“ Tubuh mu di ranjang ku atau kepala mereka di tempatmu”
Darren Ludovic menginginkan renata, sang beautiful mafia, jauh sebelum kekuasaannya bermula.
Ia terikat ambisi, lelaki itu selalu mendapatkan semua yang ia inginkan, kecuali renata, mafia cantik dari klan Louise yang memiliki satu per tiga wilayah Dan Fransco.
Sesuatu tiba-tiba terjadi, renata terjebak. Darren mendapatkan kesempatan untuk menuntaskan hasrat panas yang terus menggerogoti nya dari dalam.
Ancaman itu terlalu berbahaya untuk renata. Ia terjebak dalam situasi yang benar-benar sulit.
Apakah renata memberikan apa yang Darren inginkan?
Haruskah ia menyerahkan dirinya untuk seseorang yang terkenal biadab?
Sungguh, lelaki tampan, dan memesona itu tak lagi mengincar kekuasaan, melainkan dirinya, tapi kenapa?
Cinta, kekuasaan, hasrat, yang manakah yang harus dipenuhi?
Ketika cinta hanya menghasilkan penderitaan.
Kekuasaan hanya bisa membutakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yusnita hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
He Has a Good Taste
“ Baiklah. ” gumam darren pelan. ia tersenyum tipis ditengah tatapan tajam renata. alisnya bukan sedikit terangkat. “ Kau bisa membunuh ku nanti, untuk sekarang kau harus memakai pakaian dan kita makan malam bersama. ” ungkap darren. menyatakan niat.
Ia lalu beranjak dari tabuh itu.
Segera nafas renata langsung terasa ringan. tindihan darren tadi membuat nafas renata sesak, pun adrenalinnya terpicu.
Renata sampai perlu mengambil nafas panjang karenanya.
Darren kemudian melangkah ke arah ia membawa pakain itu. dilemparkannya paper bag itu ke arah renata. “ Pakai ini! ”
Wanita itu bangkit dan berposisi duduk. Ia mendesahkan nafasnya seperti singa marah. renata tak tidak diperintah-perintah. selama ini, dialah yang memerintah. Dialah yang memilih. bukan orang lain yang menyuruhnya.
Tapi, kali ini?
Aargghhh! renata benar-benar harus melawan egonya sendiri karena darren.
Lelaki itu menggulung lengan kemeja nya kemudian, lalu mengangkat dagu ke arah renata. “ Ambil dan pakain, tunggu apa lagi? ” tuntut nya lagi, seakan dia bos disini.
Tapi dia memang tuan rumahnya, renata bahkan bukan tamu, tapi tawanan.
Sungguh! alis renata menukik protes. Ia Sebenarnya dia tidak mau. tidak mau disuruh.
Darren yang menatap aura buas diwajah itu hanya kembali menarik sudut bibir nya tipis. “ Pakailah, aku tunggu ditempat makan malam. jika kau tak datang dalam waktu lima belas menit. maka aku yang akan datang kesini. dan ku pastikan, kau akan memakan daging yang lain, tapi bukan yang dapat mengenyangkan
perut mu. ” seringai nya tampak sekali memaksudkan hal yang kotor. Benar-benar kotor. dasar biadab!
Renata mengeluarkan tatapan jijik sebisanya. malah sempat-sempatnya pula mata itu melirik 'kesana'! ke gundukan mengencang di bawah ikat pinggang darren.
Sh\*t!
Renata memaki.
Demi semesta! bisa-bisanya ia refleks memandang kesana!
Oh astaga! apa yang dia lakukan.
Darren menangkap tatapan itu sempat turun, langsung berdecak dengan senyuman iblis. Senyum meledek yang benar-benar mendengarkan! ia memang selalu membanggakan kej\*ntanannya.
“ Kau suka apa yang kau lihat? hmm? ” sungguh, seringai nya begitu jahanam. “ Kau akan mendapatkannya nanti. ”
“ Sh! ” Renata mendengus. ia hanya bisa mengencangkan bibirnya rapat-rapat, dan tetap berusaha menyorot mata darren dengan ekspresi tak kalah.
Lelaki itu tertawa lagi, lalu mengedipkan matanya pelan penuh godaan. hidung nya ikut mengernyit menggoda Renata. ia lantas keluar dengan bersiul.
“ Br\*ngsek! ” Renata memakinya saat pintu kamar itu kembali tertutup.
Nyatanya, Darren malah membuat dada Renata semakin berdebar.
Apa-apan ini?
\*\*\*
Selesai menggerutu dan memikirkan jalan yang bagaimana pun juga, tetap saja buntu. Renata terpaksa beranjak dari tempat tidur, dan lagi-lagi paper bag tersebut bersamanya.
Kali ini isinya dalam sebuah kotak hardcover berpita.
Bungkusnya terlihat elegan dan klasik.
Renata menaruhnya diranjang kemudian. lalu, membuka bagian atas.
Sebuah gaun hitam tampak disana. syukurlah bahannya tidak transparan lagi.
Renata kemudian memegang kedua sisi bahu dress tersebut, lalu mengangkatnya ke atas.
Itu sebuah long dress dengan belahan samping hingga ke paha.
Hampir mirip dengan dress yang dirobek Darren sebelumnya, hanya saja yang ini lebih cantik.
Ya, lebih cantik.
Renata tak bisa membohongi seleranya.
Ia tak tahu darimana, dan bagaimana. tapi Darren memilih baju yang juga disukainya.
Ini tampak elegan, tidak murahan, dan menambahkan kesan angkuhnya.
