Pada suatu masa dunia game menjadi rumah kedua bagi semua orang. Game bernama Another Life telah mengubah tatanan dunia menjadi di ambang kehancuran. Bidang perekonomian mengalami dampak terburuk. Banyak pabrik mengalami gulung tikar hingga membuat sembilan puluh persen produksi berbagai macam komoditas dunia berhenti.
Namun dibalik efek negatif tersebut, muncul banyak keluarga besar yang menjadi pondasi baru di tengah terpuruknya kehidupan. Mereka mengambil alih pabrik-pabrik dan memaksa roda perekonomian untuk kembali berputar.
Alex yang menjadi salah satu keturunan dari keluarga tersebut berniat untuk tidak mengikuti sepak terjang keluarganya yang telah banyak berperan penting dalam kehidupan di dunia Another Life. Alex ingin lepas dari nama besar keluarganya demi menikmati game dengan penuh kebebasan.
Namun kenyataan tidak seindah harapan. Kebebasan yang didambakan Alex ternyata membawa dirinya pada sebuah tanggung jawab besar yang dapat menentukan nasib seluruh isi planet.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putra Utra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memasuki Permainan
Deng! Deng! Deng!
Dentang jam mengalun merdu di tengah kesunyian malam. Suaranya menggema dengan penuh keagungan, memantul di dinding-dinding rumah tanpa ada protes. Di tengah malam berselimut senyap, Alex berdiri mematung di depan ranjang. Tatapannya hinggap pada koper hitam di atas tempat melepas lelahnya itu.
Sudah tiga puluh menit berlalu, Alex masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Dia masih ragu apakah akan mulai memainkan game Another Life sekarang atau esok. Sudah satu minggu berlalu sejak Alex mendaftar. Namun sampai detik ini remaja tampan itu belum bisa memutuskan apakah akan bermain untuk diri sendiri atau mengikuti jejak keluarganya. Dua pilihan yang tentu saja akan menentukan masa depan Alex.
Tululut! Tululut! Tululut!
Dering ponsel meraung lantang. Seketika membuyarkan pikiran penuh pertimbangan Alex. Dengan sekali tolehan, Alex menatap tajam alat komunikasi miliknya di sudut ranjang. Lalu menyambarnya dan membuka pesan yang baru saja diterima.
"Hai bro! Apa kau sudah memainkan Another Life? Jika belum, sebaiknya segera memainkannya jika tidak ingin tertinggal dariku. Oh iya! Sekarang aku anggota guild High Mountain. Hebat bukan? Ayo cepat main! Jika mau, aku bisa memasukkanmu ke dalam guild. Tenang saja! Aku tahu pintu belakangnya."
"High Mountain? Bagaimana dia bisa bergabung dengan guild peringkat satu di asia dan peringkat delapan di dunia itu? Sangat mencurigakan. Tapi, sudahlah! Sepertinya bocah botak itu memang mengetahui jalur khususnya." komentar Alex. Kemudian melempar ponselnya ke ranjang. "Baiklah! Karena bocah songong itu sudah menyombongkan diri, tentu saja aku tidak bisa tinggal diam." Alex tersenyum lebar.
Tanpa ada keraguan lagi, Alex membuka koper di hadapannya. Satu set pakaian terlipat rapi di tengah koper. Di sisi kiri dan kanannya bertengger sepasang sarung tangan dan sepatu. Sedangkan di bagian atasnya teronggok sebuah plat besi. Semua perlengkapan tersebut berwarna putih.
"Jadi aku harus mengenakan semua ini? Benar-benar game merepotkan."
Dengan hati-hati Alex mengenakan perlengkapan game miliknya satu persatu. Satu set pakaian yang terdiri dari baju lengan panjang dan celana panjang menutup tubuh Alex dengan sempurna. Bahan elastisnya membuat pakaian yang cukup tipis itu mampu menjangkau ke setiap lekuk tubuh. Hal sama juga terjadi pada sarung tangan dan sepatu. Sedangkan plat besi ditempel di dahi.
