Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 03
Akhirnya Ravi memutuskan untuk tidak pergi ke kantor, dia juga meminta Leina untuk tidak pergi. Mengambil libur setelah menikah tentu bukanlah hal yang salah dan malah menjadi hal yang lumrah.
" Maaf ya Mas, Mas Ravi jadi bikin makanan sendiri deh," ucap Leina dengan nada penuh rasa kesal.
" Laah ya nggak apa-apa to. Aku kan udah biasa begini di rumah. Kamu tahu Ibu kan punya jasa catering, anak Ibu dua-duanya cowok, jadi kami udah biasa begini. Kamu kayak baru tahu aka aja sih Lei."
Keduanya tertawa bersama. Memang benar bahwa memasak adalah hal yang biasa buat Ravi. Ia dan sang adik sering membantu Rinjani ketika banyak mendapatkan pesanan. Selain itu Rinjani juga punya toko kue jadi mereka pun sangat terbiasa berada di dapur. Bahkan adiknya Ravi yang bernama Ranendra secara khusus bersekolah di dunia masak memasak karena dia ingin menjadi seorang chef atau bakery.
Keduanya menikmati makan mereka dengan tenang. Setelah itu Ravi meminta Leina untuk berbicara.
Sebenarnya tidak ada kecanggungan bagi keduanya karena sudah lama mengenal. Jadi cara mereka bicara pun seperti teman, hanya saja dengan status yang berbeda.
Sraak
" Apa ini Mas?"
" Atm, ini kamu pegang ya. Itu adalah nafkahku untuk kamu."
" Tapi Mas, nggak perlu. Kan aku juga kerja."
Ravi tersenyum, ia tahu apa yang Leina pikirkan. Tentu saja wanita yang saat ini duduk di depannya ini adalah wanita karir yang bekerja. Meskipun bekerja di perusahaan keluarga tetaplah Leina seorang wanita karir yang sukses juga.
Dia bahkan sudah memegang kendali sepenuhnya DCC, karena Dante memang memercayakan Leina.
Namun, bukan itu yang Ravi pikirkan. Saat ini wanita yang dulu adalah temannya kini memiliki posisi yang berbeda yakni sebagai istri. Dan Ravi tetap harus bertanggung jawab terhadap istrinya tersebut.
" Lei, aku tahu. Tapi bagaimanapun juga kamu kan istriku. Jadi aku wajib memberimu nafkah. Lei, meskipun kina nikah kayak gini, aku tetep akan melakukan kewajibanku."
Degh!
Tanpa sadar Leina membulatkan matanya. Ini adalah hal yang tidak ia sangka sebelumnya. Ia sangat ingat bagaimana Ravi memintanya untuk menikah beberapa waktu yang lalu.
" Tapi kamu tahu kan artinya Lei, pernikahan kita ini bukanlah pernikahan yang normal layaknya pernikahan orang lain. Jangan mengharap banyak dariku, jika ada pria yang kamu cintai, maka katakanlah dan aku akan melepaskan mu."
Tentu saja perkataan Ravi yang seperti itu bukan lah sesuatu yang besar atau menyakiti hati. Leina malah senang, karena dia juga menikah bukan karena cinta, sayang atau sejenisnya. Maka dari itulah dia sepakat menikah dengan Ravi tanpa pikir panjang.
Akan tetapi ucapan Ravi yang baru saja ini membuatnya sedikit tercengang karena sungguh tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Ravi ingin melakukan tanggungjawabnya sebagai suami. Padahal yang diinginkan oleh Leina adalah mereka hidup bersama dengan mengurusi urusan masing-masing.
" Tapi Mas, kita kan bukan suami istri betulan. Seperti dulu yang kamu bilang ke aku," sanggah Leina. Ucapannya itu adalah bentuk penolakan untuk Ravi yang akan memberinya atm sebagai nafkah.
" Aku tahu, tapi pernikahan kita beneran Lei. Ada buku nikah, aku menjabat tangan papamu mengucapkan ijab qabul dan banyak pasang mata yang melihat. Jadi, aku akan tetap berperan sebagai suamimu. Lei, kamu nggak usah khawatir. Aku melaksanakan tanggung jawabku bukan karena aku menginginkan hak ku. Aku sungguh tulus memberimu nafkah karena status mu sebagai istriku."
