Regina, memilih bercerai dari sang suami yang telah menikahinya selama 5 tahun.
Dia selalu tidak terlihat di depan sang suami karena perempuan lain yang dicintai suaminya.
Namun setelah bercerai, ternyata malah menjadi awal dari kisah cintanya bersama sang adik ipar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Kekejaman Kevin
Setelah meninggalkan cafe, Regina dan Arvin memilih berjalan-jalan di taman, mereka membeli es krim dan duduk di kursi taman sambil menikmati es krim masing-masing.
"Kau ingat saat di panti dulu, kita hanya mampu membeli satu es krim dan pergi membaginya ke dua piring kecil untuk dinikmati, tapi sekarang bahkan jika ingin membeli toko es krimnya pun itu hal yang mudah dilakukan. Tapi maknanya tidak akan pernah sama dengan yang pernah kita bagi di panti asuhan dulu," ucap Arvin sambil memperhatikan Regina yang tersenyum mendengar ceritanya.
"Kau benar," Regina mengangguk dan memutar kembali memori masa lalunya dalam ingatannya, "memang kenangan saat kita kesulitan jauh lebih bermakna daripada ketika kita berada di saat-saat memiliki segalanya," ucap Regina.
Arvin semakin dalam memperhatikan Regina, dia tahu bahwa perempuan di hadapannya ini telah melalui banyak sekali kenangan pahit, namun bisa bertahan sampai saat ini dengan hati yang masih begitu kuat membuat Arvin merasa bahwa Regina adalah sosok perempuan yang tidak biasa, dia luar biasa dan sangat memikat.
"Kalau kau mau memberiku kesempatan, Aku ingin mengembalikan masa-masa bahagiamu seperti saat kita berada di panti dulu," kata Arvin dengan suara yang begitu tulus, bersungguh-sungguh.
Regina menatap Arvin, Tentu saja dia sangat senang mendengar ucapan pria itu, pria yang selama ini menghiasi mimpi-mimpinya di malam hari sekarang benar-benar mengatakan sesuatu yang luar biasa yang selama ini diidam-idamkan oleh Regina.
Tetapi mengingat status mereka saat ini, antara adik ipar dan kakak ipar, itu adalah sesuatu yang tidak layak untuk dilakukan sehingga Regina membuang muka, "aku tahu kau adalah orang yang baik, sangat baik. Tapi kau harus tahu, sampai saat ini aku masih berstatus sebagai istri kakakmu dan,, apa yang terjadi tadi malam itu,, mari kita menganggapnya tidak pernah terjadi. Kita masih bisa menjadi sahabat seperti di panti dulu, namun jika kau menginginkan hubungan yang lebih dari itu, Aku tidak ingin menyakiti orang-orang baik yang ada di sekitar kita, terutama kakek. Dia--"
"Jika aku bisa mengatasi semuanya, Apakah kau bersedia memberiku kesempatan?" Kata Arvin menyela ucapan Regina membuat Regina kembali menatap Arvin.
Es yang ada di tangan pria itu telah meleleh, tampaknya dia tidak memperdulikan keberadaan es krim itu dan hanya fokus memperhatikannya saja.
Sebuah senyuman terukir di wajah Regina ketika dia berdiri dan berkata, "makan es krimmu dengan benar dulu baru mengatakan sesuatu yang lebih besar dari itu!"
Setelah berbicara demikian, Regina melangkahkan kakinya menjauhi Arvin membuat Arvin kembali melihat esnya Dan tersenyum sambil mengikuti Regina.
Setelah langkah kaki mereka sejajar, Arvin berkata, "aku anggap kau setuju."
Regina tidak menjawab apapun, hanya diam saja sambil melangkah, saat ini jantungnya berdegup kencang dan dilema memenuhi hatinya.
Reputasi pria di sampingnya ini akan menjadi sangat buruk jika mereka memutuskan untuk memiliki hubungan.
Selain itu, Bagaimana dengan respon para orang tua?
Saat mereka sudah berjalan sedikit jauh, Regina tiba-tiba saja menghentikan langkahnya dan berkata, "Aku mau ke toilet dulu, Aku titip ini."
Regina menyerahkan tasnya pada Arvin untuk memastikan pria itu tetap menunggunya sampai ia selesai dari toilet.
Arvin tidak berkata apapun, dia menerima tas tersebut dan berjalan ke arah kursi taman yang tak jauh darinya Dan duduk di sana untuk menunggu Regina.
Saat sementara duduk, tiba-tiba saja ponsel yang ada di saku tas Regina berdering.
Arvin mengabaikannya karena merasa tidak sopan jika mengangkat panggilan telpon itu.
Namun ketika panggilan teleponnya sudah yang ke-3 kalinya, Arvin menoleh ke arah toilet taman, sepertinya Regina belum selesai. Mungkin ini telepon penting," ucap Arvin akhirnya mengambil ponsel Regina dan melihat nama peneleponnya ada 'Selingkuhan Kevin'
Kening Arvin langsung mengerut, kenapa Regina menyimpan kontak Selena?
