Kumpulan cerpen yang tokohnya dari member JKT48
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabijh1799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta pertama (Zee)
Azizi Shafa Asadel adalah seorang gadis yang berprofesi sebagai aktor. Dia sangat terkenal, apalagi dengan ayahnya yang juga merupakan aktor dan pembawa acara terkenal, Pak Asadel. Namun, Azizi tidak pernah merasa puas dengan pencapaiannya. Dia merasa bahwa semua itu hanyalah hasil bawaan dari ayahnya, bukan dari dirinya sendiri. Dia juga sering mendapat tawaran untuk bermain film atau iklan dengan mengatasnamakan dirinya sebagai anak Pak Asadel, bukan sebagai Azizi Shafa Asadel.
Azizi ingin membuktikan bahwa dia bisa menjadi aktor yang hebat tanpa bantuan ayahnya. Dia ingin menunjukkan kerja keras dan bakatnya sendiri, serta dihargai sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai bayang-bayang ayahnya.
*
Suatu hari, dia mendapat telepon dari seorang produser yang mengaku tertarik dengan aktingnya. Produser itu mengajaknya untuk membintangi film terbarunya yang bergenre drama romantis. Azizi merasa senang dan penasaran dengan tawaran itu. Dia bertanya siapa nama produser itu dan apa judul filmnya.
"Namaku Revo Fidelano. Aku produser baru di industri ini. Filmku berjudul 'Cinta Pertama'. Kamu mau main di filmku?" jawab produser itu dengan suara ramah.
Azizi terkejut mendengar nama Revo Fidelano. Dia merasa pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi dia tidak bisa mengingat di mana. Dia juga tertarik dengan judul film 'Cinta Pertama'. Dia ingin tahu seperti apa ceritanya.
"Apa alur ceritanya?" tanya Azizi.
"Alurnya sederhana saja. Ini tentang seorang pria yang mencintai seorang wanita sejak kecil, tapi dia tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Mereka berpisah saat lulus sekolah dasar dan bertemu lagi saat dewasa. Pria itu menjadi produser film dan wanita itu menjadi aktor. Mereka bekerja sama untuk membuat film yang menceritakan kisah cinta mereka yang tak terlupakan." jelas Revo.
Azizi merasa tertarik dengan alur cerita itu. Dia merasa ada sesuatu yang familiar dengan cerita itu, tapi dia tidak tahu apa. Dia juga penasaran dengan karakter wanita yang akan dia perankan.
"Aku mau main di filmmu. Siapa nama karakter wanitanya?" tanya Azizi.
"Namanya Shafa. Kamu cocok banget untuk memerankannya." jawab Revo.
Azizi tersenyum mendengar nama Shafa. Itu adalah nama tengahnya yang jarang dipakai orang lain. Dia merasa ada hubungan khusus antara dirinya dan karakter Shafa.
"Baiklah, aku setuju untuk main di filmmu. Kapan kita mulai syuting?" tanya Azizi.
"Besok kita mulai syuting di lokasi pertama. Aku akan kirim jadwal dan skripnya ke emailmu. Sampai jumpa besok, Shafa." ucap Revo.
"Oke, sampai jumpa besok, Revo." balas Azizi.
Azizi memutuskan sambungan telepon dan merasa gembira. Dia berharap film ini bisa menjadi titik balik dalam karirnya sebagai aktor. Dia juga ingin segera bertemu dengan Revo dan melihat wajahnya secara langsung.
*
Revo Fidelano adalah seorang pria yang bercita-cita menjadi produser film sejak kecil. Dia sangat menyukai dunia perfilman dan bermimpi untuk membuat film-film yang bagus dan menyentuh hati orang banyak. Namun, ada satu hal yang lebih penting daripada cita-citanya itu, yaitu cintanya kepada Azizi Shafa Asadel.
Revo sudah mencintai Azizi sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka satu kelas dan sering bermain bersama. Revo selalu terpesona dengan senyum manis dan mata indah Azizi. Dia juga kagum dengan bakat akting Azizi yang sudah terlihat sejak kecil.
Revo ingin mengungkapkan perasaannya kepada Azizi, tapi dia tidak pernah berani melakukannya. Dia takut ditolak atau dianggap aneh oleh Azizi. Dia hanya bisa menyimpan rasa cintanya dalam hati dan berharap suatu hari nanti mereka bisa bersama.