"Sekarang aku jadi seperti orang mesum." Alex mengamati bayangan dirinya di cermin. Seandainya seluruh perlengkapan game miliknya berwarna kulit, Alex akan terlihat seolah telanjang bulat. Setiap bagian tubuhnya terlihat dengan sempurna. Otot-ototnya menonjol. Begitu juga dengan senjata ajaib miliknya. "Setelah itu hanya tinggal… GAME START. " lanjut Alex mengucap kata kunci memasuki permainan.
Garis-garis cahaya seketika muncul di seluruh perlengkapan game. Tergurat layaknya torehan pena seorang pelukis. Menyebar cepat ke segela arah. Sedetik kemudian tubuh Alex terangkat perlahan ke udara.
"Wow! Sangat menarik." Alex berusaha menjaga keseimbangan. Tangannya terentang. Tubuhnya kini melayang di antara lantai dan langit-langit. "Setelah ini seharusnya aku akan diteleportasi ke gedung server."
Cahaya semakin berpendar terang. Menyilaukan mata dan membekap seluruh sudut kamar, membasuh bayangan dan melenyapkan kegelapan. Sedetik kemudian Alex menghilang ditelan ketiadaan. Begitu juga dengan cahaya yang sempat menjadi raja di ruangan seluas sembilan meter persegi itu.
-----@@-----
"Selamat datang pejuang!" Suara campuran antara laki-laki dan perempuan berkumandang. Tidak kencang dan berdengung di kepala.
Mendengar dengan jelas, Alex membuka matanya perlahan setelah sempat terpejam saat proses teleportasi. "Dimana ini?" celetuk Alex. Pandangannya langsung disambut kegelapan. Tubuh Alex masih melayang di udara. "Apa ini di gedung server?"
"Bersiap memindai!" suara misterius kembali mengalun. Mengacuhkan pertanyaan Alex.
Dari kegelapan, lima holahop raksasa melayang mendekat. Berdesis nyaring dan berdengung saat membelah udara. Secara sistematis kelima lingkaran berwarna putih itu menjadikan Alex sebagai porosnya. Tulisan aneh terukir di setiap bagian batang melengkung benda berbahan metal itu, memendarkan cahaya kebiruan.
"Pemindaian dimulai!"
Dengan perlahan dan serentak, kelima holahop berputar mengelilingi Alex yang menjadi porosnya, bergerak acak dan semakin cepat hingga membuatnya terlihat seperti pelindung transparan di sekeliling Alex.
"Nama Alexycander Golduenarmour. Laki-laki. Usia tujuh belas tahun."
Ting!
"Berhasil mengenali Identitas. Mempersiapkan sistem! Anatomi tubuh berhasil dibuat! Sinkronisasi gelombang otak selesai! Individu berhasil diciptakan!"
Ting!
"Persiapan selesai! Silahkan memilih tempat kebangkitan awal!"
Hologram peta tiba-tiba muncul di hadapan Alex. Tiga wilayah terukir dengan sangat detail, mengambang di udara dan terlihat sangat nyata.
"Tempat kebangkitan? Narasi macam apa itu? Benar-benar aneh. Tapi, ya sudahlah! Permainan tetaplah permainan. Seaneh apapun itu ini hanya permainan." komentar Alex. "Jadi sebaiknya aku memilih yang mana?"
Alex mengamati hologram di hadapannya dengan seksama. Peta di kiri memperlihatkan beberapa gunung, aliran sungai dan sedikit hutan. Peta di tengah merupakan perpaduan antara hutan dan daratan luas. Sedangkan peta di kanan didominasi rawa, perbukitan batu dan danau.
"Gekel! Anau! Tenal!" Alex membaca tulisan di atas setiap peta. "Jadi itu nama wilayahnya? Oke. Karena aku tidak suka aneh-aneh, aku akan memulainya dari Anau."
Ting!
"Pilihan telah ditentukan! Anda akan diteleportasi ke titik kebangkitan awal, Anau!"
Peta hologram tiba-tiba pecah menjadi butiran cahaya hijau. Sesaat beterbangan di sekitar Alex sebelum akhirnya lenyap tertelan kelam. Sedangkan kelima holahop berputar semakin cepat. Desisan dan dengungannya semakin memekakan telinga. Lalu dalam sekejap mata keberadaan Alex lenyap untuk kedua kalinya, meninggalkan kegelapan bersama kehampaan.
