Lima puluh ribu tahun yang lalu terjadi perang besar yang melibatkan semua aliran seni beladiri di Medan Perang Asyura.
Dewi Pedang Yuanxin, yang berhasil menjadi peri pedang terkuat juga harus gugur di dalam medan tempur. Namun sebelum kematiannya, dia melepaskan jiwanya untuk berkelana mencari pewaris agar aliran pedang yang sebenarnya tidak menghilang dari dunia ini.
Lima puluh ribu tahun kemudian, Juan Bai yang tidak memiliki akar spiritual dan diafragma bertemu dengan wanita cantik di dalam mimpinya.
"Apakah kamu ingin berkultivasi pedang?"
"Yah, Aku ingin membalas dendam orang yang telah membantai keluargaku, dan menjadi orang kuat yang tak terkalahkan!"
Lalu, bagaimana kisah Juan Bai selanjutnya?
Simak terus ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jazzy bold, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Jangan Mau Menjadi Tahanan Istri
Awalnya Juan Bai hanya berfikir rasa sakit itu hanya mimpi, namun setelah dia membuka mata, rasa sakit seperti terpotong-potong masih ada dan bahkan semakin lama semakin sakit.
Di tengah malam yang sunyi, suara teriakan Juan Bai seperti babi di sembelih mengganggu seluruh binatang yang sedang tidur.
"Ahhhhhh... Ahhhhh!"
Dia ingin sekali pingsan agar tidak merasakan sakit, hanya saja otaknya tetap terjaga dan tidak mengizinkannya untuk tidur.
"Aku tidak tahan lagi.. Aku tidak tahan lagi!"
Juan Bai terus menerus melolong kesakitan. Dia menggigit giginya dengan kuat hingga gusinya berdarah, urat-urat di dahinya menonjol seperti cacing, tangannya terkepal erat dan tubuhnya telah basah oleh keringat.
Dalam hatinya dia sangat menyesali pilihannya kali ini.
Waktu terus berjalan, hingga fajar pun akhirnya tiba. Setelah hampir semalaman merasakan penyiksaan yang tidak manusiawi, akhirnya Juan Bai bisa menghela nafas lega.
Kini rasa sakit terpotong-potong itu sudah tidak ada lagi, yang ada justru perasaan berenergi, seolah-olah meskipun dia naik turun gunung selama puluhan kali, dia tidak akan kelelahan.
"Apakah seperti ini rasanya menjadi Kultivator?" Gumam Juan Bai.
Lalu dia kembali mengingat percakapannya dengan Dewi Pedang di dalam mimpi.
"Kak Dewi Pedang berpesan untuk menjaga agar orang tidak mengetahui aku adalah kultivator jalan pedang, lalu menyerap pedang di bawah kualitas pedang yang aku miliki."
"Lalu, bagaimana cara aku bertarung jika tidak memiliki teknik pedang?" Juan Bai menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Namun, saat dia memikirkan cara bertarung, seketika sebilah pedang berwarna biru langsung keluar dari tubuhnya entah dari mana.
Saat pedang ini keluar, dia memotong apa saja dalam jarak sepuluh meter.
Srashh! Srashh! Srashh!
Pedang ini terbang sangat cepat hingga hanya terlihat kilatan cahaya biru.
Syiu! Syiu! Syiu!
Juan Bai bertanya-tanya bagaimana pedang ini bisa bergerak sendiri, dan butuh waktu lumayan lama baginya untuk memahami cara kerja pedang ini.
Akhirnya setelah terus-menerus mencoba, dia berhasil memahami cara mengendalikan pedang ini.
Ternyata yang di maksud jalan pedang adalah menyatu dengan pedang, dan pedang adalah bagian dari tubuh kita. Jadi saat kita berfikir kemana maka pedang itu akan kesitu, jika kita menunjuk kesatu arah, pedang itu akan pergi ke arah yang di tunjuk!
"Hiss, pantas saja Kultivator Pedang sangat di takuti." Juan Bai berujar, "Bahkan tanpa bergerak dan hanya dengan fikiran, itu sudah bisa membunuh musuh."
Kemudian dia lagi-lagi melakukan eksperimen untuk mencoba sejauh apa jangkauan pedang terbangnya, kemudian dia menunjuk ke arah sebuah pohon yang berjarak lima puluh meter jauhnya.
Syush!
Srashh! Srashh!
Saat Juan Bai menunjuk kayu yang ada di kejauhan, seketika Pedang langsung terbang dan memotong-motong kayu yang di tunjuk Juan Bai hingga menjadi beberapa bagian.
"Wow!"
Keterkejutan muncul di matanya seolah-olah ini adalah hal yang tidak bisa di pahami nya sama sekali.
