Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KSYT-3
Ani balik membalas menatap sang menantu yang baginya sangat menyebalkan. "Heh, siapa kamu berani mengusir saya-hah? Saya juga bisa pergi dari rumah ini tanpa kamu usir, tetapi dengan membawa Tafasya bersama!" wanita itu tak mau kalah. Ia merasa punya hak atas puterinya meskipun sudah menikah.
Arya menghela nafasnya dengan berat. Ia sudah jengah dengan sikap ibu mertuanya selama ini, namun ia masih menahan dengan rasa sabar, karena statusnya sebagai menantu.
"Dia isteriku, aku punya hak untuk membuatnya tetap tinggal disini," Arya mencoba membantah keinginan ibu mertuanya. Ia tak ingin jika wanita itu terus mengusik rumah tangganya.
Ani tidak terima dengan sanggahan menantunya. Ia merasa semakin geram. "Tafasya! Keluar kamu!" wanita paruh baya itu sangat berang.
Tafasya akhirnya keluar dari kamar, lalu menatap sang ibu. "Ada apa sih, Bu?" tanyanya dengan nada malas. Ia merasa sangat jenuh dengan pertengkaran suami dan ibunya.
"Berkemas, kamu ikut dengan ibu!" perintah Ani tak dapat dibantah.
Saat bersamaan, Rayan yang mendengar ibunya akan pergi berlari dari kamar dan memeluk wanita itu. "Ibu jangan pergi, jangan tinggalkan Rayan," rengeknya dengan wajah menghiba.
Ani yang sudah kalap, berjalan dengan langkah cepat menghampiri puterinya, lalu mendorong Rayan yang masih mendekap kaki ibunya. Tubuh mungil itu terpental, dan untungnya Arya sigap menangkapnya.
"Ayo, kita pergi dari sini. Jika kamu bertahan hidup dengannya, maka kamu hanya hidup dalam kemiskinan," wanita itu menyeret paksa tangan puterinya dan diikuti oleh Sony yang bertampang sinis dengan senyum menjijikkan.
Ketika mereka mencapai ambang pintu, Arya menarik sang istri masuk kedalam, dan mendorong kedua orang tersebut hingga keluar dari rumah dan bergegas mengunci pintu dengan cepat.
Ani dan Sony tersentak kaget. Mereka tidak terima dengan prilaku Arya yang seenaknya mengambil paksa Tafasya.
"Arya, kembalikan puteriku. Dasar kau tak berguna!" makinya dengan kesal.
Arya tak menggubris omelan ibu mertuanya dan membawa istri serta anaknya masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari luar.
Suara kegaduhan itu terdengar oleh para tetangga yang terusik dengan teriakan Ani yang sangat menggelegar.
Melihat orang-orang berkerumun memandanginya, Ani merasa keder, lalu memilih beranjak pergi meninggalkan rumah kontrakan puterinya. "Kita pergi saja. Kita harus menyusun rencana yang baik agar dapat membawa Tafasya keluar dari rumah ini," Ani berbisik pada puteranya dan diajawab anggukan, Kemudian keduanya beranjak pergi.
Sementara itu, Tafasya menggedor pintu kamar karena dikurung oleh suaminya. Melihat sang ibu mertua yang sudah pergi, Arya bernafas lega, lalu membuka pintu kamar.
"Kamu apa-apaan, sih, Mas?" sergah Tafasya dengan raut wajah kesal.
"Iya, maafkan, Mas. Jangan pernah pergi, kasihan anak kita. Dia masih membutuhkan kasih sayangmu sebagai ibu," ucap Arya dengan sangat lembut.
Wanita cantik itu mendengus kesal. Ia menuju sofa dan menghempaskan bokongnya disana. "Aku mau makan nasi goreng!" sungutnya.
Arya menganggukkan kepalanya. "Iya, tunggu sebentar." pria itu beranjak dari tempatnya dan menuju dapur.
Sreeeng... Sreeeng....
Terdengar suara Arya memasak didapur dan itu kerap kali ia lakukan, sebab Tafasya tak ingin membantunya.
Tiga porsi nasi goreng lengkap dengan isiannya dan topping menggoda membuat wanita itu tak sabar menikmatinya. Ia tau jika masakan suaminya sangatlah enak, dan ini tak dapat ia pungkiri. Hanya saja satu kesalahan suaminya, yaitu hidup miskin, sedangkan ia ingin memiliki segalanya, seperti mobil dan juga motor baru.
Setelah menghabiskan makan malamnya, wanita itu meninggalkan piring kotor begitu saja dan Arya yang memungutnya, lalu membersihkannya, sedangkan sang istri bermain ponsel dengan membuka applikasi belanja online.
