Cerita Dewasa!!!
***
Elkan, duduk bersilang kaki sambil bersedekap tangan. Matanya yang tajam menyoroti tubuh Alsa dari atas sampai ke bawah.
"Aku sangat puas dengan pelayanan yang kau berikan, maka dari itu, tinggallah di sini dan menjadi simpanan ku. Jangan risau, aku akan membayarmu berapa pun yang kau mau." Ujar Elkan penuh keangkuhan.
"Jangan harap! Aku tak sudi lagi berurusan dengan b*jing*n sepertimu. Cukup bayar saja yang semalam, setelah itu jangan lagi berhubungan denganku, anggap saja kita tak pernah saling mengenal."
"Hahaha!."
Elkan, suara tawa Elkan terdengar menggelegar. "Tak sudi berhubungan dengan orang sepertiku?." Tanyanya memastikan.
"Ingat, di kandungan-mu ada benihku, anakku! Mana mungkin kau tak akan berurusan lagi denganku?."
***
Jangan lupa ikuti akun:
Instragram:OH HA LU
Tiktok:OH HA LU
FB: OH HA LU
♥️♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MY. OH HA LU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Pemuas Nafsu
Jam kerja telah usia. Alsa mengemasi semua perlengkapan kerjanya. Tepat setelah selesai beberes, Alsa melihat Drepa yang keluar dari ruangan kerjanya.
"Aku harus meminta kepastian padanya." Gumam Alsa, seraya mengikuti langkah Drepa dari belakang.
Alsa ingin berbicara empat mata dengan laki-laki itu supaya hubungannya jelas, tidak di gantung seperti ini terus.
"Drepa!."
Drepa yang hendak masuk ke dalam mobil, jadi terhenti kala mendengar panggilan dari Alsa.
"Kenapa kamu seperti sedang menghindari aku? Aku salah apa kepadamu, Dre?." Cecar Alsa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Drepa menghela napas panjang, lalu kemudian menghadap Alsa yang berdiri di belakangnya.
"Maaf, Sa. Selama ini aku telah menyakiti perasaanmu dengan semua sikapku."
"Itu kamu tahu kalo salah, tapi kenapa masih begitu?."
"Sekali lagi aku minta maaf."
"Jangan terus meminta maaf, Dre! Aku butuh kepastian mu?." Teriak Alsa marah.
Untung saja parkiran sore ini sedang sepi, jadi tidak ada yang melihat pertengkaran mereka.
"Aku tidak bisa memberikan mu kepastian, karena mulai saat ini aku akan..
"Apa maksudmu?."
Ketahuilah, mata Alsa sudah berderai air mata. Hatinya sangat terluka. Meskipun Drepa belum mengutarakan kemauannya, tetapi dia sudah dapat menebaknya.
"Maaf, Sa. Aku akan mengakhiri hubungan kita."
Alsa menggeleng pelan. Penyataan Drepa sungguh sangat menyakitkan.
"Semoga kamu bisa menemukan jodoh yang lebih baik dariku, Sa. Sekali lagi aku minta maaf karena telah mempermainkan hatimu."
Drepa begitu sangat menyesalkan semua perbuatannya kepada Alsa. Karena sakit hati atas cintanya kepada Hani yang tak kunjung terbalaskan, Drepa sampai harus mencari pelarian, yaitu dengan cara menjalin hubungan dengan Alsa.
"Enggak! Kamu enggak boleh ninggalin aku, Dre!." Teriak Alsa tidak terima.
"Tapi aku harus melakukan itu, Sa. Sebagai gantinya permintaan maafku, kamu bisa meminta apa saja dariku."
"Kamu pikir semuanya bisa di beli dengan uang? Kamu pikir kebahagian bisa di nilai dengan uang? Tidak!."
Drepa mengusap wajahnya prustasi. Akibat dari perbuatannya itu dia sampai harus menghadapi permasalahan yang rumit.
"Sekali lagi aku minta maaf padamu."
Setelah mengatakan itu, Drepa lekas memasuki mobilnya dan kemudian pergi meninggalkan Alsa dalam keputusasaan.
"Aagggrrrgggg.. Drepa si*l*n!."
"Hiks.."
Alsa jatuh bersimpuh di atas lantai. Wanita itu menangis meratapi nasib. Kurang apa dia pada Drepa? sehingga laki-laki itu dengan kejamnya mencampakkan dirinya begitu saja?.
.
.
.
Ting! Tong!
Alsa sama sekali tidak menghiraukan pintu apartemennya yang berbunyi. Wanita yang sedang bersedih itu masih setia dalam posisinya tanpa bergerak sedikit pun.
Karena sudah hafal sandi pintu apartemen Alsa, orang yang tadi memencet pintu apartemen itu pun bisa masuk ke dalam dengan mudahnya.
Orang itu adalah Meldi, wanita yang kemarin malam menemani Alsa minum-minum di Bar.
"Bagaimana keadaan-mu, Sa?." Tanya Meldi khawatir.
"Seperti yang kamu lihat! Kabar ku sangat tidak baik-baik saja." Jawab Alsa tanpa menoleh sedikit pun ke arah Meldi. Pandangan Alsa masih fokus ke arah jendela apartemen yang kordennya terbuka lebar.
Melihat raut kesedihan dari Alsa membuat Meldi merasa bersalah.
