“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”
Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.
Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.
Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.
Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.
Cover by alifatania
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Perkenalan Tak Terduga
Sabtu siang Kirana sudah ditunggu mobil mewah di depan rumahnya.
“Kamu mau kemana, Na ?” Tanya mama Lia yang sedang sibuk dengan jahitannya.
“Mamanya boss aku ulamgtahun hari ini, Ma. Aku diminta datang ke sana. Ada teman sekretaris lainnya juga.”
“Kok sampai dijemput begitu ?”
“Diminta ke salon dulu, Ma. Mungkin harus menjadi penerima tamu nanti,” jawab Kirana sambil mencium kedua pipi mamanya. Tidak lupa pelukan kasih sayang untuk mamanya yang begitu menyayangi Kirana, Kendra dan papa.
Mantan guru SD itu sekarang menjadi penjahit baju rumahan. Mereka memang sempat pindah setahun saat papa Kirana mendapat tugas menjadi kepala pabrik di Jawa Tengah. Mama Kirana berhenti bekerja bahkan rumah yang mereka miliki ikut dijual sebelum pindah. Namun hanya setahun karena ada kejadian besar menimpa pabrik yang membuat papa Kirana dipecat sebagai penanggungjawab.
Terjadi kebocoran pada pembuangan limbah yang sempat mengalir ke area perumahan warga sekitar. Racun limbah menyebabkan penyakit kulit dan sesak nafas. Masih beruntung tidak ada korban jiwa.
Kendra, adik Kirana yang saat itu duduk di bangku SMP kelas 8 adalah salah satu korban yang terkena dampak cukup parah. Selain ruam pada kulitnya, Kendra sempat menderita sesak nafas akut yang membuat anak itu harus menjalani pengobatan intensif.
Akhirnya Kirana, Kendra dan mama Lia kembali lagi ke Jakarta supaya Kendra mendapatkan pengobatan yang maksimal. Dengan sisa uang yang ada, orangtua Kirana membeli rumah yang lebih sederhana dari sebelumnya. Sementara pengobatan Kendra sebagian masih ditanggung perusahaan karena termasuk dalam korban pencemaran limbah.
Mama Lia sempat diminta bekerja kembali di SD tempat mengajar sebelum pindah, namun mama menolaknya dengan alasan ingin fokus dalam pengobatan Kendra.
Papa sendiri kembali 3 bulan setelahnya. Semua urusan masalah di pabrik bisa diselesaikan namun papa diberhentikan dengan pesangon yang sangat minim.
Yang selalu menjadi pertanyaan di benak Kirana adalah masalah mamanya yang mengganti nama panggilan. Dulu saat mengajar, mama nya yang mempunyai nama lengkap Dewi Liana, dikenal dengan nama Ibu Dewi. Sekembalinya ke Jakarta, mama membuka usaha jahitan dan mengganti namanya dengan Lia Modiste. Sempat Kirana menanyakan alasannya, mama hanya menjawab nama Lia Modiste terdengar lebih keren dan modern. Dan sejak itu orang memanggilnya dengan nama mama Lia.
Kirana benar-benar diperlakukan seperti calon menantu keluarga Pratama. Setelah diantar jemput ke salon oleh sopir Tuan Richard, jam 3.30 sore Kirana kembali dijemput dan langsung diantar ke mansion keluarga Richard Pratama.
Bahkan sejak kemarin, Nyonya Amelia membawa Kirana untuk melakukan perawatan tubuh dari ujung kepala sampai ke ujung kaki .
Jam 4 lewat Kirana sudah berdiri di teras rumah super mewah dengan tampilan wajahnya yang jauh berbeda dari biasanya.
“Sudah sampai Kiran ?” Nyonya Amelia keluar dari dalam menemui Kirana yang sudah dipersilakan masuk ke ruang tamu oleh salah seorang pelayan.
“Bibik akan mengantar kamu ke kamar tamu untuk mandi dan mempersiapkan diri. Tante juga mau siap-siap dulu,.”
Nyonya Amelia merangkul bahu gadis itu, membawanya masuk sambil memanggil seorang wanita paruh baya.
“Kamu sudah makan ?” tanya Nyonya Amelia saat melihat jam dinding hampir setengah lima.
“Sudah Tante, tadi sebelum ke salon saya sudah makan dulu.”
“Ooo kalau begitu biar kamu makan lagi dulu. Ini sudah sore, paling tidak kamu bisa minum jus dan makan kue.”
Nyonya Amelia memberi perintah pada wanita paruh baya tadi supaya mengajak Kirana ke ruang makan dulu sebelum mengantar gadis itu ke kamar tamu.
“Sorry Tante tidak bisa temani karena mau siap-siap juga.”
“Nggak apa- apa Tante. Maaf malah saya yang merepotkan.”
