Lidya dinda adalah seorang wanita yang mandiri, sedari kecil dia sudah banyak merasakan kepahitan hidup. Di usia yg baru menginjak remaja, dia mulai merasakan beban berat dalam hidupnya, dimulai dari bapak dan ibunya yang meninggal dunia karena kecelakaan, kemudian dia yang harus menghidupi kedua adiknya, kini dia tak melanjutkan lagi sekolahnya, dia pun harus membanting tulang untuk meneruskan hidupnya dan kedua adiknya, dia mencari nafkah untuk bisa menyekolahkan adik - adiknya. Bagaimana kisah hidup Lidya selanjutnya? di baca terus update bab terbarunya ya guys. Selamat membaca, tolong kasih like dan beri saran maupun kritik yang membangun ya, saya akan menerima semuanya dengan senang hati. Semoga sehat selalu, terima kasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Irfansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3.
"Cantik juga nih, sepertinya aku harus mencobanya nanti" Batin Alfian dengan senyum seringainya.
"Duduk dulu ya" Ucap Alfian saat dia dan Lidya sudah berada di dalam ruangannya.
"Iya pak" Sahut Lidya.
Beberapa menit kemudian, Alfian menghampiri Lidya dan duduk di sebelahnya.
"Kamu bisa masak?" Tanya Alfian.
"Bisa pak" Jawab Lidya sembari menunduk.
"Oke, untuk satu bulan ke depan, kamu saya tempatkan di bagian cuci piring dulu ya, jika kamu bekerjanya rajin, saya akan menempatkanmu di bagian dapur untuk menjadi asisten chef" Ujar Alfian.
"Baik pak" Ucap Lidya.
"Ya sudah, sekarang kamu bisa mulai bekerja" Titah Alfian.
"Terima kasih pak" Sahut Lidya.
Lidya pun antusias dan giat dengan pekerjaan barunya. Dia sangat bahagia, karena kini dia bisa bekerja di restoran, walaupun hanya sebagai pencuci piring, tapi dia bisa mendapatkan gaji bulanan, dia juga nggak perlu panas - panasan lagi saat menjajakan koran yang di jualnya.
*****
"Kak, tiap hari kakak terlihat semakin bersih dan rapi, kakak nyaman kerja di restoran?" Tanya Lutfi setelah Lidya bekerja selama dua Minggu di restoran.
"Alhamdulillah, kakak nyaman kerja di restoran, semua teman kerja kakak juga orangnya baik dan ramah semua kepada kakak, gajinya juga banyak dek, sebenarnya ada pekerjaan yang bisa mendapatkan lebih banyak uang lagi, tapi sayangnya kakak nggak bisa pijat. Katanya kalau kerja di panti pijat, walaupun gajinya sama saja dengan pekerjaan yang lain, tapi disana pelanggannya sering ngasih bonus yang banyak kalau kita pijatnya enak." Jelas Lidya.
"Kalau gitu, mending kakak belajar pijat, biar kakak bisa kerja di panti pijat dan bisa dapat banyak uang kak." Ujar Laras yang tiba - tiba keluar dari kamarnya dan langsung duduk di meja makan untuk sarapan bersama.
"Jangan dulu deh kak, mending kakak di restoran dulu, cari pengalaman sekalian belajar bermacam - macam masakan, apalagi masakan kakak kan enak tuh, siapa tau nanti kakak bisa buka restoran sendiri." Ujar Lutfi sembari tersenyum.
"Bener juga sih ucapanmu dek, tapi sementara ini kakak masih ditugaskan di bagian pencuci piring, kalau kakak kerjanya giat dan rajin, kakak akan di pindah tugaskan menjadi asisten chef." Ucap Lidya.
"Waaah...bagus dong kak, jadi kakak bisa banyak belajar tentang masakan Asia nanti." Ujar Lutfi.
"Aah...mending belajar pijat, biar kakak bisa dapat banyak bonus, biar bisa cepat beliin aku sepatu dan tas baru" Ujar Laras dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.
"Nanti deh kakak pikirin lagi, lebih baik kalian habisin cepat sarapan kalian" Titah Lidya.
Pagi itu, Lidya dan Laras sudah lebih dulu keluar dari rumah menuju ke sekolahnya dengan menggunakan sepeda, sedangkan Lidya mencuci piring kotor bekas mereka sarapan tadi, kemudian menyapu dan mengepel lantai rumah mereka.
Setelah semuanya beres, barulah Lidya menunggu ojek online di depan rumahnya, dia sudah memesan ojek online 10 menit yang lalu.
Tak menunggu lama, ojek online yang Lidya pesan pun datang. Ojek itu pun melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang.
Tepat pukul 7.20, motor ojek yang di tumpangi Lidya pun telah sampai di pelataran parkir depan gedung tersebut.
Setelah membayar ojek, Lidya pun langsung masuk ke dalam gedung itu dan menuju restoran tempatnya bekerja.
Dia pun langsung membantu cleaning service untuk mengelap meja - meja customer.
Setelah itu, dia istirahat sejenak di rest room khusus karyawan restoran.
Tak lama berselang, Alfian datang dan menyuruhnya masuk ke dalam ruangannya.
Lidya pun menuruti permintaan bos nya itu.
"Lidya, nanti siang ikut saya keluar, saya mau minta bantuanmu" Ucap Alfian saat Lidya sudah duduk di sofa dalam ruangan Alfian.
"Ehm...kemana pak, trus pekerjaan saya gimana?" Tanya Lidya.
