" Akh Sakit, lepaskan tanganku pak. "
" Diam! dan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan pak karena saya tidak pernah menikah dengan ibumu."
Gadis itu bungkam mendengar bentakan dari pria dewasa yang kini sedang menyeret nya dengan kasar menuju sebuah ruangan bawah tanah yang terlihat gelap dan amat menyeramkan. di ruangan tersebut hanya terdapat sebuah sel dan satu meja lengkap dengan dua kursi yang terlihat usang. Pria itu melempar gadis tersebut ke dalam sel tahan dengan kasar hingga sang gadis jatuh tersungkur kemudian mengunci sel tahanan dari luar.
" Aaaaa... " gadis itu berteriak karena di dalam sel tahanan itu banyak sekali kecoa dan tikus.
" Aaaaaa... lepaskan saya pak, tolong."
Sementara sang pria hanya tersenyum puas sambil memainkan kunci gembok yang ada di tangannya.
" Mengapa anda tega terhadap gadis kecil yang tidak berdosa seperti saya. "
" Hahaha... tidak berdosa katamu? justru semua ini terjadi karena dosa yang telah kau lakukan."
Dosa apakah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindasarie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di labrak
Sam mengeratkan rahangnya melihat kondisi adik semata wayangnya yang masih sangat muda harus mengalami nasib menyedihkan seperti itu. tangannya mengepal kuat, ingin sekali ia meluapkan emosi nya namun kepada siapa? tidak mungkin kepada adiknya. seketika tatapan nya tertuju kepada selembar foto gadis cantik yang tengah di pegang oleh Albi. Ia bersumpah akan mencari gadis itu dan membalaskan dendam adiknya.
Adiknya itu kadang tersenyum namun kadang menangis pilu.
" Cantik, hehe.." Albi tersenyum.
" Tapi kamu jahat! mengapa kamu meninggalkanku, hiks..hiks..hiks.." Dan kini Albi menangis.
" Albi cukup! " Sam sudah tidak tahan melihat kondisi adiknya.
Albi terdiam dan kembali tatapan nya kosong.
" Albi " Sam menyentuh pundak Albi dan Albi hanya menoleh namun tidak menjawab. Terlihat sekali luka yang begitu dalam dari sorot matanya.
" Lupakan gadis itu. masih banyak gadis yang jauh lebih cantik dan baik di dunia ini." Sam berusaha menasehati adiknya. Namun siapa sangka justru tatapan Albi berubah tajam dan terlihat urat saraf nya mengeras.
" Tidaaak... Aaakh... tidaaak..." Albi berteriak dan mengamuk, ia mencengkram kerah baju kakaknya.
" Berani sekali kamu menyuruhku melupakannya hah" nafas Albi naik turun dan matanya melotot tajam.
Sam kaget dengan reaksi Albi, dan ia mencoba melepaskan cengkraman tangan Albi dari leher nya Sam berhasil, kemudian ia mendorong Albi sedikit menjauh, lantas Sam berlari keluar memanggil perawat untuk menenangkan Albi.
" Suster tolong adik saya mengamuk."
" Baik tuan."
Dua perawat masuk ke dalam ruangan Albi dan menyuntikkan obat penenang. setelah itu tidak terdengar lagi suara teriakan Albi namun hanya racauan kecil, dan tak lama Albi tertidur karena pengaruh obat penenang.
Ketika adiknya tertidur, Sam kembali menatapnya tanpa sadar Sam meneteskan cairan bening. Sumpah demi apapun ia tak akan pernah membiarkan gadis yang membuat hidup adiknya menderita itu bisa hidup dengan tenang. ketika tidur pun masih terlihat raut kecemasan dalam wajah tampan Albi. Ya, Albi pun tak kalah tampan dari kakaknya namun sayang nasib baik belum berpihak padanya.
Sam mengusap wajah Albi agar raut kecemasan itu memudar dari wajah Albi, dan benar saja kini raut wajah Albi sedikit damai. Kemudian setelah memastikan adiknya tenang, Sam pergi dari rumah sakit jiwa dan kembali ke kantor dengan tidak lupa menitipkan Albi kepada perawat.
***
Mobil yang di kemudikan oleh pak Bagus itu telah sampai di rumah sederhana berlantai dua milik Daisy dan hujan pun telah reda.
" Ini rumah kamu Daisy?" tanya pak Bagus sambil memperhatikan rumah Daisy
" Iya pak, terimakasih sudah mengantar saya sampai rumah."
" Iya sama sama."
" Kalo begitu saya turun ya pak, bapak hati hati di jalan."
Pak Bagus hanya merespon dengan sedikit tersenyum, karena sebenarnya ia berharap di ajak mampir oleh Daisy ke rumahnya tapi itu tidak mungkin karena Daisy merupakan gadis baik baik yang selalu berusaha menjaga harga dirinya.
