***^^ Cerita ini adalah kisah nyata.
Nama tempat dan tokoh dalam cerita hanya samaran semata, serta ada tambahan-tambahan bumbu di dalamnya. Selamat membaca 🤗🤗 ***^^
Yulia Kinanti, wanita cantik asal desa yang menikah dengan seorang laki-laki dewasa asal kota yang bernama Rama Bagaskara 45 tahun. setelah mereka menikah, Yulia di boyong ke rumah suaminya yang ada di kota.
Namun siapa sangka, sang suami ternyata mempunyai anak laki-laki yang sudah dewasa, dia bernama Dewangga Arya Bagaskara 23 tahun yang seorang mahasiswa.
Dewangga Jatuh hati terhadap ibu tirinya sejak pertama kali melihatnya. namun, Angga berusaha untuk menahannya dan melupakannya, akan tetapi rasa itu tidak bisa di hilangkankan dan justru semakin besar. membuat Angga gila dan melakukan banyak cara untuk mendapatkan hati ibu tirinya. bagaimana kah kisah mereka selanjutnya. ? yuk terus ikuti ceritanya ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ~ Dewi KEGELAPAN ~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27.
" Sayang, sudahlah jangan marah lagi. " Silvia tak henti-hentinya terus saja meninta maaf kepada Rama. Saat itu mereka baru saja tiba di kantor, dan ternyata wanita itu masih saja membuntutinya sampai kemari. di sepanjang perjalanan, bahkan Rama enggan mengajak berbicara sang kekasih.
Rasanya ia sangat kesal saat melihat Silvia menghancurkan semuanya, ia benar-benar akan mengakhiri hubunganya dengan wanita itu saat ini juga.
Angga menghempaskan bokongnya pada kursi kerjanya. Dia tak menghirauka wanita yang sejak tadi membututinya. Laki-laki itu justru meraih ponselnya yang ada dalam saku celana, ia memutuskan untuk menghubungi nomor istrinya. ada rasa cemas dan khawatir dii hatinya, ia memikirkan apa yang sedang di lakukan oleh istrinya itu.
Rasa khawatir dan cemas semakin menyerangnya, saat sang istri tidak menjawab teleponnya. Apa mungkin dia masih marah ? Batin Rama.
Akhir-akhir ini entah mengapa pikiran dan hatinya di penuhi oleh istrinya, padahal sebelumnya biasa-biasa saja.
" Rama.! " Kesal Silvia, kerena sedari tadi Rama mengabaikannya.
" Cukup. !! " Bentak Rama, membuat Silvia spontan terdiam. Dia menutup mulutnya rapat-rapat, sebelum Rama kembali membentak dirinya.
" Sa-sayang.."
" Kita akhiri hubungan ini. Sekarang keluar dari ruanganku dan jangan menggangguku lagi. " Rama berkata dengan kesal tanpa menoleh ke arah Silvia.
" No, aku tidak mau sayang. Aku minta maaf, sudah membuat Istrimu semakin salah paham. Tapi aku mohon, jangan akhiri hubungan kita. " Ujar Silvia dengan memohon.
" Berhenti memanggilku dengan sebutan Sayang. Diantara kita sudah tidak ada apa-apa lagi. Sekarang keluar.!! "
" Ta-tapi."
" Sudah jangan ganggu aku lagi. Pergi sana !! Aku mau kerja.!! " Hardik Rama, dan wanita itu pun akhirnya pergi dari ruangan Rama sembari mengepalkan tangannya.
Rama mengusap kasar wajahnya. Seluruh pikirannya tertuju pada istrinya, entah sedang apa iatrinya itu saat ini.
" Kenapa hatiku mendadak tidak enak begini, apa yang sedang terjadi padanya ?" Tanyanya dalam hati.
********
" Sudah sayang, jangan menangis lagi, karena itu tak ada gunanya. Semua sudah terjadi, aku akan bertanggung jawab." Angga kembali membujuk Yulia, yang terus saja menangis sejak tadi. Bahkan wanita itu tak mau menatap wajahnya, barang sedetik pun.
Mungkin rasa benci dan rasa kesal sudah menguat di hati wanita itu. Angga tidak perduli, yang penting dia sudah mendaoatkan wanita yang telah sejak lama membuatnya tergila-gila.
" Aku sangat membencimu, Angga. " Desis Yulia, dengan posisi tetap memunggungi Angga.
" Dan aku sangat mencintai kamu sayang. " Balas Angga.
" Bagaimana kalau aku hamil, ?"
" Kita akan menikah. "
" Aku tidak mau menikah denganmu, Aku mencintai suamiku. !! " Bentak Yulia, kali ini dia bangun dari tidurnya.
