Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 : Kemarahan dan kecemburuan
" Bagaimana keadaan sepupu mu?" Tanya Zara di saat hanya berdua dengan Dila. Dokter Bayu baru saja meninggalkan keduanya karena ada sesuatu yang harus dia lakukan.
"Alhamdulillah Ra, berkat Zayn, dia bisa selamat."
" Mas Zayn hanya perantara saja La, hidup dan mati seseorang itu di tangan Allah." Kata Zara tersenyum.
" Iya kau benar, Allah mendatangkan Zayn untuk menolong sepupu ku." Kata Dila tersenyum. Dia sangat salut dengan kerendahan hati kedua bersaudara itu.
" Syukurlah, kakakku itu masih berguna untuk orang lain."
" Maksudmu?"
" Dulu saat kami dapat beasiswa kedokteran, ku pikir dia tidak akan mengambilnya, Mas Zayn sangat cuek, bahkan terkesan tidak peduli dengan sekitarnya."
" Benarkah? Tapi ku liat dia cukup pandai bersosial." Kata Dila." Walau memang agak pendiam sih..hahahaha." Lanjutnya sembari tertawa.
Zara pun ikut tertawa.
" Selama perjalanan ke Brawijaya, aku bisa menghitung kalimat yang keluar dari mulutnya saat berbicara dengan ku. Tapi dia masih termasuk yang perhatian." Terang Dila.
Membayangkan bagaimana seorang Zayn yang semobil dengan wanita membuat Zara tersenyum geli. Selain mbak Azura, tidak ada wanita yang di akrabi Zayn. Di kampus saja, Zayn terkenal anti dengan makhluk indah ciptaan Allah itu. Mungkin karena sikapnya yang dingin, ia justru di gilai para gadis gadis.
Sementara di lantai dua bungalow, dua pria tampan sedang berhadap hadapan.
Zayn dengan tatapan membunuhnya, sementara Ezar dengan tatapan menantangnya.
" Wanita tadi, apa dia kekasih anda?" Tanya Zayn memulai interogasinya.
Ezar tidak langsung menjawab.
" Jika memang benar, tinggalkan dia."
" Bukan dia, kamu mengenalnya dengan baik, yang kau sebut ' dia ' akan menjadi konsulen mu jika kau berada di stase anak. Jadi perbaiki cara bicaramu." Tegur Ezar.
Zayn tersenyum tipis.
" Maaf kalau cara bicaraku terdengar tidak sopan, tapi saat ini aku datang menemui anda bukan sebagai calon dokter tetapi sebagai seorang kakak." Ujarnya penuh penekanan. " Aku tau, pernikahan kalian terjadi karena perjodohan, tapi jika memang anda tidak menyukai adikku, kembalikan pada kami. Masih banyak orang yang mau menyayanginya dengan tulus."
" Tapi aku tidak berniat melepasnya."
" Kenapa? Apa karena orangtuaku? Kalau itu anda tenang saja, abi dan umi bukanlah tipe orang tua yang memaksakan kehendak, kalau anaknya tidak bahagia, mereka juga tidak akan bahagia. Jadi jangan buat adikku menderita terlalu lama. Dia bukan batu, dia juga punya perasaan. Dan melihat anda berdua dengan wanita lain tepat didepan matanya, apa anda yakin dia baik baik saja?"
Ezar terdiam.
" Lepaskan wanita itu kalau anda masih ingin bersama dengan Zara. Jika tidak, dengan tangan ku sendiri aku yang akan membawa adikku pergi, dan jika itu sampai terjadi, anda tidak akan pernah bertemu dengannya lagi."
Ezar tersenyum smirk." Kau mengancam ku? Zayn..Zayn.. Kamu itu anak baru kemarin, kamu mana mengerti dengan perkara orang dewasa."
Zayn terkekeh pelan dengan raut wajah menyeramkan. " Ada istilah mengatakan, don’t judge the book by its cover. Jadi berhati hatilah dari pandanganku, karena jika masih aku temukan anda bermain api di luar sana, pernikahan anda akan selesai hari itu juga."
Zayn putar arah setelah membuat Ezar ketar ketir.
Ezar menatap punggung Zayn yang mulai menghilang dari balik dinding pembatas.
Dia yang semula tersenyum dan menganggap ancaman Zayn hanyalah lelucon belaka, kini mulai sedikit merasa khawatir.
Ezar kembali teringat dengan black card milik Zara. Kartu tanpa limit yang di berikan Zayn saat mereka masuk kuliah kedokteran. Bagi Ezar, itu sesuatu yang sedikit mustahil untuk Zayn yang seumuran dengan Zara dan bisa memiliki kartu ajaib itu.
" Apakah Zayn punya pekerjaan sampingan? Meskipun punya, apakah pekerjaannya itu sanggup memberikan kartu tanpa limit pada Zara? Ini aneh." Gumamnya. " Mungkin aku harus menyelidiki nya." Lanjut Ezar.
" Dan aku juga heran dengan Zara, kenapa sampai sekarang kartu yang ku berikan padanya belum pernah dia gunakan? Kan kartu yang di berikan Zayn sudah aku suruh kembalikan. Apa dia tidak melakukannya? Atau mungkinkah dia meminta uang pada Abi, umi atau Zayn? Mati aku kalau itu sampai terjadi." Gumamnya khawatir.