“Sama sekali tidak merepotkan,” Nyonya Amelia tersenyum memgusap rambut Kirana yang sudah ditata rapi.
Kirana pun menikmati hidangan kue dan jus yang disediakan pelayan di sana.
“Bibik sudah lama kerja di sini ?” Kirana yang merasa canggung membuka percakapan dengan wanita paruh baya yang menemaninya.
“Sudah sejak Tuan Sebastian lahir, Non.”
“Wah sudah lama banget, dong. Sudah kenal Pak Bas luar dalam,” Kirana terkekeh.
“Sudah bukan kenal lagi Non, hafal luar kepala.”
Bik Sum, nama wanita paru baya itu, tertawa bersama Kirana.
Sudah beberapa hari lalu, majikannya bercerita tentang Kirana padanya. Dan setelah bertemu lamgsung dengan gadis itu, Bik Sum mengerti mengapa Nyonya Amelia berusaha membuat hubungan pura-pura Sebastian dengan Kirana meningkat jadi hubungan yang sesungguhnya.
Kirana mengangkat bekas makan dan minumnya ke tempat cuci piring. Dia pun sudah ancang-ancang mencucinya namun dilarang oleh Bik Sum.
“Non, lebih baik non Kirana siap-siap sekarang. Biasanya keluarga Tuan dan Nyonya akan datang sebelum waktu undangan.”
Kirana pun menurut dan mengikuti Bik Sum menuju kamar yang dimaksud oleh Nyonya Amelia.
“Perlu bibik temani untuk siap-siap Non ?”
“Tidak perlu Bi, terima kasih,” sahut Kirana sambil memggeleng.
Kirana masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan. Matanya kembali tercengang dengan situasi kamar yang cukup mewah baginya. Luasnya bisa dibilang hampir separuh luas rumah keluarganya.
Kirana melihat ada beberapa paper bag diletakan di atas sofa. Dilihat dari motif kantongnya, Kirana mengenali kalau itu tas belanja dari butik yang dikunjunginya bersama Nyonya Amelia 2 hari yang lalu.
Kirana pun mendekat dan mengintip isinya. Ternyata benar. Semua adalah pakain yang sempat dicobanya di butik. Bahkan salah satu dress yang perlu dipermak juga sudah ada di dalam salah satu kantongnya.
Dress berwarna peach dengan motif bunga kecil dan perpaduan kain tile dan sifon sudah disiapkan di atas tempat tidur. Baju itu dipilihkan langsung oleh Nyonya Amelia untuk dikenakan Kirana malam ini.
Kirana bergegas ke kamar mandi dengan tas kecil yang dibawanya dari rumah dan diisi dengan perlengkapan mandi plus pakaian dalam bersih.
Hati-hati dia membersihkan diri tanpa mencuci muka dan keramas seperti biasanya,. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit sampai Kirana siap dengan baju pestanya.
Kirana duduk di tepi ranjang, bingung mau melakukan apa. Dia benar-benar meraaa canggung berada di rumah keluarga Tuan Richard. Apalagi sudah hampir dua minggu ini hubungannya dengan Sebastian tidak baik-baik saja.
Kirana melihat jam yahg terpampang di layar handphonenya. Jam 5.25. Acara dimulai jam 6 sore. Akhirnya Kirana memutuskan untuk mengirim pesan pada Dion. Dia yakin kalau asisten Sebastian itu pasti sudah datang ke rumah ini.
Kirana : Dion, sudah sampai di rumah Tuan Richard ?
Kirana menunggu balasan hingga 5 menit. Pesnnya terkirim karena sudah centang 2, tapi Dion belum membacanya karena belum berubah warna menjadi biru.
Akhirnya karena tidak sabaran, Kirana menghubungi Dion. Panggilan pertama tidak terjawab sampai masuk ke kotak suara. Hingga akhirnya panggilan ketiga, Dion baru mengangkat handphonenya.
“Dion dimana ?” tanya Kirana tanpa basa basi.
“Di hatimu,” jawab Dion sambil terkekeh.
“Kalau begitu bebaskan aku dari kurungan ini,” Kirana menjawab dengan kalimat yang asal juga.
“Memangnya dimana ?”
“Di kamar tamu, tapi aku sendiri tidak tahu di sebelah mana. Rumahnya terlalu besar dan aku belum hafal.”
Terdengar suara Dion tertawa pelan.
“Pangeran kuda putih yang akan menjemputmu.”
“Jangan bilang kalau Pak Bas yang kemari !”pekik Kirana dengan nada panik.
“Kenapa ? Ini kan rumah orangtuanya Pak Bas.”
Kirana tidak menyahut. Dia sedang mondar mandir di dalam kamar. Malas rassnya kalau harus berhadapan dengan Sebastisn yang masih menatapnya dengan wajah dingin. Apalagi sejak kemarin saat Nyonya Amelia mengajaknya mempercantik diri ke salon, wajah Sebastian merenggut seperti baju yang belum disetrika.
