan Clifford. Dia adalah seorang Pangeran yang akan mewarisi tahta kerajaan Utara. Wajahnya tampan, polos dan sangat sederhana. namun, siapa sangka dibalik kepolosannya itu, tersembunyi kekuatan yang maha dahsyat. dia terlahir membawa takdirnya sendiri. ayahnya yang seorang Raja telah menorehkan sejarahnya sendiri. oleh karena itu, dia juga ingin mencatat sejarahnya sendiri.
walaupun seorang pangeran, tidak sekalipun dia memamerkan identitasnya. dan perjalanannya yang seru di mulai disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 03
...Bab 03...
Hari ini suasana terasa sangat tenang. Tidak ada keributan, tidak ada barang yang hilang, dan tidak ada teriakan penuh kekesalan dari orang-orang. Akan tetapi, hal yang tidak biasa ini terasa sangat aneh. Apakah dunia sudah terbalik?
Karena setiap hari Ryan Clifford akan membuat onar, jelas saja terasa aneh kenapa tiba-tiba kampung misterius ini menjadi aman tentram. Ini membuat mereka bertanya-tanya apakah Ryan dibawa oleh Grand Warden untuk menjalani pelatihan tertutup? Tapi anggapan itu segera terbantah apabila diantara mereka baru saja melihat Grand Warden berada di tendanya.
Orang-orang segera menjadi bertanya-tanya kemana Ryan menghilang.
Mereka mulai panik mencari ke sana ke mari. Bahkan, sudah ada beberapa orang yang bertanya kepada Grand Warden dimana Ryan Clifford berada.
"Ada apa?" Tanya Grand Warden yang baru saja keluar dari kediamannya.
"Begini, Grand Warden. Kami tidak melihat dimana Nenek moyang berada,"
"Apa lagi yang dilakukan oleh bocah tengik ini?" Pikir Grand Warden. Namun sudah biasa seperti itu. Makanya Grand Warden tidak terlalu pusing. Hanya saja, beberapa saat kemudian, ada puluhan orang mendatangi kediaman grand Warden sambil menggendong seorang bocah yang dalam keadaan pingsan. Pemandangan seperti itu membuat semuanya menjadi panik.
"Apa yang terjadi?"
"Ada apa dengan Nenek moyang?"
"Eh, pingsan? Mengapa bisa seperti itu?"
Orang-orang mulai berkerumun dan saling tanya. Tapi mana ada jawaban. Mana ada yang tau apa sebenarnya yang terjadi.
Bagaikan sambaran kilat, Grand Warden melesat menghampiri kemudian mengambil tubuh Ryan Clifford dan menggendongnya untuk memasuki kediamannya.
"Ryan. Kenapa kau nak?" Tanya Grand Warden. Dia kemudian memeriksa denyut nadi anak itu. Seketika wajahnya menjadi murung.
"Ada apa? Kenapa dengannya?"
Grand Warden segera menatap cincin naga yang melingkar di ibu jari bocah itu.
"Oh tidak. Anak ini tidak sengaja menelan pil spiritual tingkat sembilan. Sialan Rey. Dia meninggalkan cincin penyimpanan kepada anak ini tanpa mempertimbangkan resikonya,"
Lalu, Grand Warden memeriksa aliran energi yang memburu dan saling kejar-kejaran di setiap titik nadi di tubuh anak itu.
"Apa? Bagaimana mungkin?" Seru semua orang.
Cincin penyimpanan ini awalnya adalah milik Rey yang dia tinggalkan sebelum berangkat untuk berperang. Dia sengaja mewariskan cincin ini sebagai penanda bahwa Ryan adalah pewaris tahta Utara yang selanjutnya. Tapi siapa sangka bahwa anaknya sangat nakal yang suka penasaran terhadap hal-hal yang baru.
Awalnya Ryan kehabisan permen. Dia tampak murung karena tidak tau bagaimana cara untuk mendapatkan permen. Yang dia tau hanyalah menggadaikan keledai milik masyarakat kampung misterius. Tapi karena semua orang sudah mengetahui ulahnya, mereka menyembunyikan keledai mereka. Itulah mengapa Ryan menjadi murung.
Dalam kemurungan nya, dia memutar-mutar cincin yang berada di ibu jarinya. Mungkin karena dia tidak sengaja menyuntikkan energi ke dalam cincin tersebut, membuat segel pada cincin itu terbuka.
Alangkah terkejutnya Ryan ketika melihat ternyata cincin itu memiliki ruang penyimpanan yang mana didalamnya terdapat berbagai jenis pil dimulai dari pil pencuci sumsum, pil rekonstruksi tulang, pil pondasi, pil peningkatan level kultivasi, dan yang terakhir pil tingkat sembilan warna yang Grand Warden sendiri pun belum tentu berani menelan nya. Tapi justru ditelan oleh Ryan karena menganggap bahwa pil-pil tersebut adalah permen.
