Mengulik kehidupan selebriti di belakang layar. Novel ini menceritakan tentang, Kayla Aruna, selebriti kurang terkenal yang sudah lama berkecimpung di industri dunia hiburan itu harus menerima kritikan pedas dari netizen setelah dia tampil di salah satu program variety show bersama Thaniel Hanggono.
Namun di tengah kontroversi yang menimpa Kayla, tawaran untuk bermain film bersama Thaniel justru datang dari salah satu production house dengan bayaran yang cukup mahal. Kayla yang menerima tawaran itu karena tertarik dengan naskahnya pun semakin banyak menerima hate comment karena dianggap panjat sosial menggunakan nama Thaniel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourlukey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Salah Paham
Setelah jadwal syutingnya dibatalkan, Kayla mengira dia bisa bebas bermain bersama Noah seharian tanpa ada orang yang mengganggu. Tapi ternyata dia salah, kekacauan di media sosial tidak semudah itu dibereskan hanya dengan didepaknya dia dari proyek film, melainkan dia juga harus menghadapi petinggi manajemen tempat dia bernaung.
Ponsel Kayla sudah berdering beberapa kali, tapi dia masih enggan untuk mengangkatnya, hingga sampai dering ke sepuluh, gadis itu baru menyambar ponselnya dan menggeser tombol hijau.
"Cepetan ke kantor sekarang! Bukan malah enak-enakkan main sama ponakan. Kamu sadar nggak, sih, sudah bikin masalah apa?!" Teriakan itu langsung terdengar begitu Kayla menempelkan ponselnya di kuping dan menyahut 'halo'.
Kayla menghela napas kasar. Mau tidak mau dia harus menuruti keinginan petinggi manajemennya. Dia pun segera berangkat ke kantor untuk menerima makian dari atasannya.
"Kenapa diam aja waktu mereka bilang pengen gantiin kamu? Kamu nggak ngejelasin masalahnya dulu? Harusnya kamu itu memohon sama mereka supaya kamu nggak diganti, bukannya malah langsung pergi dan main sama ponakan!" Itu yang diucapkan petinggi manajemennya setelah Kayla sampai di ruang kerja atasannya. Seketika Kayla menyesal telah datang ke tempat itu.
"Memohon?" Kayla berkata dengan nada tidak percaya.
"Kenapa? Kamu nggak mau? Harga dirimu merasa direndahkan? Industri hiburan itu kejam, Kayla. Kamu kan harusnya udah tahu itu! Kamu bukan artis baru yang perlu dikasih tahu gimana boroknya industri ini." Kata petinggi manajemen itu lagi. Dia melanjutkan, "Ini, nih, yang bikin karir kamu stuck meski sudah sepuluh tahun menjadi artis. Kamu itu terlalu idealis. Masa memohon sedikit aja nggak mau."
"Kalau Ibu mau, ya udah Ibu aja yang mohon ke produser. Ngapain aku harus mohon-mohon padahal aku nggak salah. Merekanya aja yang terlalu cepat ngambil kesimpulan, makanya nendang aku seenak jidat. Bahkan sampai sekarang mereka belum menghubungi, kan? Ya sudah biarin aja. Palingan juga mereka udah dapat penggantiku."
"Kayla! Kalau kamu begini terus, mending keluar saja dari manajemen ini! Kami nggak butuh talent yang kayak kamu!"
Kayla menyeringai. "Begini terus? kapan aku bikin ulah dan merugikan manajemen ini? Bukannya selama ini Ibu selalu prioritasin talent lain dari pada aku? Dari pada apa yang manajemen ini kasih ke aku, bukannya aku yang lebih banyak kontribusi ke manajemen ini. Ibu pernah promosiin aku dengan baik, nggak? Nggak pernah, kan? Aku casting mandiri untuk proyek film-film yang aku bintangi, perusahaan tinggal terima beres, masalah apa yang aku bikin sampai Ibu ngomong begini terus?"
"Jangan besar kepala kamu, Kayla, industri ini itu sempit, kamu bisa jatuh kapan saja hanya dengan satu gosip. Kamu nggak sebesar itu sampai harus memaki perusahaan ini." Kata perempuan itu.