"Nanti saja saya jelaskan, saya akan menyuruh yang lain untuk menggantikanmu sementara waktu" Sahut Alfian.
"Ooh iya, baik pak" Ucap Lidya.
"Apa ada lagi yang bisa saya bantu pak?" Tanya Lidya.
"Ini, tolong kamu pijitin dulu, pegel banget, karena semalam habis ngerjain laporan" Titah Alfian mengelus - elus pundak dan lehernya.
Lidya pun mengikuti perintah Alfian, dia dengan telaten memijat pundak dan leher Alfian.
"Lidya...kenapa kamu nggak kerja di panti pijat aja? Enak lho pijatanmu ini" Tutur Alfian.
"Yang bener pak? Saya tuh cuma pernah pijat Bapak dan Ibu saja, belum pernah memijat orang lain, lagian saya juga belum belajar teknik yang baik dalam pemijatan pak" Ujar Lidya.
"Kalau kamu mau pindah ke bagian panti pijat, bisa kok, walaupun kamu baru beberapa minggu kerja disini, saya gak akan memberimu sanksi maupun denda, kalau di panti pijat bonusnya banyak lho" Tutur Alfian.
"Ehm...bapak serius gak akan memberi saya sanksi atau denda kalau saya berhenti secepat ini, walaupun saya bekerja belum sampai 6 bulan?" Tanya Lidya berbinar.
"Ya, saya serius, tapi tentu saja ada syaratnya" Ujar Alfian.
"Ehm...syaratnya apa pak?" Tanya Lidyalagi.
"Siang ini kamu ikut saya dan akan saya beritahu apa syaratnya agar kamu bisa pindah kerja tanpa terkena sanksi dan denda" Tutur Alfian.
"Kamu mau kan ikut saya siang ini?" Tanya Alfian.
"Iya...saya mau pak" Jawab Lidya yang masih memijat pundak dan leher Alfian.
"Ya sudah, kalau gitu kamu lanjutkan pekerjaanmu, saya juga sudah enakan setelah kamu pijat" Ucap Alfian dan Lidya mengangguk.
"Kalau begitu, saya permisi untuk kembali bekerja pak" Ucap Lidya yang kemudian beranjak keluar dari ruangan Alfian.
*********
Tepat jam 1 siang, Alfian dan Lidya sudah berada di dalam mobil.
Alfian terus saja mencuri - curi pandang ke arah Lidya.
Lidya, dengan usianya yang masih remaja, tapi tubuhnya yang ideal, serta wajahnya yang cantik mampu membuat siapapun jatuh hati kepadanya.
Gunung kembar Lidya tak terlalu besar, tapi di usia remaja sepertinya, ukuran seperti itu sudah termasuk besar.
25 menit kemudian, mereka pun sampai di depan sebuah apartment.
"Ayo turun...kita sudah sampai" Ucap Alfian.
"Baik pak" Sahut Lidya.
Lidya pun mengekor di belakang Alfian.
Alfian begitu tergesa - gesa ingin segera sampai di kamarnya.
"Ayo masuk Lidya..." Titah Alfian saat dia sudah membuka pintu kamarnya, kemudian menutup dan menguncinya kembali.
"Kamu duduk dulu ya, saya mau ke kamar mandi" Ujar Alfian.
Beberapa menit kemudian, Alfian pun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan celana boxer tanpa memakai baju.
"Lidya, saya akan memberitahu syaratnya sekarang. Sebelumnya saya akan bertanya, Apa kamu masih perawan?" Tanya Alfian, Lidya pun mengerutkan alisnya.
"Maksudnya pak?" Tanya Lidya yang masih bingung dengan pertanyaan Alfian.
"Ya, maksud saya , kamu sampai saat ini apakah masih perawan atau sudah nggak perawan lagi, jujur aja, nggak apa - apa, saya cuma mau tau aja." Tukas Alfian.
"Sa-saya masih perawan pak." Sahut Lidya.
"Bagus kalau begitu, syaratnya kamu harus melayani saya, agar kamu bisa bekerja di panti pijat, dan saya akan memberimu bonus yang banyak." Ujar Alfian.
"Ta-tapi pak...ehm...gimana ya...sa-saya belum siap pak?" Ucap Lidya.
"Kok belum siap sih? Tadi kan kamu bisa memijat saya sewaktu di kantor" Ucap Alfian.
"Ooh...jadi maksud bapak, saya melayani bapak dengan memijat bapak lagi?" Tanya Lidya yang baru mulai paham akan keinginan sang manager.
"Ya iya...memangnya kamu fikir mau melayani saya seperti apa?" Sahut Alfian.
Sebenarnya Alfian ingin dilayani lebih, tapi ternyata hati nuraninya masih ada, sehingga dia berubah fikiran. Dia akan mencoba Lidya beberapa tahun lagi, kalau sekarang dia merasa Lidya masih terlalu polos dan kecil untuk melayani nafsunya.
"Di kantor tadi kan hanya bagian bahu saja, karena bahu saya merasa enakan setelah kamu pijat, makanya saya membawamu ke sini agar saya bisa leluasa untuk memintamu memijat seluruh tubuh saya, tapi ya nggak semua tubuh saya juga, ada bagian - bagian tertentu yang nggak perlu di pijat." Ujar Alfian dengan tersenyum.
"Ooh...i-iya baik pak, uuuhhh..." Ujar Lidya dengan menghembuskan napas panjangnya, dia sempat berfikir yang aneh - aneh tadi.