Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1
Putri Yuki...
Siapa di sana ?
Putri Yuki...
Putri Magitha ?
Yuki mendengar suara Putri Magitha memanggil namanya. Suaranya berasal dari kegelapan di depannya. Yuki memandang ke sekeliling dengan wajah kebinggungan.
Di mana Dia sekarang berada ?.
Yuki melangkah memasuki kegelapan yang tidak berujung. Mencari keberadaan Putri Magitha dengan perasaan cemas. Yuki tidak mungkin salah mendengar, suara itu benar milik Putri Magitha. Adik kandung Pangeran Sera.
"Putri Magitha" teriak Yuki memanggil, Ketika Yuki merasa Dia sudah terlalu jauh berjalan. Namun tidak juga menemukan keberadaan Putri Magitha.
"Putri Yuki ?"
Yuki merasakan detak jantungnya semakin cepat. Apakah itu suara Putri Magitha? Dalam kegelapan yang pekat, dia merasa seolah sedang dikelilingi oleh bayangan-bayangan yang tak terlihat, menanti untuk mengungkapkan rahasia yang terpendam.
“Siapa di sana?” Yuki bertanya, suaranya bergema di antara dinding kegelapan yang tidak berujung. Kebingungan dan rasa takut menyergapnya. Dia merasakan sesuatu yang aneh—sebuah tarikan, seolah suara itu memanggilnya lebih dalam lagi ke dalam kegelapan.
“Putri Yuki… Aku butuh bantuanmu,” suara itu berkata, penuh dengan kesedihan dan harapan. Yuki merasakan ada sesuatu yang mendesak di balik kata-kata tersebut. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah lebih jauh, hatinya bergejolak antara rasa takut dan rasa ingin tahu.
Dia ingat betul saat-saat bersama Putri Magitha—kebersamaan mereka di taman kerajaan, tawa yang mereka bagi, dan kehangatan yang selalu ada di antara mereka. Kini, di tengah kegelapan yang melingkupi dirinya, Yuki merasa seolah terjebak dalam hal buruk yang tak ada ujungnya.
“Putri Magitha, di mana kau?” teriaknya lagi, suaranya menggaung dalam kegelapan. “Aku di sini! Tolong, tunjukkan dirimu!”
Namun, jawaban yang diterima hanyalah keheningan. Yuki menggerakkan langkahnya, berusaha menemukan arah, berharap bisa menemukan cahaya yang bisa membimbingnya. Dia terus berjalan, berusaha memecah keheningan yang menyesakkan.
“Putri Magitha…!!”
“Aku disini”
Yuki berbalik dengan cepat ketika suara Putri Magitha kembali terdengar di belakangnya. Dia terkejut ketika mendapati sebuah ruangan di belakangnya, yang muncul entah dari mana. Sebuah kamar dengan dinding terbuat dari batu kehitaman, yang menonjolkan nuansa suram abadi. Tidak ada kehidupan yang baik dalam ruangan itu. Sebuah pasak menancap di dalam dinding, tersambung dengan rantai baja yang kemudian berakhir pada belenggu yang melingkari pergelangan kaki kiri Putri Magitha di ujungnya.
Putri Magitha duduk di atas tempat tidur sederhana yang terbuat dari kayu. Dia jauh lebih kurus daripada sosoknya yang ada dalam ingatan Yuki. Tidak tampak segar, seperti bunga yang mekar merona. Kini, dia layu dan hampa. Wajahnya yang dulu bersinar ceria kini dipenuhi garis-garis kesedihan dan keputusasaan.
Yang lebih mengejutkan Yuki, di pangkuan Putri Magitha, Ratu Isodele tertidur dengan napas kepayahan. Jelas, dia tampak sedang sakit dan membutuhkan pertolongan. Memandang ibunya yang lemah, mata Putri Magitha berkaca-kaca, seolah menahan semua beban yang ditanggungnya seorang diri.
“Putri Magitha!” Yuki berteriak, hatinya tergerak oleh pemandangan di depan matanya.