Kayla makin mendecak sebal. "Memaki perusahaan? Aku? Enggak salah?"
"Kalau begini terus jangan berharap karir kamu bisa berada di puncak, Kayla, udah syukur kamu selalu dapat peran di film walaupun biasa-biasa saja, tapi kamu malah bertingkah. Sama orang yang baru naik daun lagi. Haduh, apa kamu nggak tahu siapa orang tuanya?"
Kayla kehabisan kata-kata, dia tidak percaya jika petinggi di manajemennya itu mulai mambawa-bawa latar belakang orang yang tidak ada kaitannya dengannya. Rasanya lelah sekali mendebat sesuatu yang sejak awal sudah tidak berada di pihaknya.
"Kontrak saya berakhir minggu ini, kan? Kalau begitu kerja sama kita sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Terima kasih atas semuanya, permisi." Kata Kayla lantas keluar dari ruangan. Dia sudah tidak peduli dengan reaksi petinggi manajemen itu.
Selama sepuluh tahun bergabung dengan manajemen itu, Kayla merasa tidak pernah mendapat perhatian yang seharusnya, padahal dia bergabung saat manajemen itu terancam bangkrut. Kerja kerasnya di masa-masa kritis digunakan untuk mengorbitkan talent baru, kemudian memprioritaskan mereka di atas dirinya. Kayla merasa terdiskriminasi dengan alasan yang tidak pernah dia ketahui.
Kini dia lelah, dia ingin keluar dari tempat yang tidak pernah menghargainya. Jika sama-sama berjuang, dia ingin berjuang untuk dirinya sendiri, untuk impiannya, juga untuk masa depannya.
Kayla menekan tombol lift. Dia ingin cepat-cepat keluar dari gedung itu, dia ingin segera menghirup udara segar, membuang semua energi negatif yang ada di dalam dirinya. Tempat itu terlalu sesak untuknya, terlalu dipenuhi oleh ketidakadilan yang selama ini dia rasakan. Tapi, begitu pintu lift itu terbuka, Kayla justru melihat sosok yang tidak ingin dia temui, sosok yang membuat hidupnya berantakan seharian penuh ini, Thaniel Hanggono.
"Dunia sesempit itu, kah? Dia antara ratusan juta orang di negeri ini, kenapa juga gue harus bertemu dengan orang ini?" Kayla menggerutu tidak jelas sambil melangkahkan kakinya masuk ke lift.
Suasana canggung pun tak bisa dihindari saat mereka berada dalam lift yang sama, hingga laki-laki itu bersuara.
"Maaf, ya, gara-gara video itu, lo jadi banyak menerima hujatan."
Kayla menoleh sekilas lalu menatap lurus ke depan.
"Bukan salah lo, kok. Nggak usah dipikirin." Katanya berusaha untuk tetap santun. Meski dia tidak menyukai Thaniel, tapi Kayla juga tidak bisa menunjukkan rasa ketidaksukaannya saat laki-laki itu merasa bersalah setelah apa yang terjadi.
"Kalau gitu, mau nggak kita makan bareng terus upload di sosmed supaya netizen percaya kalau kita baik-baik aja?"
Kayla mendecak sebal lalu menoleh ke arah Thaniel, menatapnya dalam-dalam. "Nggak apa-apa kalau gue dihujat netizen gara-gara video itu, tapi bukan berarti gue bisa diajak makan bareng hanya supaya kita terlihat baik-baik aja."
Nada bicara Kayla terdengar ketus hingga membuat Thaniel mengerutkan dahi, tidak mengerti.
"Selama sepuluh tahun berkarir di industri hiburan, gue nggak pernah bikin sensasi cuma supaya kelihatan baik di mata orang lain. Kalau lo mau bikin huru-hara, bikin aja sendiri. Gue nggak peduli. Tapi jangan pernah melibatkan nama gue ke dalam huru-hara lo itu. Buat sensasi hanya supaya terlihat baik di mata orang lain itu sama saja merusak martabat gue sebagai seorang seniman."
Tepat saat Kayla menyelesaikan kalimatnya, pintu lift terbuka. Dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan, dia keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Thaniel seorang diri.