"Aku ke sini ingin mengembalikan dompet dan ponselmu, Sa."
Meldi meletakan dua benda milik Alsa itu di atas meja kaca yang ada di depan Alsa duduk.
"Apakah semalam kamu baik-baik saja?." Tanya Meldi ragu-ragu.
Mendengar pertanyaan itu, Alsa segera menoleh ke arah Meldi. "Semalam?."
"I-iya, semalam."
Alsa tersenyum kecut. "Aku tidak ingat apapun tentang semalam, tapi yang jelas ketika terbangun aku sudah berada di sebuah kamar hotel."
Deg!
Meldi sangat shock. Hotel? Jadi semalam laki-laki yang dia mintai tolong membawa Alsa ke dalam hotel?.
"Kenapa kamu seperti kaget begitu, Mel?." Tanya Alsa dengan tatapan datar.
"T-tapi kamu tidak apa-apa 'kan?." Tanya Meldi balik.
"Hahaha!!!." Alsa tertawa penuh luka.
"Untuk apa kamu masih peduli padaku? Bukankah kamu sendiri yang membawaku ke hotel?."
"Tidak!." Bantah Meldi.
"Aku tidak tahu kalo kamu ke hotel, Sa." Sambungnya.
"Lalu siapa kalo bukan kamu?." Tanya Alsa dingin.
"Emmbbb.. aku semalam meminta bantuan seseorang untuk membawa mu ke mobil. Karena saat itu aku sedang kebelet pipis, aku meninggalkan mu bersamanya begitu saja. Wajah dia tidak mencurigakan sama sekali, Sa, justru wajahnya nampak seperti orang baik-baik. Maka dari itu aku tidak ada pikiran buruk sedikit pun padanya. Karana aku yakin dia pasti akan membawa kamu ke dalam mobil. Tetapi setelah aku kembali dari toilet ternyata aku tidak bisa menemukan keberadaan mu." Jelas Meldi panjang lebar.
Alsa mendengarkan penyataan Meldi dengan baik. Haruskah dia menyalahkan Meldi tentang peristiwa semalam?.
"Apakah orang itu menyakitimu?." Tanya Meldi penasaran.
"Sudah ku katakan kalo aku tidak ingat apapun tentang peristiwa semalam. Namun dapat aku pastikan bahwa dia begitu sangat kurang ajar. Dia b*jing*n!." Desis Alsa penuh kebencian.
.
.
.
Di tempat lain..
Ada seorang pria yang sedang duduk di balkon sambil menikmati segelas minuman berwarna kuning kecoklatan. Matanya yang tajam mengamati kelap-kelip lampu perkotaan yang indah.
Drrtttddd... Drrtttddd...
Suara ponsel yang terus berdering tak dia hiraukan. Untuk saat ini dia sedang tak ingin di ganggu sama sekali.
"Wanita yang licik. Pandai sekali dia memanipulasi Papa ku." Desisnya penuh kebencian.
Meskipun wajah pria itu terlihat datar dan tenang, tapi dia menaruh kebencian yang mendalam kepada Ibu tirinya.
Semenjak sang Papa menikah lagi, Papanya telah berubah 180 Drajat. Papanya yang dulunya memberikan kebebasan dalam melakukan apapun, sekarang ini malah selalu mengengkang dan selalu mengatur-atur hidupnya, bahkan kisah asmaranya pun tak luput dari pantauan mereka.
Tanpa sadar tangan pria itu mencengkram erat gelas yang ada di tangannya sampai pecah, sehingga membuat pecahan gelas tersebut berhamburan di atas lantai.
Urat-urat yang ada di leher pria itu juga sampai menonjol keluar karena saking emosinya. Terpaksa dia harus menuruti semua kemauan Papanya, kalo tidak, dia tidak akan mendapatkan hak waris sama sekali.
"Mungkin saat ini aku bisa tunduk dan patuh kepada kalian sampai nanti aku benar-benar telah mendapatkan cara untuk melumpuhkan kalian." Gumamnya penuh dendam dan kebencian.
Sebenarnya pria itu bisa saja bangkit dengan jerih payahnya sendiri tanpa harus menggunakan warisan dari orang tuanya. Tetapi yang jadi masalah, semua aset kekayaan dan perusahaan yang Papanya pegang sekarang ini adalah milik mendingan Ibunya. Jadi mau tak mau dia harus menuruti semua perkataan Papanya sampai dia bisa merebut sepenuhnya aset tersebut. Dia tak rela jika harta mendiang Ibunya di nikmati oleh kedua manusia ular itu (Papa dan Ibu Tirinya).
Tok.. Tok.. Tok..
"Tuan, Ini saya, ada seorang wanita yang mencari anda." Teriak asistennya dari balik pintu kamar.
"Siapa?." Sahutnya tanpa berubah dari posisi duduknya.
"Wanita pesanan Anda."
"Bayarlah dia sesuai tarif, dan kemudian suruh dia pergi. Saat ini aku sedang tidak mood untuk bercinta."
"Baik, Tuan."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, akhirnya sang asisten pun berlalu pergi.
Huh!
Pria itu menghela napas panjang. Sebenarnya dia sudah memiliki tunangan, tapi karena tunangannya itu tak mau di ajak berhubungan ranjang, akhirnya ia mencari kepuasan dari wanita lain di luaran sana. Termasuk Alsa.