Namun, harapan itu pupus saat mereka lulus sekolah dasar dan berpisah jalan. Revo pindah ke Jakarta bersama orang tuanya yang mendapat pekerjaan baru di sana. Azizi tetap tinggal di kota asal mereka bersama ayahnya yang sudah menjadi aktor terkenal saat itu.
Revo merasa sedih dan kehilangan saat harus meninggalkan Azizi. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan mencari Azizi lagi saat dia sudah sukses menjadi produser film. Dia ingin membuat film yang menceritakan kisah cinta mereka yang tak terlupakan.
Revo bekerja keras untuk mewujudkan cita-citanya menjadi produser film. Dia kuliah di jurusan perfilman di salah satu universitas ternama di Jakarta dan lulus dengan predikat cum laude . Dia magang di beberapa rumah produksi film dan belajar banyak dari para produser senior.
Revo juga tidak pernah melupakan Azizi selama masa kuliah dan karirnya. Dia selalu mengikuti perkembangan karir Azizi sebagai aktor melalui media sosial dan televisi. Dia bangga melihat Azizi menjadi aktor yang terkenal dan dicintai banyak orang.
Revo juga selalu mencari kesempatan untuk bertemu dengan Azizi secara langsung, tapi dia tidak pernah berhasil melakukannya. Setiap kali ada acara atau festival film yang melibatkan Azizi, Revo selalu datang sebagai penonton atau peserta, tapi dia tidak pernah bisa mendekati atau menyapa Azizi karena kerumunan orang atau pengawal pribadi Azizi.
Revo merasa frustasi dengan situasi ini. Dia ingin sekali bicara dengan Azizi dan mengungkapkan perasaannya setelah sekian lama berpisah. Dia ingin tahu apakah Azizi masih ingat dengannya atau tidak. Dia ingin tahu apakah Azizi masih memiliki perasaan padanya atau tidak.
Revo memutuskan untuk mengambil langkah besar dalam hidupnya. Dia memutuskan untuk membuat film pertamanya sebagai produser mandiri dengan modal hasil tabungannya selama ini. Dia memutuskan untuk membuat film yang menceritakan kisah cinta pertamanya dengan Azizi.
Revo menulis skrip filmnya sendiri dengan bantuan beberapa temannya yang ahli di bidang penulisan naskah dan penyutradaraan film. Revo memberi judul filmnya 'Cinta Pertama' dan menentukan genre filmnya adalah drama romantis.
Revo kemudian mencari aktor-aktor yang cocok untuk memerankan karakter-karakter dalam filmnya. Dia sudah tahu siapa yang akan dia pilih untuk memerankan karakter pria yang mencintai Azizi sejak kecil, yaitu dirinya sendiri. Revo berani mengambil risiko untuk menjadi aktor sekaligus produser dalam filmnya. Dia merasa bahwa hanya dia yang bisa menggambarkan perasaannya kepada Azizi dengan sebenar-benarnya.
Untuk karakter wanita yang diperankan oleh Azizi, Revo tidak perlu mencari lagi. Dia langsung menghubungi Azizi melalui nomor telepon yang dia dapatkan dari salah satu temannya yang bekerja di rumah produksi film tempat Azizi bernaung. Revo mengajak Azizi untuk membintangi filmnya dengan alasan bahwa dia tertarik dengan akting Azizi dan ingin bekerja sama dengannya.
Azizi menerima tawaran Revo tanpa ragu. Dia merasa senang dan penasaran dengan film yang akan dibuat oleh Revo. Dia juga merasa ada sesuatu yang familiar dengan nama Revo, tapi dia tidak bisa mengingatnya. Dia juga tertarik dengan judul film 'Cinta Pertama' dan ingin tahu seperti apa ceritanya.
Revo menjelaskan alur cerita filmnya kepada Azizi melalui telepon. Dia mengatakan bahwa filmnya tentang seorang pria yang mencintai seorang wanita sejak kecil, tapi dia tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Mereka berpisah saat lulus sekolah dasar dan bertemu lagi saat dewasa. Pria itu menjadi produser film dan wanita itu menjadi aktor. Mereka bekerja sama untuk membuat film yang menceritakan kisah cinta mereka yang tak terlupakan.
Azizi merasa tertarik dengan alur cerita itu. Dia merasa ada sesuatu yang familiar dengan cerita itu, tapi dia tidak tahu apa. Dia juga penasaran dengan karakter wanita yang akan dia perankan.
