Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
...*...
"Heru?" tanya Nino tidak percaya.
"Iya, tadinya dia berniat menikahi Mila sampai bayi itu lahir, tapi sebelumnya dia menemui Hakan lalu muncullah ide itu." Zando lantas membuka ponselnya dan menunjukkan chat yang dikirim oleh Heru padanya.
"Gila bener itu anak! Bagaimana jika sudah menikah terus dia jatuh cinta sama Kamila, memangnya bakalan dilepas?" balas Nino.
"Terus kamu juga mau, Mil?" tanyanya pada Kamila.
"Awalnya aku keberatan, tapi setelah dia menandatangani perjanjian di atas materai, akhirnya aku setuju," jawab Kamila.
"Berarti cintamu sama Zando cuma secuil," sarkas Nino.
"Banyak hal yang aku pertimbangkan. Meski aku berharap hanya Zando satu-satunya yang menikahiku, tapi terkadang kenyataan tidak sesuai harapan." Kamila terdiam melempar pandang pada sang suami, sehingga pandangan keduanya berserobok.
"Aku sadar siapa diriku, aku hanya wanita sebatang kara, sedangkan Zando punya segalanya, dan aku merasa kecil untuk menggapainya. Hal itulah yang mendasariku untuk menerima tawaran Heru," ungkap Kamila.
"Apalagi tentang berita itu, juga Tuan Moreno yang datang menemuiku, dan memintaku menjauhi Zando. Maka pupus sudah semuanya," tuturnya kemudian.
Zando meremas jemari Kamila yang berada dalam genggamannya. Lalu mengecupnya dengan lembut.
"Lalu cek itu? Apa dari lelaki itu juga?" tanya Zando.
"Iya ... tapi aku sengaja mengambilnya dan meninggalkannya padamu, agar kamu tahu perbuatannya di belakangmu." Kamila menundukkan kepalanya.
"Terus lelaki bernama Ikhsan itu siapa?" tanya Zando, meskipun sudah mendengar ceritanya dari Heru dan Hakan, tapi Zando ingin mendengarnya langsung dari mulut istrinya sendiri.
"Ikhsan ...? Siapa lagi dia? Gebetan baru kamu, Mil?" cecar Nino.
"Bukan, dia pemuda yang bekerja di Puskesmas bagian gizi, dan aku tidak terlalu mengenalnya. Hanya sekedar menyapa saat bertemu, itu saja." Kamila menarik napasnya panjang, lalu menghembuskannya perlahan.
"Tapi setelah hari itu aku pingsan saat kunjugan ke desa, dia ...." Kamila lalu menceritakan semuanya tanpa ada yang dia tutupi.
Zando mengeraskan rahangnya, juga mengepalkan tangan kanannya dengan erat. Menengadahkan wajahnya ke atas, seraya mengerjapkan matanya berkali-kali. Sesaat kemudian dia langsung mendekap erat tubuh istrinya sambil menangis tersedu. Rasa penyesalan karena tidak bisa melindungi wanitanya, kembali menyergap relung kalbunya.
"Maafkan aku, tidak ada di sampingmu di saat kamu sedang kesusahan. Seharusnya aku yang berada di sana dan menyelamatkanmu dari fitnah kejam lelaki itu. Maafkan aku yang lamban mengetahuinya." Zando semakin membenamkan wajahnya pada leher Kamila.
Sedangkan Nino hanya diam membisu di tempat duduknya, menatap terenyuh pemandangan di depan matanya. Apa yang baru saja diceritakan oleh Kamila, membuat hatinya merasa teriris dan tidak terima, apalagi Zando. Pasti dia merasakan lebih dari itu.
"Oh ya, Do. Jangan lupa malam ini jam delapan, kamu ada undangan nyanyi di salah satu stasiun televisi swasta. Dan ini jadwalmu mulai besok. Subuh hari sudah harus berangkat, sebab acaranya dimulai jam tujuh. Aku sudah mengaturnya dan sudah kukirimkan lewat chat. Aku balik dulu." Nino kemudian berdiri, lalu meninggalkan unit hunian Zando.
Kamila hanya mengangguk, seraya menatap kepergian temannya itu. Sementara Zando masih pada posisinya memeluk sang istri.
"Sudahlah, aku tidak apa-apa, toh semuanya sudah berlalu, dan kita sudah menikah," ucap Kamila
"Tidak ada yang perlu disesali, aku sudah ikhlas dan menganggapnya sebagai bagian dari perjalanan hidupku," sambungnya menambahkan.
Zando melepaskan pelukannya, matanya bengkak dan hidungnya memerah. Kamila mengusap lembut airmata yang membasahi pipi suaminya.
"Cuci mukanya, Beb. Berkaca sana, dan lihat mukamu itu sangat lucu." Kamila tersenyum lebar untuk mencairkan suasana.
Zando menurut, kemudian dia pergi ke kamar mandi dan mencuci mukanya. Setelah selesai dia kembali ke tempat di mana istrinya berada. Pasangan muda itu pun memakan jajanan yang tadi mereka beli.