Sesaat matanya tertuju pada sebuah perhiasan berbahan berlian. Harganya sangat mahal, ia memesannya dan ia berniat untuk mengambil uang bank berjalan untuk pembayarannya, ia tak perduli jika itu nanti menjadi beban bagi suaminya, sebab seminggu lagi akan ada reunian yang mana ia harus tampil cantik dan terlihat glamour.
Ia juga memesan pakaian mahal yang lengkap dengan sepatunya. Ia benar-benar ingin tampil cetar membahana.
Tak sampai disitu, ia menghubungi orang-orang yang menjadi ketua bank keliling, dan ia ingin mengajukan pinjaman dalam jumlah cukup besar, sebab ia sangat membutuhkannya. Ia berniat memakai nama tetangganya yang sudah tidak ingin mengambil lagi dan level pinjaman sudah tinggi, ia akan mengiming-imingi uang tempel untuk sang pemilik nama.
Sementara itu, Arya sedang mencuci piring didapur. Ia membersihkan perabotan kotor dan lanjut mencuci pakaian, dan baru selesai hingga pukul sepuluh malam.
Rayan tertidur disofa, ia sangat lelah dan mengantuk karena seharian belajar, sebab sekolah TK tempat ia belajar termasuk sekolah elite, dan Arya berusaha keras banting tulang demi anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan juga bagus.
Pria itu membersihkan dirinya, lalu menuju ruang tengah, dan melihat puteranya tidur sendirian disofa. Ia tahu jika sang istri sedang bermain ponsel didalam kamar, tetapi ia mencoba bersabar dengan segala kelaku sang istri, ia berharap dapat merubahnya seiring berjalan waktu.
Arya menggendong puteranya. Lalu membawanya kedalam kamar. Ia membaringkan tubuh mungil itu disana. Benar saja dugaannya, jika sang istri sibuk bermain ponsel.
Akan tetapi, ia masih memikirkan puteranya yang pastinya membutuhkan kasih sayang dari ibunya.
"Sayang, bisa kamu ambilkan minyak urut, tolong urutkan punggung-Mas, agak sedikit sakit, mungkin masuk angin," pinta Arya pada sang istri, dan itu hanya permintaan kecil darinya. Ingin rasanya ia bermanja pada sang istri yang sangat cantik dan itu merupakan impiannya saat sehabis pulang bekerja seharian.
Wanita itu menghentikan jemarinya yang sedang bermain ponsel. Lalu menatap suaminya dengan pandangan tak mengenakan. Entah mengapa akhir-akhir ini Tafasya bersikap berubah seperti itu padanya.
"Apa? Kamu minta urut? Kamu fikir aku ini babumu-Mas?" jawabnya dengan nada yang menyakitkan hati.
Arya terdiam, lalu menarik nafasnya yang terasa berat. "Sayang. Kamu adalah istri, maka kamu harus mematuhi suamimu, dan menyenangkan hati suami jika ingin meraih ridha Illahi," pria itu berusaha selembut mungkin untuk menasehati istrinya. Ia tahu jika tulang rusuk itu bengkok dan juga keras, maka ia tak dapat memaksanya untuk berubah secara instan, tetapi terus-menerus mengingatkannya.
"A-apa? Menyenangkan suami! Hello, emangnya kamu sudah menyenangkan istri? Kalau mau menuntut istri sempurna, harusnya kamu sadar diri, Mas. Aku bosan hidup miskin terus!" sahut Tafasya panjang lebar yang mana sang suami hanya meminta hal kecil, tetapi jawabannya mengungkit sampai kemana-mana.
Wanita itu mengubah posisinya dan berbaring membelakangi suaminya, lalu menarik selimut untuk menutup seluruh tubuhnya.
Arya mencoba menahan rasa sakit dihatinya. Ia menatap wajah polos puteranya yang masih tertidur pulas dan tidak menyadari pertengkaran kedua orangtuanya. Pria itu berdoa dalam hatinya, berharap jika sang istri akan merubah sikapnya.
atau udah g punya malu?
G MALU APA BILANG PERNAH.
KALAU PERNAH KAN SEKARANG UDAH GAK LAGI🤣🤣🤣🤣
dah g usah ditanggepin ar, tinggal pergi aja🏃♂️🏃♂️🏃♂️
DISINILAH LETAK DIMNA AKU GAK BEGITU SUKA DENGAN CERITA DRAMA KELUARGA.
KOMEN KU BERASA KAYAK EMAK EMAK KOMPLEK BLOK 69🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
SAYANG...
seribu kali SAYANG🤣