Mita Diandra Putri adalah gadis berusia 19 tahun, seorang anak tunggal yang terkenal cerdas dan berprestasi. Dia juga terlahir dari orang tua yang kaya raya, namun dia terlalu larut dalam pergaulan bebas yang pada akhirnya ia terpaksa harus menikah diusia muda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mvin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Aaawww... Sakit. Toloong". Mita meringis kesakitan.
Flashback
Mita akhirnya masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa baju ganti yang sudah diambilnya dilemari. Mita melepas pakaiannya sambil menggerutu.
" Males banget masa gue harus tidur sama dia, tapi kenapa ya dia kekeh banget pengen nikah sama gue. Yaa gue tau sih, gue ini cantik tapi ga perlu sampe ngebet nikah juga kali". Mita cengar-cengir sendiri membayangkan kepercayaan dirinya yang merasa seperti wanita paling cantik dimuka bumi. Saking asyiknya melamun dia sampai tak sadar kalau sabun yang dituangnya sudah tumpah bercecer dilantai. Dan terjadilah, dia terpeleset karena ulahnya sendiri.
Buuggghhh... "Aaaaawwww saakiit. Tolong".
Raka yang mendengar suara minta tolong langsung berlari menuju kamar mandi.
Tok. Tok. Tok " Ta , kamu gapapa?".
" Tolongin gue, gu ga bisa bangun".
" Pintunya dikunci Ta. Saya dobrak aja ya". Tanpa pikir panjang Raka mendobrak pintu kamar mandi dan betapa terkejutnya Raka melihat pemandangan didepan matanya.
" lo ngapain berdiri terus? Bantuin gue, kaki gue sakit ga bisa berdiri".
" Eh iya, iya maaf Ta. Saya ambilkan handuk dulu, nanti baru saya angkat kamu". Bagaimana Raka tidak kaget, Mita dengan posisi duduk sambil memegangi kakinya yang terlihat bengkak karena terpeleset, tanpa memakai sehelai benangpun membuat mata Raka ternodai oleh istrinya sendiri.
" Cepetan dong". Mita meringis kesakitan, tak peduli dengan keadaan dia yang tak memakai sehelai benangpun. Raka berlari mengambil handuk dan segera menutupi tubuh Mita yang polos itu. Tanpa penolakan dari Mita, Raka menggendong Mita sampai ke kasur.
Tak jadi menggendong di pelaminan, malah jadi menggendong di kamar mandi. Tentunya dengan bonus melihat tubuh polos istrinya.
Jangan-jangan Mita ini kualat ya.
" Kamu disini dulu ya, biar aku ambilkan baju gantinya". Mita hanya mengangguk tanda ia setuju dengan Raka.
" Ini bajunya Ta, mau aku bantu pakein juga? "
" Gamau, gue masih bisa sendiri. Tapi lo ngadep ke belakang ya jangan liat gue".
" Ta, tadikan saya sudah lihat. Kenapa harus ngadep belakang? ".
" Gamau pokoknya lo ngadep belakang. Awas ya kalo ngintip". Mita membulatkan mata karena kesal dengan ledekan Raka. Padahal memang itu fakta, tapi Mita memilih berpura-pura tidak sadar karena rasa malunya yang lebih besar atas kejadian tadi.
" Oke deh oke". Raka hanya bisa menurut karena tidak ingin berdebat panjang lagi.
" Udah selesai. Gue minta tolong panggil bunda".
" Oke, tapi saya lihat dulu ya, kayanya aga parah".
" Ga boleh, lo ini mesum tar gue dinodai". Mita memicingkan mata tanda waspada pada Raka.
" Udah boleh kok Ta kalau saya nodai juga. Dapat pahala lagi".
" Tuh kan lo mulai lagi. Udah sana panggilin bunda".
Raka hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan istrinya. " Sabar, sabar, sabar". Batin Raka sambil mengelus dada. Tak lama bunda, ayah dan yang lainnya datang ke kamar Raka dengan wajah panik.
" Ta kamu kenapa? Kalian kalau mau malam pertama mainnya pelan-pelan dulu aja dong". Cicit bunda
" Bunda ni kenapa sih bund, siapa yang lagi malam pertama. Mita kepleset di kamar mandi bund. Nih kaki Mita bengkak". Mata Mita langsung tertuju pada Raka yang sepertinya memanggil bunda tanpa memberi alasan yang jelas kenapa kaki Mita sakit. Dan orang yang dituju hanya senyum-senyum kuda sambil menutup mulut menahan tawa. Tentu saja Ayah dan yang lainnya hanya garuk-garuk kepala yang tak gatal.
" Oalahh bukan toh, yasudah biar bunda panggil Dokternya ya. Bude Riri, Pakde Bagas apa ada dokter terdekat disini? ".
" Ada bund, Nanti biar saya yang hubungi Dokternya ya". Bude Riri berlalu meninggalkan yang ada dikamar untuk mengambil telpon memanggil dokter.