Revo memberitahu Azizi bahwa nama karakter wanitanya adalah Shafa, yaitu nama tengah Azizi yang jarang dipakai orang lain. Revo mengatakan bahwa dia memilih nama itu karena dia merasa bahwa nama itu sangat cocok untuk karakter wanitanya yang cantik dan berbakat.
Azizi tersenyum mendengar nama Shafa. Dia merasa ada hubungan khusus antara dirinya dan karakter Shafa. Dia juga merasa senang karena Revo menghargai dirinya sebagai aktor, bukan sebagai anak Pak Asadel.
Azizi setuju untuk memerankan karakter Shafa dalam film 'Cinta Pertama'. Revo merasa lega dan bahagia karena berhasil mendapatkan Azizi sebagai bintang filmnya. Revo berjanji akan mengirimkan jadwal dan skrip filmnya ke email Azizi dan mengajaknya untuk mulai syuting besok di lokasi pertama.
Azizi menyetujui rencana Revo dan berharap film ini bisa menjadi titik balik dalam karirnya sebagai aktor. Dia juga ingin segera bertemu dengan Revo dan melihat wajahnya secara langsung.
*
Besok pagi, Azizi datang ke lokasi syuting film 'Cinta Pertama' yang berada di sebuah taman kota. Dia membawa tas ransel berisi pakaian ganti dan perlengkapan make up. Dia melihat banyak orang yang sibuk mempersiapkan peralatan syuting seperti kamera, lampu, mikrofon, dan lain-lain.
Azizi mencari-cari sosok Revo di antara kerumunan orang itu, tapi dia tidak menemukannya. Dia bertanya kepada salah satu kru film tentang keberadaan Revo.
"Maaf, Mbak Azizi. Pak Revo belum datang. Katanya dia masih di jalan." jawab kru film itu.
"Oh, begitu. Terima kasih." ucap Azizi.
Azizi memutuskan untuk menunggu Revo di sebuah bangku taman yang kosong. Dia duduk di sana sambil membaca skrip film 'Cinta Pertama' yang sudah dia pelajari semalam.
Skrip film itu menceritakan tentang pertemuan pertama antara Shafa dan Revo saat mereka masih duduk di kelas 6 SD. Mereka bertemu di taman kota ini saat sedang bermain layang-layang bersama teman-teman mereka. Mereka saling tertarik satu sama lain dan mulai berkenalan.
Azizi terhanyut dalam membaca skrip film itu. Dia merasakan emosi yang dialami oleh Shafa saat bertemu dengan Revo untuk pertama kalinya. Dia merasakan degupan jantung Shafa yang berdetak lebih cepat saat melihat senyum manis dan mata indah Revo. Dia merasakan getaran Shafa yang gemetar saat menyentuh tangan Revo untuk pertama kalinya.
Azizi tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang mengamati dirinya dari kejauhan. Orang itu adalah Revo Fidelano. Revo baru saja tiba di lokasi syuting setelah terjebak macet di jalan. Dia langsung mencari Azizi di antara kerumunan orang itu, tapi dia tidak menemukannya. Dia bertanya kepada salah satu kru film tentang keberadaan Azizi.
"Pak Revo, Mbak Azizi ada di sana." jawab kru film itu sambil menunjuk ke arah bangku taman yang kosong.
Revo menoleh ke arah bangku taman itu dan melihat sosok Azizi yang sedang duduk di sana sambil membaca skrip film 'Cinta Pertama'. Revo terpaku melihat wajah Azizi yang masih sama cantiknya seperti dulu.
Revo merasakan perasaan aneh dalam hatinya saat melihat Azizi lagi setelah sekian lama berpisah. Dia merasakan campuran antara rindu, senang, gugup, dan takut.
Revo mengambil napas dalam-dalam dan mengumpulkan keberaniannya. Dia berjalan perlahan menuju bangku taman tempat Azizi duduk. Dia ingin menyapa Azizi dan memperkenalkan dirinya secara langsung. Dia ingin melihat reaksi Azizi saat mengetahui bahwa dia adalah Revo Fidelano, teman masa kecilnya yang sudah lama hilang.
Revo sampai di depan bangku taman itu dan berdiri di samping Azizi. Dia melihat Azizi yang masih asyik membaca skrip filmnya. Dia tersenyum dan membuka mulutnya untuk berbicara.
