Sekuel dari TOBATNYA SANG KETUA MAFIA.
Note: JANGAN NUMPUK BAB YA🚫
NOVEL INI MENGGUNAKAN HITUNGAN RETENSI❗
Velicia yang dikenal sebagai ratu mafia berusaha kabur dari perjodohan yang dilakukan oleh sang ayah, Dave Allen. Ia benci saat memikirkan akan menghabiskan sisa hidupnya dengan Darren si penjahat kelamin.
Velicia terpaksa bersembunyi di dalam masjid dan mengenakan sesuatu yang begitu asing baginya. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan seorang laki-laki yang ia ketahui merupakan seorang ustadz.
"Astagfirullah! Kamu ... setan atau bidadari!" kaget seorang pria tampan dengan wajah bersinar. Saat itulah, pertama kalinya Velicia merasakan jantungnya berdegup tak biasa.
Ia akan membuat laki-laki itu jatuh cinta padanya kemudian memanfaatkannya demi memenangkan lahan milik warga yang menjadi incarannya sekaligus membuktikan eksistensinya sebagai ratu mafia.
Namun, akankah niat Velicia itu berhasil?
Atau ... senjatanya justru akan makan tuan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ratu 3
"Kenapa Dave Allen bodoh sekali. Bisa-bisanya calon istriku kabur!"
Prankkk!!
Darren yang terbakar emosi melempar gelas wine ke lantai demi melampiaskan rasa kesalnya. Benda berbahan kristal itu hancur ketika bertabrakan dengan lantai mengkilap itu.
Dalam sekejap, Darren langsung memerintahkan pengawal setianya untuk menggerakkan para bawahannya. Sekelompok orang kini menyebar ke segala penjuru kota untuk mencari keberadaan Velicia.
"Ketua mafia bodoh. Dia telah menyerahkan anak kelincinya ke mulut serigala." Darren menyeringai penuh arti. Isi kepalanya sudah penuh dengan bayangan kotor. Padahal, besok adalah hari dimana ia akan menyumpal kesombongan Velicia. Kini semua menjadi rumit karena drama melarikan diri gadis itu.
Akan tetapi, Darren yakin dengan kekuasaan yang di miliki oleh ayahnya. Apapun akan ia dapatkan. Apalagi ini hanya soal satu perempuan sombong yang pernah menolaknya mentah-mentah.
"Lihat saja nanti. Di saat aku berhasil menemukanmu. Maka, di saat itu juga aku akan memangsamu." Darren, menggeretakkan giginya geram. Segala penolakan yang pernah di lempar Velicia beberapa tahun lalu terus berputar di kepalanya.
*
*
Velicia terus berusaha menghilangkan jejak dari usaha pelariannya. Sayangnya, yang harus ia hindari bukan hanya anak buah yang di sebar oleh sang ayah. Akan tetapi, kaki tangan dari Darren yang tidak semuanya Velicia kenali.
Ayah dari Darren yang merupakan salah satu petinggi di ibu kota telah menguasai hampir separuh wilayah dengan beberapa instansi terkait. Termasuk para petugas berseragam yang seharusnya mengayomi masyarakat.
Velicia bahkan tidak bisa melewati para petugas yang berkeliaran di pinggir-pinggir jalan protokol itu. Razia malam ini di perketat. Semua sudut tak lepas dari pantauan para petugas berseragam yang merajai jalanan. Sepertinya, Darren telah menyebar fotonya.
Velicia tau bahwa dia tidak akan bisa melewati razia itu jika tidak berkamuflase. Velicia meninggalkan mobil pribadinya dan menukarnya dengan salah satu pengemudi motor.
"Anda yakin Nona. Ingin menukar mobil mewah ini dengan motor saya? Tapi itu masih nyicil." Pengendara itu bingung sejadi-jadinya.
"Aku serius. Kalau kau bisa bawa mobil maka ambillah. Mulai besok kau tak perlu membayar cicilan motor itu lagi. Aku akan meninggalkannya di jalanan nanti," kata Velicia lagi. Pengendara itu hanya bengong seperti orang bodoh. Velicia tak ingin membuang waktu. Dalam sekejap, ia telah berada di atas motor itu dengan lajunya.
"Fuck you, Darren! Kau tidak akan bisa menangkapku semudah itu!" Velicia melewati setiap pemeriksaan jalan protokol dengan percaya diri. Hingga keberadaannya pada akhirnya di kenali oleh salah satu wanita berseragam dengan rambut pendek. Ia langsung melapor para kawannya.
Dalam sekejap mata, kelompok kiriman Darren berhasil mengekorinya. Velicia semakin mengencangkan laju kendaraannya. Sebisa mungkin menyusup ke kampung padat penduduk.
Ia pikir, daerah ini sudah cukup jauh dari tempat tinggalnya di tengah kota. Akan tetapi perkiraannya salah. Anak buah Darren ternyata menyebar sejauh itu.