Ketika sudah turun dari mobil, Daisy berdiri di depan gerbang menunggu pak Bagus pergi. tidak lama pak Bagus pun pergi meninggalkan rumah Daisy dengan tidak lupa membunyikan klakson. setelah itu baru Daisy memasuki rumahnya. Tanpa Daisy sadari ada sebuah taksi yang berhenti tidak jauh dari sana dan orang yang ada di dalam taksi tersebut tengah memperhatikannya. ketika Daisy memasuki rumah langsung di sambut oleh mamanya.
" Sayang, kamu baik baik saja kan?" mama Dinda langsung berhambur memeluk Daisy.
" Aku baik baik saja ma." Daisy membalas pelukan mamanya.
" Kamu pulang sama siapa sayang?"
" Sama Pak Ba..." Baru saja Daisy akan menjawab pertanyaan mamanya, keburu terdengar suara ketukan dipintu.
Tok..Tok.. Tok..Tok..
Mama Dinda mengurangi pelukannya. " Siapa yang datang ya, sebentar mama buka pintu dulu." Baru mama Dinda akan beranjak segera di hentikan oleh Daisy.
" Biar aku saja ma, yang buka pintunya."
" Ya sudah kalau begitu, mama juga belum selesai menyiapkan makan siang buat kita ."
Daisy menuju pintu, dan ketika pintu itu sudah di buka. menampakkan seorang wanita asing yang tengah berdiri dengan tatapan tidak bersahabat.
" Maaf, cari siapa ya Tante?" Daisy bertanya dengan mengernyitkan kening. namun tanpa di duga.
Plak.
Tamparan keras mendarat di pipi mulus Daisy. wanita asing tersebut tiba tiba menampar Daisy.
Daisy kaget bukan kepalang juga ia merasakan panas di pipinya. " Kenapa anda datang datang menampar saya?" kini Daisy mulai tersulut emosi.
" Dasar gadis tidak tau diri! bukannya sekolah yang benar, ini malah menggoda gurunya sendiri, cuih." wanita itu meludah di dekat Daisy.
Daisy berusaha mencerna kata kata yang di lontarkan oleh wanita itu, dan ia mulai paham. sepertinya wanita ini adalah istrinya pak Bagus, tapi dari mana wanita itu tau kalau Daisy di antar oleh pak Bagus?
" Anda salah paham, Bu." kini Daisy merubah panggilannya.
" Jangan panggil saya ibu! saya tidak setua itu." wanita itu semakin geram dengan panggilan Bu yang di sematkan oleh Daisy, dia merasa dirinya tidak setua itu sehingga harus di panggil ibu.
Daisy semakin bingung mana mungkin istri dari seorang guru yang berpendidikan dan terhormat seperti ini. bahkan wanita itu tidak mengerti arti dari kata Bu itu tidak selalu berkaitan dengan usia, namun bisa juga di anggap suatu bentuk rasa hormat.
" Apa tujuan kamu mendekati suami saya?" wanita itu berbicara sedikit berteriak sehingga membuat mamanya Daisy menghampiri keluar karena terdengar gaduh.
" Ada apa ini, maaf anda cari siapa?" mama Dinda belum mengetahui permasalahannya.
" Tolong Bu, di ajarkan anaknya agar tidak menggangu suami orang!"
Mama Dinda tentu saja kaget mendengarnya. Dan kini tatapan mama Dinda beralih kepada putrinya, dan ia melihat pipi Daisy memerah bekas tamparan istrinya pak Bagus.
" maaf, maksud anda apa ya? tiba tiba menuduh anak saya?"
" Anak ibu ini menggoda suami saya, yang tak lain adalah gurunya sendiri." Vivi berbicara dengan berapi api. istrinya pak Bagus bernama Vivi.
" Mengapa anda bisa mengatakan demikian, apa anda punya bukti?" mama Dinda tak kalah emosi.
Vivi mengeluarkan ponsel dari tas nya dan menunjukkan potret Daisy memasuki mobil pak Bagus ketika akan turun hujan, dan disana terlihat pak Bagus begitu perhatian membukakan pintu mobil untuk muridnya itu.
mama Dinda kaget melihat foto tersebut.
" Daisy. bisa kamu jelaskan ini ke mama?" perasaan mama Dinda sudah mulai tidak tenang, ia mulai terpengaruh oleh foto tersebut.
" Ma, tadi Daisy memang di antar oleh pak Bagus. tapi kami tidak ada hubungan apa apa selain guru dan murid."
" Halah.. dasar jal*ng kecil."
" Jaga bicara anda terhadap anak saya!"
Vivi malah tersenyum mengejek " jangan jangan ibu dan anak sama saja, sama sama jal*ng. upss.."
Hallo teman-teman, support aku yaaa🤗 kritik dan saran kalian sangat berarti buat aku. terimakasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca karya retcehku✨
Saranghaeyooo 🫰