“Ki, kamu masih hidup kan ?” Dion masih berusaha bercanda.
“Setengah hidup,” jawab Kirana asal. Nadanya yang terdengar kesal malah membuat Dion tertawa.
Akhirnya Kirana menutup panggilan teleponnya, bersamaan dengan suara ketukan pintu kamarnya.
Kirana menarik nafas sebelum membukakan pintu karena tidak ada suara yang mengirimgi ketukan pintu.
Perlahan dia membuka pintu dan berdoa jangan sampai Sebastian yang ada di baliknya.
“Nona Kirana. Tuan dan Nyonya sudah menunggu di ruang tengah.”
Kirana menarik nafas lega karena Bik Sum yang menjemputnya, bukan Sebastian seperti ucapan Dion.
Kirana pun mengikuti Bik Sum yang sudah berjalan di depannya. Kirana makin dibuat terkagum dengan interior dan design bangunan rumah Tuan Richard.
“Silakan Nona,” Bik Sum mempersilakan Kirana menuju sebuah ruangan besar yang sudah tertata rapi dengan meja-meja hidangan di kiri kanannya.
“Ini sih mini ballroom,” decak Kirana dalam hati.
Kedatangan Kirana membuat beberapa orang yang duduk dekat pintu masuk ruangan menoleh. Pandangan mata orang-orang yang masih tampak asing di mata Kirana membuatnya gugup.
Kirana hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai sapaan orang-orang yang ditemuinya. Dia bergegas menuju sisi kiri ruangan yang agak memojok.
Matahya sempat melirik kesana kemari mencari Dion atau Echi atau Marsha atau siapapuh saja yang dikenalnya. Bahkan Sebastian juga tidak kelihatan batang hidungnya.
Mata Nyonya Amelia sudah melihat kehadiran Kirana memasuki ruangan. Namun tidak sopan langsung menghentikan obrolan dengan kakak Tuan Richard dan istrinya.
Sesaat setelah perbincangan dirasa sudah tidak terlalu penting, Nyonya Amelia pamit untuk menghampiri Kirana.
Kirana masih berdiri sendiri sedang memilin kain sifon yang terlilit di pinggangnya.
“Kamu cantik sekali malam ini, Kira.” sentuhan Nyonya Amelia membuat Kirana yang tidak memperhatikan sekitarnya sedikit terkejut.
“Maaf Tante,” Kirana tersenyum kikuk.
“Ayo, Tante perkenalkan dengan keluarga kami di sana,” Nyonya Amelia menggenggam pergelangan tangan Kirana yang terasa dingin hingga ke telapak tangannya.
“Ngg… boleh saya tunggu Dion dan Pak Bas dulu, Tante ?” Kirana masih belum bergerak.
Nyonya Amelia menatapnya sambil tersenyum. Wajahnya digerakan ke arah Tuan Richard yang masih berbincang dengan sepasang suami istri.
“Itu ada Sebastian di sana,” Nyonya Amelia menunjuk dengan gerakan dagunya.
Kirana sudah tidak punya alasan lagi menolak. Dia mengikuti langkah Nyonya Amelia yang masih memegang pergelangan tangannya.
Sampai di dekat Tuan Richard, Kirana menganggukan kepalanya sebagai sapaan pada pemilik MegaCyber itu. Tuan Richard membalas dengan anggukan dan senyuman juga. Sementara Sebastian yang berdiri di sampingnya hanya melirik sekilas lalu menoleh ke arah lain.
“Mas Raymond, Mbak Rosa, kenalkan ini teman asenastian.”
Sepasang suami istri itu membalikan badannya ke arah Nyonya Amelia.
Kirana yang sempat mengerutkan dahi mendengar Nyonya Amelia menyebut dua nama yang familiar di telinganya.
“Tante Rosa !” pekik Kirana dengan suara tertahan. Matanya membelalak karena terkejut melihat sosok wanita di depannya.
Wanita yang disapa Tante Rosa pun tidak kalah kagetnya saat mendapati Kirana sedang digandeng oleh adik iparnya.
“Sudah naik derajat kamu jadi orang kaya ?” Sindir Nyonya Rosa dengan nada yang sangat sinis.
Tuan Richard dan Nyonya Amelia dibuat bingung oelh ucapan Nyonya Rosa, istri Tuan Raymond, kakak kandung Tuan Richard.
Keduanya mengerutkan dahi namun tidak berkata apa-apa.
Tuan Raymond yang mengenali Kiara menyapa gadis yang diperkenalkan sebagai teman keponakannya. .
“Apa kabar Kirana ?” Sapa Tuan Raymond dengan suara datar.
Kirana hanya menunduk dan tidak tahu harus bicara apa.