-----@@-----
Alex mengerjapkan mata. Pandangannya perlahan kembali normal. Begitu juga dengan pendengaran Alex. Riuh celoteh menggetarkan gendang telinga laki-laki bertubuh atletis itu. Diikuti gelak tawa, teriakan dan berbagai macam percakapan.
"Wow! Apa ini di dalam gim?" Alex sulit mempercayai pemandangan di hadapannya. Apa yang tertangkap matanya terlihat sangat nyata. "Benar-benar di luar nalar. Pantas jika tidak ada yang memprotes kebijakan pemerintah dunia mengenai permainan ini."
Sesaat Alex memindai sekitar. Alex berdiri di dekat sebuah pohon raksasa. Batang pohon tersebut sangat besar, berdiameter puluhan meter. Sedangkan dahan dan rantingnya tumbuh dengan sempurna ke segala penjuru mata angin, menjadi topangan bagi daun berwarna pelangi yang tak terhitung jumlahnya.
"Berapa tingginya, ya?" Alex mendongakkan kepala, mencoba menemukan puncak pohon. "Pasti mencapai ratusan meter. Benar-benar pohon yang besar. STATUS!" Alex memfokuskan pandangan ke pohon raksasa.
Ting!
[Pohon Ibu:
Tempat kebangkitan. Siapa saja yang kehilangan nyawa akan dibangkitkan di sini.]
"Tempat yang selalu ada di setiap game." Alex tersenyum lebar.
Ratusan lapak dagangan berdiri di sekeliling Pohon Ibu. Mereka berjajar rapi, membentuk pola lingkaran dengan radius seratus meter dari pohon berdaun pelangi itu. Berbagai macam barang di dagangkan. Mulai dari bahan makanan, perlengkapan pemain, obat-obatan hingga bagian tubuh monster ada di sana.
Sebagai titik awal permainan, tempat ini sangat ramai. Didominasi pemain baru. Namun tidak sedikit pula pemain veteran berkeliaran di sini untuk menjual hasil petualangan atau mencari bibit baru untuk diajak bergabung ke dalam kelompok atau guild mereka. Sebuah kombinasi yang sangat wajar di dalam sebuah game.
Di belakang barisan lapak dagangan, rumah-rumah berbahan kayu berdiri kokoh. Tempat bernaung bagi semua orang itu juga membentuk pola lingkaran dengan Pohon Ibu sebagai pusatnya. Kebanyakan hanya berlantai satu, namun ada juga yang memiliki dua hingga tiga lantai.
Walau terlihat sangat nyata di segala aspek, ada satu hal yang membuat dunia ini terasa hanya sebuah permainan, yaitu tanamannya. Semua tanaman di dunia ini jauh lebih berwarna. Tidak hanya bunga, baik batang, dahan, cabang, dan daunnya memiliki warna beragam.
Perhatian Alex seketika beralih pada setitik cahaya putih yang tiba-tiba muncul di dekatnya. Perlahan cahaya tersebut membesar dan semakin menyilaukan. Lalu sedetik kemudian sesosok pemain muncul di sana.
"Pemain baru?" celetuk Alex penasaran.
Pemain berjenis kelamin perempuan itu berpakaian sama seperti Alex. Lekuk tubuhnya terlihat jelas. Kagum, takjub sekaligus bingung tergambar di wajah eropanya sebelum akhirnya senyum lebar merekah lebar di bibirnya. Tak berselang lama cahaya-cahaya lain juga muncul dari ketiadaan, diikuti pemain-pemain baru dengan jumlah yang sama banyaknya. Ekspresi di wajah mereka yang berasal dari berbagai suku di seantero dunia tidak jauh berbeda dengan pemain sebelumnya.
Senyuman merekah sangat lebar di bibir Alex. Guratan-guratan antusias tertoreh jelas di sekitar matanya. "Saatnya menikmati permainan!"
support ceritaku juga ya....
Imajinasi dunia game yang berbeda dari novel sejenis.
Mantap.