Renata suka. belahan bagian dadanya pun terlihat manis, cantik, berani, dan seksi. bahan nya lembut dari kualitas terbaik.
Sungguh, ia jadi mengangkat setengah alis melihat pakaian tersebut. ia menyusur kan tangan nya ke belakang dress, mengangkat kesamping, hingga bagian panjang itu berayun jatuh ke bawah. Ia tetap mengakui ini indah.
Dengan cepat Renata pun menaruhnya diatas ranjang. Ini lebih baik daripada bathdrobe yang sudah seharian ini ia gunakan. Nyatanya, ia cukup merasa gerah dengan kain berserat dan juga berat itu.
Pakaian menunjukkan kualitas diri. begitulah Renata menganggapnya.
Berdandanlah yang layak, sesuai karakter, dan tampil lah karena kau menyukai dirimu sendiri.
Syut!
Tali bathdrobe nya terlepas!
Renata langsung merasakan tubuhnya ringan ia pun sedikit meregangkan otot-otot nya, yang terasa membeku karena tidur, pun karena ditindih Darren tadi.
Benarkah, sedikit streching itu membuat aliran darahnya terasa mengalir dengan benar. Cukup membantu suasana tegang yang ia rasakan saat ini.
Dengan tanpa berdebat lagi dengan dirinya, renata mengenakan gaun panjang tersebut.
Ia tersenyum, saat lagi-lagi ukurannya pas. Seakan Darren punya data lingkaran pinggang, lengan, dada, dan pinggulnya saja.
Tapi..., masa bodoh dengan itu, ia merasa cantik memakai ini. Diliriknya juga sepatu yang ada dalam paper bag besar tersebut.
Sungguh, ini adalah stylenya!
“ Stileto hitam dengan alas merah, ” Renata memegang ceruk hak nya dengan telunjuk hingga benda pengalas kaki itu berayun.
Lagi satu senyuman muncul dibibir tegasnya.
“ Tidak buruk. ” ungkap Renata lagi. menatapi benda tersebut. Ia memegang ujung heels nya dengan telunjuk dan jempol.
Hak yang terpasang di sepatu itu, bahkan cukup runcing. ini bisa dipakai untuk menjebolkan satu mata abu-abu indah dan otoriter milik Darren Ludovic.
Memberika seorang tawanan sepatu heels, seharusnya adalah keputusan yang salah.
Lelaki itu cukup berani juga melakukannya. padahal Renata bisa menggunakan ini sebagai senjata perlawanan. mengingat ia sangat ahli menggunakan hak tinggi. bukan hanya untuk gaya-gayaan, atau membuat kaki nya terlihat lebih jenjang dan indah. tapi Renata juga sering menggunakannya untuk melukai lawan tanding, atau orang yang ingin dihajarnya.
Ia bahkan suka menambahkan plat besi dibagian diujung alas heels. sangat pas untuk meremukkan tangan atau jari seseorang.
“ Ch! ”
Lengkap sudah pakaian yang dipakai Renata.
Ia pun berjalan ke arah cermin yang ada dikamar tersebut.
Stileto nya berdentum di tengah ruangan tersebut.
Well, ia terlihat cukup cantik. Renata mengusap dress ditubuhnya, menatap dari sisi kiri dan kanan.
Dia benar-benar terlihat seperti....
Renata Louise dengan long dress hitam. rasanya, ada sedikit kebanggaan yang hadir lagi didirinya. Sayang, ia tak punya senjata tambahan untuk dilingkarkan di area paha.
Jika bisa, ia akan mendapatkan seratus persen jati dirinya lagi.
Dan... ya, lingerie yang tadi terasa nyaman dipakai dengan gaun ini. Renaga bahkan tak melepasnya, dan menggunakan pakaian nyaman itu sebagai dalaman, yang tak disediakan darren.
Perfect!
Tok Tok Tok.
Suara ketukan pintu terdengar seketika. melepaskan atensinya dari pesona diri sendiri didepan cermin.
Sebuah suara lembut yang familier pun terdengar. “ Nona renata, ini saya, rosita. Saya datang membawakan barang-barang anda, dan juga beberapa hal. ”
Maya renata langsung berkedut mendengarnya. “ Ya, masuklah, ” jawabnya.
Sedetik kemudian, rosita masuk dan membawakan tas juga sekotak perlengkapan wanita serta rias wajah.
“ Silahkan, nona renata. ” rosita menaruhnya disalah satu meja rias klasik yang ada dikamar itu.
“ Ch! dia hanya memberikan aku waktu lima belas menit, dan meminta ku untuk berdandan? ” renata terkekeh pelan.
“ Anda tak perlu melakukannya, jika tak sempat. namun, waktu yang diberikan tetap lima bekas menit. ” rosita malah memperjelas.
“ Ch! ” renata berdecak. ia menyisir rambutnya ke atas dengan tangan. membuka kotak rias bersusun tersebut lalu mengenakan lipstik saja dengan tatapan terangkat, menatap renata dengan tatapan angkuh seakan itu adalah darren.
“ Selesai! ” ia menutup benda pewarna bibir tersebut. Lalu menaruhnya lagi ke kotak.
“ Nada terlihat sangat cantik, nona renata. ” puji rosita. matanya berbinar seakan renata adalah aktris kesukaannya.
“ Ch! jadi dimana kita makan malam? ” renata menaikkan alisnya. Ia mengukir sedikit bibir angkuh.
Rosita pun tersenyum dengan manis. renata memang terlihat keren. pantas saja sang tuan menyukainya.
Ia pun menunduk, lantas berucap,“ Mari ikuti dengan saya, nona renata. ”
TO BE CONTINUED