Hari itu Jeri tak sengaja melihat Ryuna yang sedang menari sendirian di lapangan basket. Ia yang memang dasarnya iseng malah memvideokan gadis itu. Padahal kenal dengan Ryuna saja tidak.
"Lo harus jadi babu gue sampai kita lulus SMA."
"Hah?!" Ryuna kaget.
"Pasti seru." Jeri tersenyum misterius membuat Ryuna menduga lelaki itu akan menyiapkan seribu rencana untuk membuatnya sengsara.
"Seru apanya?! Fix sih, lo yang nggak waras di sini!" gadis itu menatap Jeri dengan pandangan menghujat.
Sejak hari itu, Ryuna harus selalu berurusan dengan Jeri yang senang sekali bukan hanya mengganggu namun juga menjadikannya babu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
Ryuna menatap smartphone yang Jeri pegang. Lalu, ia tiba-tiba bergerak hendak mengambil smartphone milik lelaki itu, tapi Jeri sudah lebih dulu menggerakan dan mengangkat tinggi tangannya hingga Ryuna tak bisa meraih smartphone yang ia genggam.
"Et lo mau nyolong hp gue?"
"Ck, kita tuh nggak kenal satu sama lain Jer. Menurut gue, kita bisa terus seperti itu. Lo hapus video gue dan kita bisa seperti sebelumnya, orang yang cuma sekadar tahu nama satu sama lain. Ya?"
Jeri menggelengkan kepala seolah tak setuju atas apa yang dikatakan Ryuna. "Nggak. Boring banget hidup lo."
Sebenarnya Ryuna agak tersinggung dengan apa yang dikatakan Jeri. Boring katanya? Bahkan lelaki itu tak tahu apa yang ia alami. Siapa lelaki ini bisa seenaknya mengatai hidupnya? Namun Ryuna tetap berusaha mengendalikan diri.
"Lo nyebelin."
"Kayaknya lo orang ke 999 plus yang bilang gitu ke gue."
Ryuna menarik napas dalam dan menghembuskan napas perlahan.
"Lo beneran serius sama syarat tadi?"
Jeri mengangguk.
"Jangan nyuruh gue yang aneh-aneh ya!"
"Nggak."
Ryuna memicingkan kedua matanya. "Lo nggak meyakinkan deh, serius."
"Kalau gitu kita buat kesepakatan lewat rekaman aja."
"Maksud lo?"
"Gini." Jeri mengotak atik smartphone, ia menekan suatu aplikasi.
"Gue, Jeri Herfana Orion nggak akan nyuruh Ryuna aneh-aneh selama dia jadi babu gue di SMA. Setelah itu, gue bakalan hapus video nari dia." Jeri merekam suaranya pada smartphone.
"Lo kirim itu ke WA gue. Biar nanti kalau benaran ada apa-apa, kita udah sepakat," ucap Ryuna.
"Oke."
Jeri kembali fokus pada smartphone-nya, sementara Ryuna mengambil gawainya yang masih berada di lantai.
"Lo punya nomor WA gue?" tanya Ryuna.
"Ada di WA grup angkatan."
Oh iya, mereka kan juga ada di satu grup. Bisa-bisanya Ryuna lupa.
Setelah beberapa saat, Ryuna menerima pesan dari nomor tak dikenal. Dari foto profilnya terlihat jika itu adalah Jeri. Ia mendengarkan rekaman suara yang dikirim Jeri, lalu mengangguk cukup puas.
"Oke, deal."
Jeri tersenyum miring. "Good."
"Tapi lo nggak mikir apa yang lo lakuin itu salah apa? Nggak boleh seenaknya ngevideo orang lain, gue bisa aja mengajukan gugatan tau!"
"Serem banget sih? Serius amat hidup lo. Emang apa masalahnya kalau disebarin? Menurut gue nggak ada yang malu-maluin."
"Nggak, gue nggak mau."
"Ya berarti lo tinggal ikutin kemauan gue aja."
Ryuna mendecak, kemudian, mereka tak lagi bersuara selama beberapa saat. Ryuna duduk di kursi.
"Lo ngapain sendirian di sini?" tanya Jeri.
"Bukan urusan lo. Adanya gue yang nanya, ngapain lo di sini? Seharusnya kan cowok salat Jum'at."
Gadis itu mengambil minuman teh yang diberikan Jimi dan memutar tutup botolnya. Sementara Jeri tak langsung menjawab, ia hanya menatap Ryuna selama beberapa detik, seperti hendak mengatakan sesuatu namun agak tertahan. Gadis itu meneguk minumannya.
"Gue Kristen," ucap Jeri.
Ryuna hampir menyemburkan minuman dari mulutnya, namun tak jadi. Ia membulatkan mata sambil menatap kedua mata lelaki itu tepat. Ryuna mengerjap dua kali dan merapatkan bibir, nyaris tak tahu harus berkata apa.
Gadis itu berdehem canggung. "Oh, sorry."
Keduanya malah menjadi awkward.
"Mau main voli nggak?" ucap Ryuna, hanya itu yang terlintas di kepalanya untuk meredakan kecanggungan karena Jeri juga hanya diam. Kebetulan ia belum mengembalikan bola voli yang tadi digunakan kelasnya untuk mata pelajaran olahraga. Nanti juga jam satu ada ekskul bola voli, jadi sekalian saja.
Lelaki itu hanya mengangguk dan bergerak ke arah sisi lapangan lain. Sementara Ryuna menaruh smartphone dan mengambil bola voli di dekatnya. Ia bergerak ke arah sisi lapangan yang berlawanan dengan Jeri.
Kemudian, keduanya bermain voli berdua. Mereka berhenti ketika Ryuna kalah main dan Jeri mengolok-oloknya. Gadis itu tak mau main lagi dan berniat pergi dari lapangan untuk mengembalikan bola ke ruang olahraga dan ia akan ke tempat lain selagi menunggu waktu ekskul yang bisa dibilang masih lama. Tapi ternyata, Jeri malah memberinya perintah pertama untuk mengikuti lelaki itu ke toko di luar sekolah. Mau tak mau, Ryuna menurutinya.
episode nggak kepanjangan
tata bahasa rapi,konfliknya juga masuk akal.
terimakasih author,,semoga sehat selalu dan terus berkarya