Kebiasaannya sejak kecil adalah, memakan pil yang diberikan oleh Grand Warden kepadanya. Ditambah dia memang tidak ngerti. Baginya semuanya sama. Sama-sama pil, dan tentunya bisa dimakan sesuka-suka nya. Yang tidak dia mengerti adalah, pil tersebut mengandung energi yang sangat besar dan apabila dikonsumsi sembarangan tanpa pondasi yang kuat, akan berdampak pada tubuh dan tidak mustahil tubuhnya akan meledak.
Panik, semua orang menjadi panik dan tidak sedikit yang menyalahgunakan kecerobohan Rey.
Di tempatnya, Grand Warden menjadi murka. Dia tidak pernah menduga akan seperti ini.
Tanpa banyak bicara lagi, Grand Warden segera membawa Ryan memasuki kolam emas spiritual dan merendam tubuh anak itu.
Seperti besi panas yang dicelupkan ke dalam air, tubuh Ryan berasap serta menimbulkan gelembung pada permukaan air.
Hawanya berubah menjadi panas seketika. Orang-orang di kampung misterius terkenal dengan tingkat kultivasi nya yang tinggi. Tapi menghadapi perubahan pada udara yang tiba-tiba panas yang ditimbulkan oleh tubuh Ryan, mereka tidak mampu menahannya dan segera mundur beberapa meter jauhnya dari tepian kolam emas spiritual.
Seerrrrrr...!
Air di kolam terus mendidih seakan ada kobaran api di bawah yang terus memanasi sehingga terus mendidih. Sedangkan Grand Warden dengan panik menyalurkan hawa dingin melalui ubun-ubun Ryan.
"Aku menyesal menyembunyikan keledai ku. Itu pasti karena dia menganggap bahwa yang ada di cincin itu adalah gula-gula. Andai waktu bisa diputar kembali, biarkan dia menjual keledai ku untuk ditukar dengan permen," sesal salah seorang dari warga yang tampak matanya mulai berair. Dia menyesal karena telah menyembunyikan keledai miliknya karena khawatir akan dicuri oleh Ryan.
"Nak. Bangun nak. Paman akan memberikanmu permen yang banyak. Ayo bangun!"
Semua orang mulai terisak. Mereka menyalahkan diri mereka sendiri karena terlalu pelit kepada satu-satunya anak mereka.
Walaupun Ryan adalah putra Rey dan Diana, tapi mereka juga menganggap bahwa Ryan adalah putra mereka sendiri. Dengan mata kepala mereka, mereka menyaksikan pertumbuhan Ryan dibawah pengawasan bersama. Mana mungkin mereka sampai hati melihat anak mereka terkulai lemas tak sadarkan diri seperti ini.
"Apakah tangisan kalian itu bisa merubah apa yang sudah terjadi?" Bentak Grand Warden. Dia juga sangat panik, tapi dia mampu menguasai perasaannya.
"Grand Warden. Bagaimana ini?" Tanya mereka.
"Untuk saat ini kita hanya bisa bergantian menyalurkan hawa dingin ke dalam tubuhnya agar tidak meledak. Setiap sepuluh orang akan bersama-sama menyalurkan hawa dingin selama lima menit. Kemudian dilanjutkan dengan sepuluh orang lainnya,"
"Baik. Kalau begitu biar saya yang terlebih dahulu," kata Zega sambil menyingsingkan lengan bajunya. Kemudian dia meletakkan telapak tangannya di atas kepala Ryan. Kemudian mulai memusatkan hawa murninya, mengubahnya menjadi dingin lalu disalurkan ke telapak tangan dan terus disuntikkan ke dalam tubuh Ryan melalui ubun-ubun.
Jumlah warga Kampung misterius tidak sedikit. Mereka dulunya adalah prajurit dibawah penguasa Utara yang jumlahnya melebihi seratus ribu orang. Sepuluh orang dari seratus ribu orang yang saling bergantian, menurut Grand Warden, pasti bisa menetralisir hawa panas dalam tubuh Ryan.
Di dalam kolam emas spiritual, Ryan seperti orang tertidur. Semuanya tampak biasa saja. Pipi bakpao nya memerah menambah keimutannya. Sedangkan asap putih berhawa panas terus keluar dari tubuhnya.
Andai saat ini ada yang memasukkan telur ayam ke dalam kolam tersebut, pasti seketika akan matang.
"Kalian jangan lupa untuk melakukan apa yang aku katakan. Aku akan pergi sebentar," ujar Grand Warden yang tampak marah.
"Grand Warden, kemanakah anda akan pergi?"
"Hatiku marah. Jika aku tidak melampiaskan kepada Rey, hatiku tidak akan tenang," jawabnya.
Begitu jawabannya selesai, sosoknya juga menghilang seketika dari pandangan.
Orang-orang sudah menduga musibah apa yang akan dialami oleh Raja Utara ketika orang tua itu sudah marah.