Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
Setelah masuk jalan bebas hambatan dan sampai di gerbang tol, Tania menoleh melihat ke kursi belakang,
“Ada yang mabok ?” tanya Tania.
Dia melihat Lina berbaring sambil menutup mata menggunakan lengan di atas pangkuan Jay yang mengelus rambutnya di kursi tengah. Di kuris paling belakang, Tania hanya melihat Sarah yang masih tegak dan dua lutut Rio yang terlipat,
“Ok...Rio dan Lina yang mabok,” ujar Tania kepada Alex.
“Duh gimana mau gantian nyetir coba,” balas Alex.
“Aku bisa nyetir, mau gantian ?” tanya Tania.
“Ntar aja, masih kuat, lagian ga macet, bentar lagi kita sampai,” jawab Alex.
“Semoga ga ada yang muntah,” ujar Tania.
“Nah itu, apa berhenti di rest stop dulu aja apa ?” tanya Alex.
“Mendingan sih gitu,” jawab Tania.
Akhirnya begitu ada rest stop, Alex langsung memasukkan mobilnya ke dalam dan parkir, ke enamnya turun dari mobil,
“Urk,” Rio menutup mulutnya dengan tangan.
“Muntahin aja ga apa apa,” ujar Sarah sambil mengelus ngelus punggung Rio.
“Gue ga apa apa,” balas Rio.
“Bleeeeegh,” Lina mengeluarkan semua makan pagi dan makan siangnya dari mulut, Jay mengurut lehernya agar semuanya keluar. Alex dan Tania menggelengkan kepalanya,
“Belom apa apa udah masuk angin ini mah,” ujar Alex.
“Hahaha....ya gitu deh,” balas Tania.
“Kalau nyetir pasti gue kaga mabok deh,” ujar Rio.
“Sip, gantian abis ini,” ujar Alex memberikan kuncinya.
“Ok gue duduk depan, kak Tania belakang,” balas Sarah.
“Okie dokie,” balas Tania.
“Lagian kenapa musti ngatur duduk sih, heran gue,” ujar Alex.
“Biar pasangan dong hehe,” balas Sarah.
“Lah itu, yang berdua itu ?” tanya Alex sambil menunjuk Lina dan Jay.
“Udah jadian barusan,” jawab Jay menggunakan tablet.
“Hah...baru sehari ketemu ? eh belom ada sehari ?” tanya Alex.
“Udah ngetok pintu tiap pagi,” jawab Jay menggunakan tablet.
“Astaga....auk ah, puyeng,” ujar Alex.
“Kita kan juga baru ketemu Lex,” balas Tania.
“Kita baru ketemu...lagi...inget pake lagi,” balas Alex.
“Amanat dari mba Ani,” tambah Jay menggunakan tablet.
“Tapi si Lina nya mau ga ? waktu itu protes kan,” ujar Sarah.
“Mau, ga apa apa, amanat juga, musti saling jaga......blreeeegh,” ujar Lina yang kemudian muntah lagi.
“Udah muntah dulu baru ngomong, payah lo,” sindir Sarah.
“Mau makan dulu, tapi bukannya kita baru makan ya di mall ?” tanya Rio.
“Iya masih kenyang,” jawab Tania.
“Gue mau beli kopi, lo mau Sar ?” tanya Rio.
“Mau, beliin ya,” jawab Sarah.
“Ayo Lex, beli kopi,” balas Rio.
“Lah kok malah ngajak gue,” balas Alex.
Akhirnya Rio dan Alex ke dalam sebuah mini market untuk membeli kopi kaleng dan makanan ringan. Sementara itu, Sarah dan Tania bersendar di mobil menunggu Lina yang masih belum pulih dan di jaga oleh Jay. Tiba tiba,
“Sarah ?” tanya seseorang.
Sarah menoleh ke samping, dia melihat seorang pria bertubuh tinggi tapi kurus dan berkepala botak. Pria itu memakai anting dan berwajah kurang menyenangkan, begitu melihat pria itu, Sarah langsung menoleh kembali melihat ke depan,
“Mau apa lo ? lagian ngapain lo di sini Johan ?” tanya Sarah.
“Gue kebetulan dari jakarta mau pulang, lo ngapain di sini ? sama siapa ?” tanya Johan.
“Ngapain lo nanya nanya ?” tanya Sarah.