"Lalu apakah pedang ini bisa membawaku terbang?" Juan Bai tampak berfikir keras.
Namun setelah percobaan yang menguras tenaga, dia tetap gagal.
"Sepertinya ini karena tingkat kultivasi ku yang terlalu rendah!" Juan Bai memikirkan beberapa kemungkinan yang masuk akal.
Lagi pula dia baru memulai jalan pedang, dan butuh waktu untuk memahami sepenuhnya jalan pedang ini.
Dengan pikirannya, dia kembali mencoba batas maksimal pedangnya bisa menempuh, ini bertujuan untuk mengukur kekurangan dan kelebihan.
Lalu dia memanggil pedang Ling Yu Nan di tangannya dan memainkannya beberapa kali.
Pedang ini sangat dingin dan ringan, selain itu ada pola-pola seperti ombak di atas bilah pedang Ling Yu Nan.
Juan Bai mengalihkan pandangannya ke arah kediaman keluarga Zhao, lalu bergumam, "Keluarga Zhao, keluarga Zhao. Kalian akan membayar mahal atas tindakan kalian."
. . .
Di kota Shushan, kediaman keluarga Zhao!
Bunyi kembang api terdengar sangat bising dari waktu ke waktu, banyak tamu nampak keluar masuk dari dalam kediaman keluarga Zhao.
Banyak masyarakat yang berjalan kaki juga menoleh ke dalam kediaman keluarga Zhao tanpa di sadari, baik karena penasaran ataupun berkat suara kembang api.
"Apa yang terjadi di kediaman keluarga Zhao?" Seorang paman dengan baju cheongsam bertanya pada beberapa pria di depannya.
"Entahlah," Seseorang berkata, "Aku hanya mendengar sedikit bahwa Nona Zhao yang bernama Talia sedang melangsungkan pertunangan dengan Malvin dari Sekte Pedang Kabut!" ucap orang tersebut sambil menghisap cerutu di tangannya.
"Bagaimana bisa? Bukankah baru beberapa hari yang lalu gadis itu bertunangan dengan anak keluarga Bai?" Tanya orang lain dengan sedikit bingung.
Melihat ada orang yang ketinggalan berita, seorang pria botak nampak bersemangat. Dia siap untuk memberikan informasi terbaru pada orang itu.
Dia mengambil kursi kayu yang ada di kedai pinggir jalan lalu berujar, "Senior ini nampaknya belum mengetahui berita terbaru kan?" Tanya pria botak.
"Berita apa? Aku bahkan tidak di izinkan istriku untuk keluar rumah, beruntung istriku sedang sakit dan aku memiliki kesempatan keluar untuk membeli obat!" Ucap lelaki tua yang memegang sekantong obat herbal dengan canggung.
Mendengar hal ini, banyak orang menunjukan tatapan simpati padanya.
Tatapan mata semua orang sangat jelas memiliki arti, "Artinya kamu ini seorang suami atau seorang tahanan!"
Tapi pria botak seolah tidak perduli pada nasip lelaki tua itu, dia berbicara hingga air liur muncrat kemana-mana.
"Bro.. Kamu harus tahu, tadi malam keluarga Bai mengalami nasip tragis." Pria botak itu menyesap mulutnya lalu berujar lagi, "Pada tengah malam, kediaman keluarga Bai terbakar hebat hingga seluruh anggota keluarga Bai musnah, jadi saat ini keluarga Bai tidak memiliki keturunan lagi yang masih hidup." ucap pria botak itu dengan wajah serius yang di buat-buat.
"Lalu.. Siapa yang melakukan itu pada keluarga Bai? Dan kenapa nona keluarga Zhao justru menerima pria lain?" Tanya paman yang membawa kantung obat.
Pria botak mencibir dan berkata, "Bah bah, Talia adalah gadis cantik dan ambisius, jadi tentu saja dia tidak ingin menjadi janda setelah tunangannya mati, lagi pula wanita bodoh mana yang masih setia pada orang mati." Pria botak berujar, kemudian dia berkata lagi, "Brother, kamu juga harusnya biarkan saja istrimu mati agar kamu tidak terkurung seperti tahanan setiap hari, aku sangat prihatin padamu."
"Yah, betul.. Kamu jangan mau menjadi tahanan istri, jika kamu yang sakit, mungkin dia akan langsung mencari suami lain!" Ucap paman berbaju cheongsam.
Mendengar hal ini, paman yang membawa kantung obat nampak berfikir..
Lalu dia pun pergi meninggalkan kerumunan.
. . .
Di area lain, saat ini Juan Bai kembali ke hutan tempat dia di kejar sebelumnya. Dari sini dia melihat ke arah puing-puing keluarga Bai dengan mata penuh dendam.