Leina belum lah menjawab, dia masih terdiam, mencerna ucapan Ravi. Dan sebenarnya Leina setuju, hubungan mereka memang palsu, tapi pernikahan mereka asli. Sehingga semua yang diucapkan oleh Ravi adalah benar adanya.
" Oke kalau begitu, kalau Mas mau ngasih aku nafkah, maka aku juga akan melakukan tugasku dan kewajibanku sebagai istri. Mungkin kita tidak bisa melakukan 'itu' tapi aku akan melakukan tugas rumah tangga semampuku."
" Oke deal."
Keduanya berjabat tangan dan saling tersenyum. Pembicaraan yang sedikit alot akhirnya berakhir juga. Tanpa sadar mereka berbincang sudah lama, dimana pagi berganti siang dan matahari terlihat meninggi.
Leina memutuskan untuk memasak, namun ternyata bahan makanan di kulkas sudah tidak banyak. Ia pun meminta izin kepada Ravi untuk pergi ke supermarket membeli bahan makanan.
" Ayo pergi bareng, ada beberapa barang juga yang aku mau beli."
" Oke!"
Sepanjang jalan menuju ke supermarket, Leina sibuk dengan ponselnya hingga Ravi mengejutkan kedua alisnya dan penasaran apa yang sebenarnya dilakukan oleh wanita itu. Awalnya ia membiarkannya saja, tapi lama kelamaan Ravi pun tidak tahan juga sehingga memilih untuk bertanya.
Rupanya Leina tengah membuat catatan di ponselnya tentang barang apa saja yang akan ia beli. Leina berdalih takut ada barang yang ia lupakan.
Hal tersebut malah menjadikan Ravi semakin heran, yang ia tahu Leina adalah wanita yang cerdas. Sejak kecil Leina memilki ingatan yang kuat dari pada anak-anak sebaya mereka. Bahkan dia mampu mengingat semua hari ulang tahun dari keluarganya dan juga teman-teman se-circle mereka.
Maka dari itu Ravi merasa sedikit heran dan hal tersebut baru juga Ravi ketahui.
" Kamu lagi bercanda atau gimana emangnya Lei?"
" Eh, maksudnya apa Mas?"
" Itu, catatan belanja. Kita tahu diantara kami kamu adalah orang yang paling hebat daya ingatnya. Dan aku masih inget betul guru pun dulu memujimu jenius karena kamu mampu menghafal perkalian dalam satu jam. Sedangkan kami butuh seenggaknya satu hingga dua hari. Jadi, buat apa daftar belanja yang simple itu dicatet."
Degh!
Leina tersentak dan tangannya tiba-tiba gemetaran, matanya berkedip dengan sangat cepat. Ia pun segera memejamkan matanya dan mengatur nafasnya. Ia harus memikirkan jawaban yang tepat untuk diberikan kepada Ravi agar pria itu tidak menaruh curiga. Leina juga menyembunyikan tangannya yang gemetar dan berkeringat dingin karena terkejut dengan analisis Ravi tadi.
" Aah ini Mas, itu lho. Semakin tambah umur malah hal-hal kecil tuh kadang bisa lupa gitu lho. Misal, dari rumah aku udah kepengenan buat beli sikat gigi, eh sampai di supermarket pasti nanti jadi lupa. Jadi dari pada nanti kelupaan dan nggak dapet apa yang dimau mending dicatet aja."
" Aish bisa aja kamu mah, kita baru 33 tahun, belum tua-tua banget untuk jadi pikun Lei. Tapi ya nggak ada maslaah buat ngelakuin itu sih. Have fun fou your activity Lei. Aku hanya merasa heran aja, nggak bermaksud gimana-gimana."
Leina mengangguk sambil tersenyum, ia lalu mengarahkan pandangannya ke luar jendela dan bernafas lega. Kali ini dia berhasil lolos, tapi entah suatu hari nanti. Karena Leina tidak tahu bagaimana perkembangan dari dirinya.
TBC
Note: teman-teman, karya kali ini aku bakal selesaikan apapun hasilnya. mau gagal apa nggak aku bakalan lanjutin. Terimakasih yang masih mau baca karyaku. Sekali lagi terimakasih. Tenang saja teman-teman, saya selalu memegang omongan saya. sekali lagi terimakasih untuk yang masih mau dukung dan baca karya aku.
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