"Halo, Shafa." ucap Revo dengan suara lembut.
Azizi terkejut mendengar suara Revo yang menyapanya dengan nama Shafa. Dia mengangkat kepalanya dari skrip filmnya dan melihat wajah Revo yang berdiri di sampingnya. Dia terbelalak melihat wajah Revo yang sangat familiar baginya.
"Re...Revo?" ucap Azizi dengan suara terbata-bata.
Revo mengangguk dan tersenyum. Dia melihat mata Azizi yang membesar dan mulutnya yang menganga. Dia merasa senang karena Azizi masih ingat dengannya.

"Ya, aku Revo. Revo Fidelano. Produser sekaligus aktor dalam film 'Cinta Pertama'. Senang bertemu lagi denganmu, Shafa." ucap Revo dengan suara gembira.
Azizi tidak bisa berkata-kata. Dia merasa bingung dan kaget dengan kenyataan yang baru saja dia ketahui. Dia tidak percaya bahwa Revo Fidelano yang mengajaknya untuk membintangi film 'Cinta Pertama' adalah Revo Fidelano, teman masa kecilnya yang sudah lama hilang.
Azizi merasakan perasaan aneh dalam hatinya saat melihat Revo lagi setelah sekian lama berpisah. Dia merasakan campuran antara senang, kaget, gugup, dan bingung.
Azizi menatap wajah Revo yang masih sama tampannya seperti dulu. Dia melihat senyum manis dan mata indah Revo yang selalu membuat hatinya berdebar-debar. Dia melihat tangan Revo yang masih hangat dan lembut saat menyentuh tangannya untuk pertama kalinya.
Azizi menyadari bahwa dia masih memiliki perasaan pada Revo. Perasaan yang sudah tertanam sejak mereka masih kecil. Perasaan yang tidak pernah hilang meskipun mereka berpisah jauh.
Azizi tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Revo yang memanggil namanya.
"Shafa? Apa kamu baik-baik saja? Kamu terlihat pucat." tanya Revo dengan suara khawatir.
Azizi menggeleng dan mencoba tersenyum. Dia berusaha menenangkan dirinya dan menyembunyikan perasaannya.
"Aku baik-baik saja, Revo. Aku hanya kaget saja." jawab Azizi dengan suara pelan.
Revo mengerti bahwa Azizi pasti kaget dengan kehadirannya. Dia juga merasa bersalah karena tidak memberitahu Azizi sejak awal bahwa dia adalah teman masa kecilnya. Dia ingin menjelaskan semuanya kepada Azizi dan mengungkapkan perasaannya setelah sekian lama berpisah.
Revo duduk di samping Azizi di bangku taman itu. Dia memegang tangan Azizi dengan lembut dan menatap matanya dengan penuh cinta.
"Shafa, aku minta maaf karena tidak memberitahu kamu sejak awal bahwa aku adalah Revo Fidelano, teman masa kecilmu yang sudah lama hilang. Aku punya alasan kenapa aku melakukan ini." ucap Revo dengan suara serius.
Azizi menatap mata Revo dengan penuh rasa ingin tahu. Dia ingin mendengar alasan Revo kenapa dia melakukan ini.
"Alasan apa?" tanya Azizi dengan suara lembut.
Revo menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan keberaniannya. Dia ingin mengungkapkan semuanya kepada Azizi dan berharap Azizi bisa menerimanya.
"Alasan aku adalah karena aku mencintaimu, Shafa. Aku sudah mencintaimu sejak kita masih kecil. Aku tidak pernah berani mengatakan perasaanku padamu karena aku takut kamu akan menolakku atau menganggapku aneh. Aku hanya bisa menyimpan rasa cintaku dalam hati dan berharap suatu hari nanti kita bisa bersama." ucap Revo dengan suara tegas.
Azizi terkejut mendengar pengakuan Revo. Dia tidak menyangka bahwa Revo memiliki perasaan yang sama dengannya. Dia merasa bahagia dan haru mendengar kata-kata Revo yang penuh dengan cinta.
"Aku membuat film 'Cinta Pertama' ini untuk menceritakan kisah cinta kita yang tak terlupakan. Aku ingin membuat film ini sebagai hadiah untukmu dan sebagai cara untuk mengungkapkan perasaanku padamu. Aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu mencintaimu dan tidak pernah melupakanmu." lanjut Revo dengan suara lirih.