Yuki memperhatikan sekelilingnya dengan lebih jelas, dan menyadari mereka tidak berada di salah satu ruangan yang ada di Istana Raja Jafar maupun Istana Pangeran Sera. Dia hanya tahu, saat ini mereka berada di dalam sebuah ruangan yang terletak di atas menara yang cukup tinggi. Ada sebuah jendela kecil yang dipasangi jeruji besi sebagai satu-satunya sumber cahaya di dalam ruangan. Dari jendela tersebut, Yuki menangkap jelas pemandangan di sebuah kolam ikan yang cukup luas, di tengah kolam ada patung seorang wanita sedang menuang air dari dalam belangganya.
“Apa yang terjadi? Ada apa dengan kalian, Putri?” tanya Yuki masih dilanda kebingungan.
“Tolong kami, Putri Yuki,” pinta Putri Magitha dengan suara serak. Ada lingkar hitam di bawah matanya. “Raja Trandem dari Rasyamsah menawan kami di tengah jalan, ketika kami dalam perjalanan kembali ke istana Raja seusai melakukan terapi obat untuk Ibu di kampung halamannya. Dia ingin menjadikanku sebagai salah satu selir yang menghasilkan keturunan untuknya sekaligus menggunakan kami untuk bisa mengambil keuntungan dari Argueda.”
“Apa?” kata Yuki terkejut, merasa seolah dunia di sekitarnya bergetar. “Selir? Bagaimana bisa dia melakukan ini? Kita harus segera mencari jalan keluar!”
“Kami di tawan di dalam istananya, di Menara Barat,” lanjut Putri Magitha, suaranya semakin lemah. “Aku khawatir kesehatan Ibu semakin menurun jika tidak memperoleh pengobatan yang layak. Tolong kami, Putri Yuki.”
Kegelapan perlahan kembali merayap mendekat dengan cepat, memudarkan cahaya temaram di sekitar Putri Magitha dan Ratu Isodele. Yuki merasakan kepanikan menghimpit hatinya.
“Tidak, aku tidak akan membiarkan ini terjadi. Kita harus menemukan cara untuk melarikan diri,” ujar Yuki dengan tegas, meskipun suaranya bergetar.
Dia mendekat ke jendela, berusaha mencari jalan keluar. Jeruji besi itu tampak kokoh. Kegelapan semakin menguasai sekitar.
“Putri Magitha…” Yuki maju dengan panik dan mencoba meraih Putri Magitha untuk menyelamatkannya dari kegelapan. Namun, dia hanya mampu meraih bayangan. Dia tidak dapat menyentuh Putri Magitha. Tubuhnya seperti hologram, tembus jika disentuh.
“Tolonglah kami, Putri… Aku mohon… sebelum terlambat!” suara Putri Magitha semakin serak, terperangkap di antara harapan dan keputusasaan.
“Putri Magitha…” Yuki berusaha menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya, hatinya bergetar mendengar permohonan yang penuh penderitaan itu.
Kegelapan mulai menelan sosok Putri Magitha. Melenyapkannya dari hadapan Yuki, seperti asap yang menguap tanpa jejak. Yuki merasa jiwanya terhimpit oleh kepanikan yang mendalam.
“Putri Magitha…” teriak Yuki nyaring memanggil Putri Magitha lagi dengan panik, berusaha meraih apapun yang tersisa dari sosok yang sangat berarti baginya. Namun, semuanya sia-sia. Suara Putri Magitha semakin samar, teredam oleh kegelapan yang semakin mendalam.
...****************...
Seseorang menggoyangkan tubuh Yuki dengan kencang.
Yuki langsung meloncat dan terbangun dengan kaget. Dia mengerjap sesaat, dan pikirannya masih kosong, berusaha mengingat di mana dia berada.
Ketika sadar, Yuki terkejut melihat seluruh teman di kelasnya sedang memandang ke arahnya. Di dekatnya, guru olahraga sudah berdiri, memegang bahu Yuki. Rupanya, dia tertidur di sudut ruang olahraga dengan posisi meringkuk menggunakan kedua lututnya.
Sontak, gelak tawa terdengar membahana di seluruh gedung olahraga. Wajah Yuki langsung merah padam menahan malu, seolah semua perhatian tertuju padanya.
“Kau ini!” seru guru olahraga bernama Bapak Jacklin, sambil memukul kepala Yuki dengan kumpulan kertas yang digulung. Yuki meringis sembari memegangi kepalanya. Tidak sakit, tapi malunya itu luar biasa.