Ezar terpegun cukup lama hingga akhirnya memilih masuk ke dalam kamar. Tempat tidur single bed menerima kondisi tubuhnya yang hari ini terasa begitu lelah.
Ezar menatap langit langit, bayangan wajah Zara yang berbicara dan tersenyum manis pada dokter Bayu membuat dadanya bergemuruh.
" Aku sudah pernah mengatakan untuk tidak tersenyum pada pria lain, ataukah mungkin memang dia sengaja melakukannya?" Tiba tiba Ezar geram sendiri, dia bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya keluar kamar.
Pikiran tentang Zara yang semakin akrab dengan dokter Bayu di taman belakang sungguh menyita perhatian Ezar. Dia tidak rela pria lain mendekati Zara.
Pintu terbuka, Zayn hendak keluar mencari udara segar namun langkahnya terhenti ketika melihat Zara sedang berdiri di depan pintu kamarnya dan sibuk bermain ponsel. Dila baru saja masuk terlihat dari pintu kamar yang terbuka sedikit.
Tanpa kalimat pembuka, Ezar menarik tangan Zara masuk ke dalam kamarnya.
Zara sangat kaget. Beruntung, dia tidak sampai berteriak.
Zara berada di belakang pintu sementara Ezar berdiri tepat di depan Zara. Mereka saling tatap untuk beberapa saat sampai suara pintu terkunci mengalihkan tatapan Zara ke arah gagang pintu.
" Kenapa di kunci?" Tanya Zara kembali menatap Ezar.
" Suka suka aku." Jawab Ezar dingin.
" Aku harus keluar, Dila pasti sudah mencari ku."
" Aku tidak peduli."
" Tapi.."
Ezar mencium bibir Zara dengan rakus. Zara kaget dengan perlakuan Ezar yang tidak biasa. Sekuat tenaga ia mendorong Ezar agar menjauh darinya, tapi percuma saja, ini seperti berperang satu melawan seribu, endingnya ya.... kalah.
Zara pasrah, hingga ciuman itu terhenti ketika ponsel Zara berbunyi.
" Iya Dila." Ucap Zara setelah mengucap salam.
Ezar masih mengungkung Zara ketika gadis cantik itu menerima panggilan dari Dila. Sesekali tangannya dia gunakan mengusap bibir indah yang baru saja di ciumnya.
" Kamu ke mana?"
" Oh itu, aku ada perlu sedikit, ini juga sudah mau ke kamar." Zara terbata. Apalagi sentuhan tangan Ezar di bibirnya membuat darahnya berdesir.
" Iya, tunggu aku." Kata Zara kembali.
Tatapan tajam dari Ezar serta rasa tidak enak hati pada Dila bercampur menjadi satu.
Ezar terlihat tidak sabar dan merampas ponsel Zara lalu mematikan ponsel tersebut.
" Dok, kenapa di matikan itu teman saya masih bicara."
" Mas...sudah pernah ku katakan padamu kan? Panggil mas." Kata Ezar dingin.
Zara menghela nafas panjang. " Biarkan aku keluar. Kalau mas menahan ku di sini, semua orang akan tau tentang hubungan kita." Pintanya memelas.
" Kenapa? Supaya kau bisa lebih dekat dengan Bayu? Supaya kau bisa tebar pesona di depannya? Atau mungkin kau hanya pura pura tidak tau kalau dia menyukaimu?" Ezar tersulut emosi.
Zara menatap tak percaya pada Ezar yang baru saja memfitnahnya.
" Aku hanya mengikuti apa yang mas perintahkan sebelumnya kalau pernikahan ini akan menjadi rahasia, lalu salah ku di mana? Kenapa mas marah marah padaku?" Tanyanya dengan suara bergetar, meski sedikit meninggi dari nada bicaranya sebelumnya, tapi netra itu sudah terlihat di genangi air mata.
Ezar membisu. Emosinya yang sudah naik ke ubun ubun kini hanyut terbawa rasa bersalahnya sendiri. Bagaimana mungkin dia meneriaki Zara yang sebenarnya tidak salah apapun?
Kemarahannya pada Zayn serta kecemburuannya pada Bayu adalah alasan amarahnya yang tiba tiba saja meluap.
" Sepertinya mas lelah, aku keluar." Ucapnya kembali melembut.
Kunci sudah di buka, Zara bersiap keluar, tapi Ezar menahannya dengn kembali mengunci pintu tersebut.
" Malam ini tidur dengan ku."
...****************...
Sebelumnya author mengucapkan banyak terima kasih atas atensi para readers untuk novel author. Dan author minta maaf karena tidak bisa up tiap hari ya kakak kakak ku sayang..
Author ada pekerjaan tetap yang terkadang menyita waktu, jadi tidak sempat untuk menulis.
Tapi insyaallah akan author usahakan.
Maaf untuk ketidaknyamanan nya ya kak🙏
Love you all😘😘😘😘
dasar, ezar si mesum😂