Azizi terharu serta meneteskan air matanya mendengar penjelasan Revo. Dia merasa tersentuh dengan niat baik Revo yang membuat film ini untuknya. Dia merasa beruntung memiliki Revo sebagai teman masa kecilnya yang sudah lama hilang.
"Aku juga mencintaimu, Revo. Aku juga sudah mencintaimu sejak kita masih kecil. Aku juga tidak pernah berani mengatakan perasaanku padamu karena aku takut kamu akan menjauhiku atau melupakanku. Aku juga hanya bisa menyimpan rasa cintaku dalam hati dan berharap suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi." balas Azizi dengan suara terisak.
Revo tersenyum dan menghapus air mata Azizi dengan jari-jarinya. Dia merasa lega dan bahagia karena Azizi juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Dia merasa bahwa mimpi-mimpinya akhirnya menjadi kenyataan.
"Aku senang sekali mendengar itu, Shafa. Aku tidak akan pernah menjauhimu atau melupakanmu lagi. Aku akan selalu mencintaimu dan menjagamu. Aku ingin kamu menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku." ucap Revo dengan suara penuh harap.
Azizi tersipu dan mengangguk. Dia merasa bahwa Revo adalah jodohnya yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Dia ingin menjadi istri Revo dan ibu dari anak-anaknya.
"Aku mau menjadi istri dan ibumu, Revo. Aku ingin bersamamu selamanya." ucap Azizi dengan suara penuh cinta.
Revo memeluk Azizi erat-erat dan mencium keningnya dengan lembut. Dia merasa bahwa Azizi adalah anugerah terbesar dalam hidupnya. Dia ingin bersama Azizi selamanya.
"Aku cinta kamu, Shafa." ucap Revo dengan suara mesra.
"Aku juga cinta kamu, Revo." balas Azizi dengan suara manja.
Mereka berdua tersenyum dan berciuman dengan penuh kasih sayang. Mereka tidak peduli dengan orang-orang di sekitar mereka yang melihat mereka dengan heran atau iri. Mereka hanya peduli dengan satu sama lain.
Mereka berdua adalah pasangan yang sangat cocok dan bahagia. Mereka berdua adalah cinta pertama yang tak terlupakan.
*

Beberapa bulan kemudian, film 'Cinta Pertama' dirilis di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Film ini mendapat sambutan yang sangat baik dari penonton dan kritikus film. Film ini dianggap sebagai salah satu film drama romantis terbaik yang pernah dibuat di Indonesia.
Film ini juga menjadi titik balik dalam karir Azizi sebagai aktor. Azizi mendapat banyak pujian atas aktingnya yang natural dan menyentuh hati penonton. Azizi juga mendapat banyak tawaran untuk bermain film atau iklan dengan mengatasnamakan dirinya sebagai Azizi Shafa Asadel, bukan lagi sebagai anak Pak Asadel.
Azizi merasa puas dan bangga dengan pencapaiannya. Dia merasa bahwa dia sudah membuktikan bahwa dia bisa menjadi aktor yang hebat serta dia sudah dihargai sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai bayang-bayang ayahnya.
Azizi juga merasa bahagia karena dia sudah menikah dengan Revo Fidelano, produser sekaligus aktor dalam film 'Cinta Pertama'. Mereka menikah dengan cara Islami sesuai dengan keinginan mereka berdua. Mereka juga sudah memiliki seorang anak laki-laki yang lucu dan sehat.
Azizi merasa bahwa dia adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini. Dia memiliki suami yang mencintainya dan anak yang menyayanginya. Dia memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia.
Azizi juga masih berteman baik dengan ayahnya, Pak Asadel, yang sudah menerima hubungan dan pernikahan mereka berdua. Pak Asadel merasa senang melihat putrinya bahagia bersama suaminya. Pak Asadel juga merasa bangga melihat putrinya sukses menjadi aktor yang hebat.
Azizi selalu bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Dia selalu berdoa agar Tuhan selalu melindungi keluarganya dari segala marabahaya dan godaan dunia.
Azizi selalu mengingat bahwa semua ini berawal dari cinta pertamanya kepada Revo Fidelano, teman masa kecilmu yang sudah lama hilang.
Cinta pertama yang tak terlupakan.
***