°
Malam hari selepas sholat isya' Nino mendatangi Zando kembali di unit apartemennya. Seperti yang dia katakan pagi tadi, malam ini dia menjemput artisnya itu untuk memenuhi undangan acara musik yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Di sana Zando didapuk sebagai bintang tamu pada acara ajang pencarian bakat.
Zando telah siap dengan outfit yang dipilihkan oleh Kamila. Atasan Tshirt putih di padu outer hitam dan celana chinos warna krem. Suami Kamila itu tampak sangat tampan dengan wajah berseri.
"Aku berangkat ya, Sayang. Kalau ada apa-apa cepat telepon aku, hemmm!" ucap Zando.
"Iya ... hati-hati, ya! Cepat pulang apabila sudah selesai acara, aku menunggumu." Kamila berkata seraya mencium takzim punggung tangan Zando suaminya.
Zando balas mencium kening Kamila, tak lupa menunduk sebentar memberikan kecupan pada perut istrinya. "Ayah berangkat cari nafkah buat kalian, jangan rewel ya, Nak! Jaga Bunda, oke!"
Zando kemudian melangkah keluar dari unitnya, menyusul Nino yang sudah keluar lebih dulu. Sementara Kamila segera masuk ke dalam setelah suaminya tak lagi tampak dari pandangan.
.
.
.
.
.
Di tempat berbeda
Keesokan harinya.
Pagi ini Heru bersiap untuk bekerja kembali, setelah dua hari ijin cuti tidak masuk kerja. Dia sudah siap akan masuk ke dalam mobilnya, ketika tidak sengaja matanya menangkap sosok lelaki yang akan masuk ke dalam gedung Puskesmas.
Dia langsung mengurungkan niatnya, dan memilih membuntuti lelaki itu. "Maaf, Bung. Bisa bicara sebentar?" tanya Heru pada saat dirinya sudah berada didekat lelaki itu.
Sosok yang tidak lain adalah Ikhsan itu mengamati Heru dari ujung kepala sampai ujung kaki. Lalu senyum smirk tersungging di bibirnya.
"Ada perlu apa ingin berbicara dengan saya? Apa ingin menunjukkan jika Anda sudah bisa menikahi Dokter Kamila? Dibayar berapa Anda untuk menjadi ayah dari bayinya?" Ikhsan berkata dengan nada meremehkan.
Buggg
Tanpa aba-aba Heru langsung melayangkan tinjunya ke arah Ikhsan, dan menyebabkan lelaki itu terhuyung. Belum sempat Ikhsan menegakkan badannya, Heru sudah terlebih dahulu mencengkeram kerah bajunya, dengan jari telunjuk menunjuk pada wajah ikhsan.
"Jaga mulut kamu, pengecut! Kamu pikir dirimu siapa, hahhh! Kamu itu tidak ada apa-apanya dibanding suami Kamila, mengerti!" hardik Heru.
Suasana pagi itu pun semakin ramai dengan kehadiran beberapa pegawai, dan juga orang-orang yang ingin berobat. Sehingga keduanya menjadi tontonan.
"Kamu itu suka sama Kamila, kan? Tapi cintamu bertepuk sebelah tangan, apalagi setelah tahu wanita yang kamu cintai itu hamil. Kamu merasa kecewa dan menuduh yang bukan-bukan pada Kamila," sarkas Heru.
Ikhsan tidak berkutik karena cengkeraman tangan Heru sangat kuat. Bahkan untuk mengusap sudut bibirnya yang berdarah pun tidak bisa.
"Dengar, ya! Kamu itu tidak lebih dari seorang pecundang yang sangat tidak cocok bersanding dengan Kamila. Apa kamu tahu siapa suami Kamila? Dia adalah seorang artis terkenal, yang lagunya sedang viral. Tentu kamu tahu maksudku," bisik Heru tepat di telinga Ikhsan.
"Ingat ...! Jika kamu berbuat macam-macam lagi, maka siap-siap saja kami akan melaporkanmu pada pihak berwajib dengan tuduhan pencemaran nama baik. Camkan itu!"
Setelah berkata, Heru melepaskan cengkeramannya dengan kasar membuat Ikhsan agak terdorong ke belakang. Kemudian meninggalkan tempat itu, tanpa memperdulikan tatapan beberapa orang yang ada di sekitar mereka.
Sementara itu Ikhsan masih berdiri di tempatnya, sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Dia sangat syok, dia tahu lagu yang sedang viral itu dan siapa penyanyinya, karena dirinya juga sangat menyukai lagu itu.
"Jadi, Dokter Kamila sebenarnya istri dari penyanyi terkenal itu, lalu kenapa dia mengaku janda?" gumamnya dalam hati. Lalu pergi dari tempat itu dengan berbagai pertanyaan yang memenuhi pikirannya.
...*...
.
.
.
.
.
pengen kepo tp gengsi