“Lo makin cakep ya, boleh minta nomer telepon ga, kita kontak kontakan lagi kayak dulu,” ujar Johan.
“Lo asli ga tau malu ya, inget ga lo mau ngapain gue ?” tanya Sarah.
“Sorry waktu itu gue khilaf, lagian itu rencana yang laen biar gue jadian ama lo,” jawab Johan.
“Siapa dia Sar ?” tanya Tania.
“Orang gila,” jawab Sarah.
“Eh dia temen lo ya, wow lo cakep banget, boleh kenalan ?” tanya Johan menjulurkan tangannya ke arah Tania.
“Tap,” tiba tiba tangan Johan di pegang dari samping, Johan langsung menoleh dan melihat Alex yang berdiri di sebelahnya sambil tersenyum dan membawa kaleng kopi,
“Boleh, nama gua Alex, gue pacarnya dia dan gue kakak nya Sofi, lo masih berani nongol di depan gue ya ?” tanya Alex.
“A..aduh, sori bang, gue ga tau dia cewe lo, (menoleh melihat Sarah) Sar, kenapa lo ga bilang kalo dia cewe abangnya Sofi....itu siapa ?” tanya Johan yang melihat Sarah merangkul lengan Rio yang bertubuh besar dan memiliki tinggi yang sama dengan dirinya.
“Nama gue Rio, gue cowonya Sarah, lo ada masalah ?” tanya Rio langsung.
“Dia cowo gue, sori ya gue ogah tukeran nomer ama lo,” tambah Sarah.
“O..ok, sorry gue ganggu, gue cabut dulu ya,” ujar Johan.
Tapi “ngek,” Johan tidak bisa pergi karena dia tidak bisa melepaskan tangannya dari cengkraman Alex, kemudian Rio maju berdiri di depan Johan, dia menoleh ke Sarah.
“Sar, yang dulu mau coba coba ama lo dia kan ?” tanya Rio menunjuk wajah Johan.
“Iya, temen temen nya nyekep gue di gudang, oh ya mereka kemana ? bareng lo ga ? sekalian deh kalo bareng,” jawab Sarah.
“Enggak....gue udah ga kontak mereka, so..sorry, waktu itu gue khilaf bang, sumpah, gue ga ada niatan mau ngerjain cewe lo,” ujar Johan memelas dengan wajah sangat ketakutan.
“Lex kita kubur aja apa ?” tanya Rio.
“Yoi, kayaknya gue kurang kenceng waktu itu,” jawab Alex.
“So..sori, gue juga sori bang, gue ga maksud macem macem juga ama Sofi, gue pikir karena waktu itu kita pacaran jadi ga apa apa,” ujar Johan.
“Muke lo ga apa apa, biarpun pacaran tapi belom merid mana boleh sih, lo kaga mikir apa hah,” bentak Alex.
“Sori gue beneran sori bang,” ujar Johan.
“Trus lo ngapain nyamperin cewe gue, udah tahu kan dia ada di sini kaga mungkin sendirian,” ujar Rio.
“I..iya bang, gue pikir dia ama temen temennya, gue ga tau dia udah punya cowo,” ujar Johan.
“Huh sekarang mampus lo,” ujar Rio mengangkat tinjunya.
“Ampun bang...ampun...gue ga sekali lagi, tolong jangan gebukin gue, gue ga bakal nongol lagi di depan Sarah dan Sofi...gue janji....gue beneran jan....”
“Buaak,” tiba tiba sebuah tinju menghantam dagu Johan sampai Johan terpelanting dan salto sebelum menyentuh tanah dan tidak menyelesaikan teriakan nya yang belum selesai, Rio dan Alex menjadi kaget karena mereka belum berbuat apa apa, ketika melihat ke tengah, ternyata tinju Lina masih terangkat ke atas,
“Berisik, lo tau ga gue lagi mabok.....bleeeeegh,”
“Waduh kenapa disini ? kena semua woi,” teriak Alex.
“Aduh...kotor deh sepatu gue, kedalam lagi dah cuci,” tambah Rio.
“Sori dia kelepas,” ujar Jay menggunakan tablet.
Sarah dan Tania tertawa terbahak bahak sambil memegang beberapa kaleng kopi, sementara Johan terkapar terlentang di tengah jalan sampai di klakson orang dan tidak sadarkan diri.