“Kami pikir kamu sedang berlatih tidur siang!” salah satu teman sekelasnya berkomentar, membuat tawa mereka semakin keras.
Raymond, mantan pacar Yuki sewaktu SMP, menggelengkan kepala sembari memandang Yuki dari seberang. Tatapannya mengandung campuran geli dan kasihan, membuat Yuki merasa semakin ingin menghilang ke dalam lubang.
“Siapa Putri Magitha? Apa itu peran yang sedang kau mainkan dalam film terbarumu?” tanya Pak Jacklin, semakin membuat Yuki merasa malu. “Kau begitu menjiwai peranmu sampai mengigau begitu keras dalam tidurmu.”
Tawa kembali terdengar riuh rendah, menambah rasa canggung yang menggelayuti Yuki. Betapa malunya dia; tertidur di saat Pak Jacklin sedang memberikan arahan mengenai olahraga voli. Dia merutuki dirinya sendiri, berusaha menahan air mata dari rasa malu yang menjalar.
“Ma… Maafkan saya, Pak,” kata Yuki menyesal, suaranya nyaris tak terdengar di tengah kebisingan tawa teman-temannya.
“Sudahlah, sebagai hukuman, kau pergi ke gudang olahraga dan ambilkan keranjang bola yang tertinggal di sana,” perintah Pak Jacklin, sambil melambaikan tangan untuk mengusirnya.
Yuki langsung berdiri dengan patuh, menyadari tidak ada pilihan lain. Dengan cepat, dia berlari menuju gudang olahraga yang terletak di lantai bawah gedung. Langkahnya terburu-buru, mencoba mengabaikan bisikan tawa yang masih membuntutinya.
Hey, Yuki!” Yuki langsung berbalik ketika dia baru saja membuka pintu untuk keluar. Pak Jacklin kembali meneriakinya cukup keras. “Cepat kembali dan jangan sampai ketiduran di dalam gudang ya!”
Tawa kembali berkumandang di belakangnya. Wajah Yuki merah padam menahan malu. Dia membungkukkan badan, menjawab perintah Pak Jacklin, lalu berlari keluar untuk mengambil keranjang bola yang dimaksud.
Yuki Orrie Olwrendho. Gadis cantik yang baru saja menginjak usia delapan belas tahun. Dia dikenal sebagai gadis yang aktif dan periang. Sekarang, dia dan teman-temannya telah menyelesaikan ujian kelulusan SMU, tinggal menunggu hasilnya. Yuki merasa bangga karena berhasil lolos di salah satu perguruan tinggi negeri di Ibukota dengan jurusan kedokteran Umum. Prestasi ini bukanlah hal yang mudah dicapai, terutama di tengah kesibukannya sebagai model dan penyanyi. Yuki harus bekerja keras sembari belajar dengan giat, membagi waktunya dengan disiplin tinggi.
Ketika Yuki kembali ke ruang olahraga dengan keranjang bola di tangannya, suasana di dalam kelas sudah lebih tenang. Dia berusaha untuk tersenyum, meski rasa malunya masih tersisa. Dia mengedarkan pandangan ke arah teman-temannya, yang kini duduk rapi dan bersiap untuk pelajaran berikutnya.
“Yuki, ada apa dengan mimpimu tadi?” tanya Sarah, sahabatnya, dengan nada bercanda. “Aku kira kau sedang berlatih untuk peran drama atau sesuatu.”
Yuki hanya tertawa kecil, meskipun dia merasa gelisah saat mengingat mimpi anehnya tentang Putri Magitha. “Ah, itu hanya mimpi biasa. Aku terlalu lelah, mungkin.”
...****************...
Hay…Hay
Sebelumnya biar paham alur ceritanya
Bisa baca dulu
Morning Dew Series 1 dan Morning Dew Series 2 “Wind Direction” digabung kok dalam satu buku
Mohon untuk memberi like dan dukungan baik di bulu pertama dan kedua ini ya 🥹🥹🥹
Jangan lupa komen dan kritik
Maaf klo masih banyak kekurangan maklum namanya masih belajar hahahaha
Like anda adalah biaya kuliahku 🐡🐡
Makasih ❤️❤️🥹
ok deh lanjut