" Udah diobatin ya Ta, sekarang kamu istirahat. Bunda sama Ayah ke kamar dulu".
" Bunda, Mita mau tidur sama Bunda". Rengek Mita.
" Sekarang udah ada Raka yang jagain kamu, udah deh mending sekarang kamu istirahat. Raka, Bunda titip Mita ya. Sementara tolong jangan diapa-apain dulu". Bunda senyum-senyum kuda bersiap meninggalkan pengantin baru itu.
" Siap Bund. Makasih ya bund Raka pasti jagain Mita dengan baik". Raka tersenyum tulus pada Bunda. Tanpa Raka dan Bunda sadari, sepasang mata elang siap menerkam tertuju pada Raka yang sedang berbincang dengan bunda.
" Awas aja ya. Gue bikin lo ga betah sama gue. Dan bentar lagi pasti lo minta cerai". Batin Mita.
Bunda akhirnya pamit pergi meninggalkan sepasang pengantin itu.
" Lo tidur di lantai, gue tidur dikasur. Gue ga mau tidur sama lo". Mita melempar bantal dan selimut pada Raka dengan asal.
" Boleh, tapi ada syaratnya". Raka tersenyum jahil pada Mita
" Kenapa harus ada syaratnya? Gue ga mau".
" Karena ini kamar saya, kasur yang kamu duduki juga kasur saya. Jadi saya juga punya andil untuk menentukan. Dan kalau kamu ga mau, kamu bisa keluar dari kamar ini. Tapi jangan salahkan saya kalau Bunda ngomel-ngomel". Lagi-lagi Raka tersenyum jahil. Niat hati Mita ingin menguji Raka tapi ternyata Mita yang malah diuji oleh Raka.
Sejenak Mita berfikir, tapi benar juga apa yang dikatakan Raka. Tidak mungkin Mita keluar dari kamar ini karena kaki dia pun sedang sakit. Ditambah lagi bunda yang pasti ga bakal tinggal diam. Terpaksa ga ada pilihan lagi.
" Oke, Apa syaratnya?
" Kamu berhenti manggil lo dan gue. Saya ga suka dengarnya. Lagi pula sekarang kita sudah sah jadi suami dan istri".
" Terus lo mau di panggil apa hm? Pangeran? Atau si tampan dari gua macan? ". Mita tertawa puas meledek Raka. Namun seperti biasa, Raka tetap santai dan malah tersenyum lebar menanggapi pujian atau ejekan Mita.
" Panggil saya Mas Raka. Saya tidak menerima penolakan. Ini syarat yang harus kamu setujui atau kamu keluar dari kamar ini".
" What ? ga mau". Mita memajukan mulutnya sampai 10 senti. Jelas Mita terlihat kesal dengan syarat yang harus dipatuhinya.
" Baiklah, Silahkan keluar nona". Raka tersenyum puas.
" Hmm Iya, iya deh MAS Raka". Mita menekankan kata Mas sebagai tanda ia setuju tapi jelas dia terpaksa.
" Nice, silahkan istirahat istriku". Raka menggelarkan selimut untuk bersiap tidur di lantai sesuai dengan kesepakatan mereka berdua.
Pagi ini Ayah dan Bunda sedang berkumpul dihalaman belakang rumah, tentu saja bersama Pakde Bagas dan Bu Riri. Mereka sedang membahas tentang rencana Ayah dan Bunda yang akan segera kembali ke Jakarta, mengingat Ayah dan Bunda adalah orang yang super sibuk dengan pekerjaannya. Disisi lain ada pengantin baru yang sepertinya belum keluar dari kamarnya. Sedang apakah mereka?.
" Mita, bangun sayang kita sarapan dulu yu". Raka masih berusaha membangunkan Mita yang sedang tertidur lelap setelah dipaksa shalat subuh oleh Raka. Raka menatap lekat wajah Mita, tiba-tiba dia teringat kejadian pagi ini dimana Raka kembali menggendong Mita ke kamar mandi untuk melaksanakan ibadah shalat subuh.
Flashback
" Mita, bangun Ta, Kita shalat bersama yu". Karena terlihat tak ada pergerakan apapun dari Mita, akhirnya Raka menggendong Mita sampai kamar mandi. Raka mendudukan Mita di samping wastafel dan Mita yang terusik pun terlonjak kaget karena menyadari dia sudah ada di kamar mandi.
" Aaah lo mau ngapain gue? Kenapa gue ada disini?" Mita setengah berteriak pada Raka.
" Sayang, kamu lupa persyaratan semalam? Hm".
" MAS Raka, TOLONG jelaskan kenapa saya ada di kamar mandi".
" Mas sudah bangunkan kamu tapi kamu sama sekali ga bangun, jadi terpaksa mas gendong kamu. Kita shalat bersama ya sekalian mas bantu kamu bersih-bersih".
" Ngga, saya bisa sendiri. MAS Raka bisa keluar sekarang".