Yulia menarik selimut dengan kasar, lalu ia lilitkan pada tubuhnya yang polos. Dia berditlri dan hendak melangkah ke dalam kamar mandi. Yulia tak melihat kalau Angga kala itu menatap tajam ke arahnya dengan penuh amarah. Bahkan tangan laki-laki itu terkepal kuat, hingga buku-buku tangannya terlihat.
" Ini adalah sebuah kesalahan, aku harap kamu nggak akan mengganggu aku lagi. " setelah mengatakan kalimat itu, Yulia segera masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintu dengan kencang.
Angga menghela napas panjang, dia meraih boxer miliknya yang tergeletak di lantai kemudian memakainya. Ia menghampiri lemari es yang memang ia sediakan di dalam kamarnya, mengambil sebotol kaleng minuman soda, lalu meneguknya hingga hampir habis tak tersisa.
Pergulatan yang hampir memakan waktu hampir empat jam itu membuatnya lelah, tapi juga puas. Hari ini dia bisa membuat ibu tirinya itu takluk di bawah kungkungannya.
Angga duduk di sofa, dengan menumpangkan paha kaki kanannya di atas paha kaki kirinya. Sementara matanya tak lepas dari pintu kamar mandi, di mana saat ini Yulia sedang berada di dalamnya. Senyum Angga mengembang sempurna. dalam hati dia berharap, semoga benih yang dia tabur akan berbuah suatu saat nanti.
" Yulia, kamu akan jadi milikku sepenuhnya. Cepat atau lambat. " Angga berucap dalam hati, sembari meremas kuat kaleng minuman yang sudah tandas isinya.
Sementara itu di dalam kamar mandi, Yulia tampak menangis di dalam bathtub yang sudah terisi air hangat. Air mata tak henti-hentinya keluar dari pelupuk mata, dia benar-benar merasa kotor dan hina. Yulia marah kepada dirinya sendiri, kenapa tidak bisa menolak sentuhan dari Angga.
Bahkan ia menikmati sentuhan yang di berikan anak tirinya itu.
" Maafkan aku mas Rama, aku sudah kotor. Aku bukan istri yang baik." Racau Yulia, dia terus saja menangis hingga pada akhirnya dia pingsan dan jatuh ke dalam bathtup.
Di luar kamar mandi, Angga berjalan mondar-mandir di sepanjang kamarnya. matanya terus saja melirik kamar mandi. Sudah hampir satu jam Yulia berada di dalamnya, namun sampai saat ini dia belum keluar juga.
Tak mau menunggu lama, laki-laki itu bergegas masuk ke dalam kamar mandi yang ternyata pintunya tidak terkunci. Sejenak Angga merutuki kebodohan sang wanita, kenapa bisa lupa mengunci kamar mandi, bagaimana jika ada laki-laki lain selain dirinya di kamar ini ? Tentu saja itu akan menjadi kesempatan emas, untuk menerkam wanita yang sedang ada di dalamnya.
" Yulia, sayang.! Kamu kenapa.? " Sontak Angga panik, melihat tubuh ibu tirinya yang polos itu tampak terlelap di dalam air.
Angga bergegas menggendong Yulia dan membawanya keluar dari kamar mandi. Dengan panik dia menidurkan tubuh Yulia yang sudah dingin di atas ranjang. Angga menyelimuti tunuh Yulia bahkan dengan berlapis-lapis selimut. Setelah itu, Angga memeluk Yulia dengan erat, bermaksud memberikan kehangatan pada tubuh wanita itu.
" Sayang..kenapa harus seperti ini. Apa kamu benar-benar benci dan marah padaku.? " bisik Angga. Dia mencium pipi Yulia dengan lembut, air matanya hampir menetes, melihat wanita yang di cintainya seperti itu.
" Dingin.." Yulia mendesis, bak orang kedinginan. Bibirnya bergetar, dan tububnya pun menggigil.
" Sayang..maafkan aku. Sudah membuatmu seperti ini, tolong jangan sakit. " Angga terus memeluk tubuh Yulia, bermaksud menyalurkan kehangatan agar tubuh wanita itu kembali hangat dan tak lagi kedinginan.
" Aku sangat mencintaimu sayang, tak pernah aku merasakan cinta yang begitu dasyat seperti yang aku rasakan saat ini. " Angga terus saja berbicara, walau dia tau Yulia tidak mendengarnya.
Yulia hanya diam, dia masih memejamkan matanya. Walau pun dia tau dan bisa mendengar apa saja yang di katakan oleh Angga, namun entah mengapa bibirnya tak bisa berbicara. Hingga akhirnya mereka sama-sama terlelap, entah sejak kapan.
Tubuh Yulia juga sudah mulai menghangat, dia juga sudah tidak menggigil seperti tadi. Wajahnya tampak lelah dan begitu pucat. hingga tanpa sadar, dia sangat menikmati dekapan Angga, yang membuat dirinya terlelap dengan sendirinya.