Akhirnya Arvin mengangkat panggilan telepon itu, tapi sebelum Arvin sempat berbicara, perempuan dari seberang telepon lebih dulu berkata, "Terima kasih banyak, Aku sudah mendengar kabar bahwa kaulah yang akan mendonorkan hatimu padaku. Aku tahu meski kita rival dalam percintaan tapi kau adalah orang baik, kau sudah melakukan perbuatan mulia dengan keputusanmu untuk mencangkokkan hati padaku. Jangan khawatir, setelah donornya selesai dan aku berhasil pulih kembali, akan kupastikan aku dan Kevin akan hidup bahagia dan Kevin tidak akan pernah mengalami masa-masa yang sulit, aku akan menjadi pendamping yang setia dan sempurna disisinya. Pokoknya kau akan selalu melihat dia tersenyum saat bersama-sama denganku, dan kami pasti akan terus bersama dan bahagia sampai maut memisahkan. Sekali lagi terima kasih banyak, Kau pasti mengalami masa-masa yang sulit sebelum akhirnya memutuskan untuk mendonorkan hatimu padaku. Hah,,, aku terlalu malu untuk mengatakan ini padamu, tapi aku rasa belum terlambat untuk meminta maaf padamu, selama ini kita sudah melewati banyak masa-masa yang sulit dengan pertengkaran dan perseteruan, tapi aku yakin kedepannya kita bisa tertawa bahagia dan memiliki kebahagiaan kita masing-masing. Semoga kau mendapat pria yang lebih baik dari Kevin, aku akan membujuk Kevin untuk segera menandatangani surat perceraian kalian begitu donor hatinya selesai."
Arvin tercengang mendengar ucapan perempuan dari seberang telepon, saking tercengangnya dia sampai tak mampu berkata-kata.
Regina akan mendonorkan hatinya pada selingkuhan suaminya?
Ini benar-benar di luar nalar!
Selena di seberang telepon yang tidak mendapatkan respon pun kembali berkata, "kau mendengarku kan? Kau baik-baik saja? Tenang saja, aku tidak akan memberitahu apapun pada Kevin, karena aku rasa mulai hari ini kita bisa menjadi teman yang baik."
Arvin yang mendengarnya bisa membayangkan Bagaimana senyum licik di wajah Selena terpatri ketika dia mengatakan hal tersebut.
Di balik kata-katanya yang manis itu, semuanya hanya berupa singgungan dan niat jahat yang dipoles dalam pita merah yang cantik.
"Ada apa?" Saat itu, suara Regina terdengar dari arah toilet membuat Arvin mematikan panggilan telepon di tangannya dan segera menghapus log panggilan.
"Maaf, tadi aku kehilangan ponselku dan meminjam ponselmu sebentar untuk mencari ponselku," ucap Arvin.
"Tidak apa-apa," kata Regina tanpa rasa curiga mengambil kembali tas dan ponselnya lalu duduk di samping Arvin.
Arvin terdiam memandangi Regina, dia masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Ada apa?" Regina bertanya ketika melihat tatapan Arvin yang tampak syok melihatnya.
"Itu,, kau bilang tadi kau dari rumah sakit?" Tanya Arvin.
"Ya, Aku diantar Kevin melakukan pemeriksaan kesehatan, sebenarnya itu tidak perlu tapi dia memaksaku," ucap Regina.
"Pemeriksaan kesehatan dalam rangka apa?" Tanya Arvin berusaha menggali informasi.
"Hanya pemeriksaan kesehatan biasa, selama menikah aku memang biasa melakukannya, tapi entah kenapa dia memaksaku melakukan pemeriksaan kesehatan hari ini. Tapi Jangan pikirkan itu, aku benar-benar akan mengakhiri hubunganku dengan nya, sekarang aku hanya bingung memikirkan Bagaimana cara memberitahu keluarga, terutama kakek," ucap Regina ditutup helaan nafas yang panjang.
Arvin mengeryit, 'apa jangan-jangan dia tidak mengetahui tentang donor hati yang akan ia lakukan pada Selena? Jangan-jangan Kevin telah membodohinya?' pikir Arvin dalam hati, Tentu saja dia tahu bahwa Kevin sanggup melakukan semua itu karena pria itu memiliki kekuasaan dan terutama dapat menekan kepala Rumah sakit untuk memenuhi permintaannya.
Tapi haruskah pria itu sangat kejam pada Regina?
"Itu,,, aku dengar perempuan yang bernama Selena itu membutuhkan donor hati?" Tanya Arvin.
"Ya, aku dengar begitu, dan aku juga mendengar pendonornya telah batal untuk mendonorkan hatinya. Hah,,, entah kenapa aku berharap dia tidak usah mendapat pendonor hati, dengan begitu,,, ah, entahlah, lagi pula Sekarang aku tidak punya perasaan apa-apa lagi pada pria itu. Terserah mereka berdua mau menikah atau tidak, yang penting aku bisa bercerai baik-baik dari Kevin," kata Regina.
Arvin tidak berkata apapun lagi, keduanya duduk terdiam dalam pikiran mereka masing-masing sampai saat ketika Regina berdiri untuk meninggalkan taman, Arvin pun tiba-tiba terpikirkan sesuatu hingga dia berdiri dan berkata, "Sebenarnya aku punya ide jika kau ingin bercerai dengan Kevin. Kakek pasti tidak akan menolaknya."
"Apa?!" Regina sangat terkejut, "ide apa yang kau punya?" Tanya Regina begitu penasaran.
Kevin pun membicarakan apa yang ada di kepalanya membuat Regina sangat shock dengan jantung berdegup kencang.
Bisakah mereka melakukannya?
ya gak ada yg mau ama selwna yg pwnyakiran..
❤❤❤❤😉
begitu tau kepastian pisisi Kevin di perusahaan dan dan dikeluarga dia langsung berniat merebut Arvin
haa... betapa bodohnya kau Kevin
😀😀😀❤❤❤❤