" Kamu yakin? Kaki kamu masih sakit kan? ". Mita hampir lupa jika kakinya masih bengkak dan sakit. Terpaksa Mita harus minta bantuan Raka untuk membersihkan badannya.
" Oke, tapi MAS Raka ga boleh lihat. Cukup ambilkan sabun dan lain-lain sisanya saya bisa sendiri. Awas aja kalau ngintip-ngintip nanti matanya bintitan". Cicit Mita
" Oke istriku".
" Kalau melihat pun udah boleh ko dasar bocil". Batin Raka
Kembali Raka menggoyangkan tubuh Mita, sambil menepuk halus wajah mulus Mita yang sedang terlelap pulas seperti putri tidur.
"Mita, bangun yu kita sarapan dulu".
" Ngantuk, Mas aja yang sarapan". Setengah sadar Mita mencoba mengusir Raka agar tidak menggangu tidurnya.
" Ga bisa sayang, Nanti yang lain pasti nanyain kamu. Atau mau digendong lagi?".
Mendengar kata di gendong Mita langsung membuka lebar matanya.
" Gausah, saya bisa sendiri".
" Kamu tenang aja Mas udah siapin kursi roda buat kamu". Raka tersenyum tulus pada Mita. Sebenarnya semalam Raka sudah mempersiapkan kursi roda untuk berjaga-jaga jika Mita membutuhkan. Demi kenyamanan Mita, Raka akan menjadi suami siaga. Mita yang tak tahu hanya bisa memicingkan mata. " Kalau ada kursi roda kenapa tadi pagi dia repot-repot gendong ke kamar mandi. Dasar mesum, mencari kesempatan dalam kesempitan". Batin Mita.
" Yaudah tolong bantu saya ke kursi roda".
Sarapan bersama telah selesai, hingga tibalah Ayah dan Bunda yang akan membicarakan masalah tempat tinggal dan pendidikan Mita setelah menjadi istri. Mengingat hari ini, Ayah dan Bunda memutuskan untuk kembali ke Jakarta.
" Nak Raka, Ayah dan Bunda berencana akan kembali ke Jakarta. Ayah hanya ingin bertanya masalah tempat tinggal dan pendidikan Mita setelah jadi istri nak Raka. Ayah harap nak Raka sudah mempersiapkan semua, atau jika nak Raka perlu bantuan Ayah, Ayah dengan senang hati akan membantu".
" Sebelumnya terimakasih Ayah, Bunda atas perhatiannya. Raka sudah memutuskan, Raka dan Mita akan tinggal di Jakarta. Kebetulan Raka juga punya bisnis disana Yah,Bund. Dan untuk rumah, Raka sudah membelinya. Mungkin tidak besar tapi nyaman untuk ditinggali. Dan untuk pendidikan Mita, biar Mita yang pilih sendiri yah yang penting di Jakarta". Raka tersenyum tulus menatap Mita, berharap Mita akan selalu berada di samping Raka sampai kapan pun.
" Oh..Nak Raka ini ternyata seorang pekerja keras dan mandiri ya. Ayah ga salah pilih mantu ini mah. Baiklah kalau begitu, rencananya kapan kalian akan ke jakarta?".
" Rencananya beberapa hari ini kita disini dulu Yah, Mungkin sampai kaki Mita mendingan baru kita ke Jakarta".
" Ayah senang mendengarnya, baiklah kalau begitu, nanti sampai ketemu disana ya". Ayah tersenyum haru dan bahagia. Akhirnya Mita mendapatkan kasih sayang laki-laki yang tulus, yang mungkin selama ini hilang karena ketidak hadirannya selama ini.
" Bunda titip Mita ya nak Raka, tolong didik dia dan ajarkan dia jadi anak dan istri yang baik". Dengan nada bergetar bunda mencoba menahan air mata yang ingin jatuh. Bagaimanapun bunda merasa gagal menjadi ibu yang baik untuk Mita. Tapi, Bunda juga merasa bahagia melihat Raka yang begitu perhatian kepada Mita.
" Bunda sama Ayah tenang saja, saya akan menjaga Mita sekuat tenaga saya. Mita juga sepertinya mudah untuk diajak kerja sama. Benarkan sayang? ". Raka mengedipkan mata sambil memegang lembut tangan Mita yang sedang mengepal karena lagi-lagi dibuat kesal oleh ulah Raka.
" Tentu saja sayangku, aku ini jinak ko". Hahaha Mita jelas pura-pura tertawa sambil tangannya mencubit lengan belakang Raka.
" Wah baru sehari menikah udah sayang sayangan aja nih ". Pak Bagas tersenyum senang melihat kedua pengantin baru itu.
Sarapan pagi itu terasa lebih hangat dengan adanya kehadiran pengantin baru yang terlihat sedang hangat-hangatnya. Padahal dibalik semua itu, ada Mita yang selalu mengutuk pernikahannya dan Raka yang selalu berusaha bersabar menghadapi tingkah Mita yang pastinya selalu menguji kesabaran.