Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Dimas dan Lisa telah sampai di depan rumah istri pertama. Dimas menekan tombol bel agar Anna membuka pintu untuknya. Anna yang mendengar bel berbunyi segera menuju pintu luar.
Anna memutar kunci dan menarik gagang pintu. Dia menghela napas saat Lisa juga datang. Dimas dan Lisa langsung saja masuk ke dalam rumah. Anna kesal akan sikap Dimas kali ini.
Lagi-lagi Dimas membawa Lisa ke rumahnya. Sudah tahu kalau Anna sangat membenci Lisa. Tapi Dimas seolah tidak mengerti.
Dimas memperhatikan bibir Anna yang sedikit bengkak. Dia lalu mendekat dan mengusap bibir istrinya itu. Anna mendelik tiba-tiba saja Dimas menyentuh bibirnya.
"Bibirmu kenapa ... sampai bengkak begitu?" tanya Dimas.
Bibir Anna memang bengkak karena ciuman dari Rey. Bahkan ada bekas sedikit luka karena Rey menggigit kecil bibir Anna.
"Di gigit serangga saat aku memetik bunga di taman," jawab Anna.
Lisa tertawa kecil. "Dimas bahkan mencium bibir-ku setiap hari. Tapi kamu ... malah di cium serangga."
Anna bersedekap dada dan terkekeh kecil. "Kamu tidak tahu saja. Serangga itu bahkan lebih menggoda dari Dimas."
Dimas mencerna kata-kata dari Anna. "Maksudmu?"
Anna mengedikan bahu. "Lupakan saja ... kalian ingin makan malam, kan? aku sudah menyiapkan semuanya."
Dimas dan Lisa melangkah menuju ruang makan. Anna sudah memasak makanan yang sangat special. Anna memasak itu semua karena ingin makan malam bersama Reyhan.
Anna mengambil satu piring lagi untuk Lisa. Dimas menarik kursi lalu duduk. Lisa meneguk ludahnya karena melihat masakan Anna yang terlihat mengiurkan.
Dimas mengernyit karena Anna hanya menyiapkan piring untuknya dan Lisa. "Ann ... kamu tidak makan?"
Anna menggeleng. "Tidak ... kamu makan saja."
Lisa makan dengan lahapnya. Masakan Anna memang sangat lezat. Begitu juga dengan Dimas. Anna meninggalkan mereka berdua di ruang makan. Dia bermain ponsel di ruang TV.
Dimas dan Lisa telah selesai makan malam. Lisa menyusul Anna yang berada di ruangan TV. Lisa mulai melancarkan aksinya untuk balas dendam.
"Kamu itu memang cocok jadi tukang masak. Masakan kamu sangat enak," kata Lisa yang setengah memuji dan setengah mengejek.
Anna berusaha untuk bersabar. "Apa maksudmu?"
Lisa tersenyum sinis. "Kamu itu sadar tidak sih. Dimas hanya memperlakukan kamu sebagai koki saja. Kamu itu hanya dia perlukan untuk mengisi perutnya saja."
Ucapan dari Lisa benar adanya karena berbulan-bulan memang seperti itulah Dimas memperlakukan dirinya.
"Jaga bicaramu. Aku tidak ingin bertengkar. Kamu mau ... aku buat luka lain di wajah cantikmu itu?" kesal Anna.
Lisa terus memancing kemarahan Anna. "Dasar bar-bar ... pantas saja Dimas tidak betah dekat denganmu. Kamu itu tidak ada sikap lembutnya."
"Suruh saja suamimu itu menceraikan diriku," ucap Anna.
"Dimas itu tidak menceraikan kamu karena kasihan. Kamu itu sudah tidak punya orang tua. Dari dulu Dimas juga ingin berpisah darimu," tutur Lisa.
Lisa sengaja berbohong pada Anna. Dia mengatakan hal-hal yang berkebalikan dengan faktanya. Anna terkejut sekali akan penuturan Lisa. Dia seakan tidak percaya kalau Dimas ternyata memang punya niat untuk menceraikan dirinya.
Anna mendekat pada Lisa. Dia mencengkram lengan Lisa. "Katakan ... kamu pasti membual, kan?"
Lisa melepas tangan Anna. "Kamu tanya saja pada Dimas."
Anna melangkah melewati Lisa untuk pergi menyusul Dimas. Suaminya itu sedang berada di toilet tadi. Tapi, saat Anna melangkah berjalan, Lisa sengaja menjulurkan kakinya hingga Anna jatuh tersandung ke lantai.
Lisa tertawa melihat Anna terjatuh. Anna merasakan sakit di bagian lututnya. Anna mengepal geram akan sikap Lisa. Madunya ini benar-benar sudah memancing amarahnya.
Anna perlahan bangkit. "Bren**k ... dasar jal*ng. Beraninya kamu membuatku terjatuh."
Plaakkk ... !
Satu tamparan mendarat di pipi Lisa. Anna menarik rambut panjang Lisa. "Sudah aku katakan ... jangan cari gara-gara denganku!"
Lisa meringis sakit. Dia tidak tinggal diam akan perlakuan Anna. Lisa mencakar lengan Anna hingga terluka kemudian melepas tangannya dari rambut Lisa.
Anna mendorong tubuh Lisa ke sofa. Dia mendaratkan pukulan di wajah Lisa. Bukan lagi tamparan, melainkan bogem mentah yang Anna berikan. Dimas yang baru kembali dari kamar mandi, kaget akan pemandangan yang dia lihat.
Dimas segera melerai perkelahian antara istri-istrinya itu. Wajah Lisa sudah babak belur di buat Anna. Dimas menatap tajam istri pertamanya itu.
Plaakk ... !
Dimas menampar Anna dengan keras. Cap lima jari terpampang jelas di pipi Anna. Dimas benar-benar merasa kesal akan sikap Anna. Istrinya itu tidak bisa bersikap lembut.
"Apa kamu ingin buat Lisa mati, huh?" hardik Dimas.
Anna memegang pipinya yang terasa panas. "Istrimu dulu yang mulai. Dia membuatku tersandung di lantai. Dia juga mencakar lenganku."
"Cukup!" bentak Dimas "Apa kamu harus membalasnya?" Dimas mencengkram lengan Anna. "Kamu tahu ... Lisa itu sedang hamil," teriak Dimas.
Lisa meringis sakit karena pukulan Anna. Rencananya sedikit berantakan. Bukan begini cara dia ingin menjebak Anna. Seharusnya, dia membuat Anna memaki-maki dirinya.
Tapi Anna malah memilih jalan kekerasan. Akibatnya wajahnya yang babak belur. Lisa mulai membuat kompor menjadi panas. Dia akan membuat Dimas memukul Anna.
"Mas ... tadi Anna mendorongku ke lantai. Perutku terasa sakit. Aku takut anak kita terluka," lirih Lisa.
Anna mendelik akan ucapan dari Lisa, mana ada Anna mendorongnya di lantai. Anna mendorong Lisa di sofa empuk. Dimas kaget mendengarnya, dan segera memeriksa keadaan Lisa.
Dimas menatap tajam Anna. "Rupanya kamu belum pernah di perlakukan kasar. Selama ini aku terlalu lembut denganmu."
Dimas menarik tangan Anna naik ke atas menuju kamarnya. Lisa duduk manis saja mendengar pertengkaran suami istri itu. Anna berusaha untuk melepaskan tangan dari Dimas.
Dimas membuka pintu lalu melempar Anna ke atas ranjang kasur. Dia membuka tali pinggangnya dan mulai memukul Anna dengan tali pinggang.
"Ini ... rasakan. Kamu sudah menyakiti anak-ku." Dimas sudah kalap akan kemarahannya.
"Sakit ... jangan pukul lagi," lirih Anna.
Dimas menarik tangan Anna agar bangkit. Dia membawa Anna menuju kamar mandi. Dimas menghidupkan keran shower. Dia menyiram Anna dengan air dingin.
"Pikiranmu itu harus di bersihkan. Kamu itu iri pada Lisa yang bisa hamil, kan?" Dimas menjepit pipi Anna. "Kamu itu harusnya sadar diri jika tidak bisa mengandung anak. Terima nasibmu yang menyedihkan itu," hardik Dimas.
Dimas meninggalkan Anna di dalam kamar mandi. Dia menuruni anak tangga menemui Lisa. "Sayang ... ayo kita pulang."
Dimas dan Lisa keluar dari dalam rumah Anna. Lisa tertawa puas di dalam hati. Tadi dia sempat naik ke atas melihat Anna yang di pukuli Dimas. Dia puas karena Anna merasakan sakit yang lebih parah darinya.
Anna meneteskan air matanya. Bukan karena luka di tubuhnya. Melainkan rasa sakit hati yang di torehkan Dimas padanya. Suami yang dia cintai begitu tega menyiksa dirinya. Hanya karena tidak bisa memberi keturunan, Anna di hina dan dipukuli.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.
Jangan di tiru!