Velicia tak tau lagi kemana roda dari kendaraannya itu melaju. Ia hanya ingin pergi menghilang sejauh-jauhnya dari kejaran anak buah Darren. Velicia sempat menghapus air matanya yang mengalir di wajahnya dengan kasar. Ia tak mengira karena sang Daddy mempercayakan pengejaran dirinya pada Darren. Si penjahat kelamin yang juga terkenal sadis.
"Kau keterlaluan, Dad. Kenapa kau tidak percaya padaku. Kenapa kau menyerahkanku pada monster itu! Aku benci kau Dave Allen!" Velicia berteriak kencang namun suaranya itu hanya di telah oleh angin dan tersapu debu jalanan.
Tanpa terasa, kendaraan itu berhenti mendadak di tengah-tengah jalan yang sepi. Velicia bergidik ketika hanya melihat pepohonan dan bangunan kosong yang setengah rusak di tepi jalan.
"Dimana aku? Kenapa ini motor kehabisan bensin di sini sih!" Velicia menendang kendaraan roda itu yang sudah tak lagi berguna itu. Ia pun berlari menggunakan kakinya sejauh yang ia bisa.
Velicia berlari dan terus berlari. Hingga ia menyadari bahwa keberadaannya mulai di temukan oleh sekelompok orang yang mengejarnya.
"Kendaraannya berhenti di sini. Wanita itu sengaja melemparnya ke jurang. Dia pasti ada di daerah ini. Cepat temukan sebelum pagi!" titah seorang pria yang merupakan ketua dari kelompok pengejaran itu.
Velicia berlari dan terus berlari hingga ia merasakan pedih di telapak kakinya. Gadis tak tau lagi sejauh apa jarak yang ia tempuh sejak beberapa jam lalu. Pastinya, Velicia tidak mau usaha pelariannya ini berujung penangkapan dirinya oleh orang-orang kiriman Darren. Ia tak mungkin juga membuat usaha sang mommy yang sudah menolongnya jadi sia-sia.
Velicia terlihat menunduk di belakang pohon besar sambil mengenai dadanya. Rasanya sesak karena ia telah terlalu jauh berlari. Setelah ia berhasil menormalkan detak jantung dan pernapasannya, Velicia mengedarkan pandangannya.
"Shitt! Aku ini dimana. Apakah ini sudah jauh dari para pengejar itu?" Velicia tak bisa memindai waktu. Jam tangan miliknya entah jatuh dimana. Velicia melihat sebuah bangunan yang tidak ia tau apa namanya.
"Apa aku bersembunyi di sana saja. Aku butuh istirahat. Jantungku bisa berhenti berdetak kalau terlalu lama berlari," gumam Velicia dengan napas tersengal-sengal.
"Mommy. Apa yang harus Velicia lakukan sekarang. Darren sialan melepas orang banyak sekali. Dia bahkan lebih menyeramkan dari para musuh Daddy yang pernah Vel hadapi sebelumnya. Keki tangannya tersebar dimana-mana. Vel, sendirian tanpa kekuatan organsiasi kita." Velicia terduduk di sebuah tempat yang ia tak tau itu apa. Terdapat lemari dan tak buku di sana. Tak satupun ia temukan orang kecuali satu yang tengah tertidur di dekat kotak yang di gembok.
Tanpa sadar Velicia tertidur. Gadis itu terbangun ketika telinga mendengar suara adzan subuh.
"Sialan, berisik sekali. Suara apa sih itu!" umpatnya pelan. Velicia mengintip dan si saat itulah matanya terbelalak ketika di tempat itu banyak orang berdatangan. Pakaian mereka semua sangat aneh di matanya.
"Aku ini masih di dunia atau di dimensi lain? Mereka itu Alien atau apa?" gumam Velicia pelan dengan alis yang bertaut lantaran bingung.
Di depan masjid, Gareng memanggil nama sahabatnya yang terlihat kelimis. "Ustadz Zayn!"
Pria murah senyum itu menoleh dengan mata berbinar. Akhirnya dia ketemu juga dengan sahabat masa kecilnya.
"Masyaallah. Gareng putra Semar," sahut Zayn nampak girang.
"Njenengan makin tampan saja setelah pulang dari arab," puji Gareng tulus. Pria itu pun memeluk erat sahabatnya itu. Pria yang membuatnya bisa membaca Al Qur'an. Pria yang telah menariknya dari cengkeraman judi on-line.
"Kamu juga loh, Reng, terlihat sehat dan bersemangat," sahut Zayn. Setelahnya Gareng berterima kasih pada Zayn atas bantuan kawannya itu. Kalau tidak mungkin dirinya sudah bunuh diri di pohon Pete.
Zayn merangkul sahabatnya karena waktu iqomah tiba. Gareng dengan suara lantangnya pun menyerukan tanda bahwa solat subuh berjamaah akan segera di mulai. Tentu saja Zayn yang berdiri di depan sebagai imam.
Selesai solat, Zayn ingin murojaah. Pria itu berjalan mendekati rak penyimpanan Al Qur'an.
Velicia seketika panik. Ia tak mau ada yang mencurigai kehadirannya di tempat itu. Velicia menyambar pakaian aneh yang ia temukan di lemari kaca.
"Bagaimana cara mengenakan kostum ini?" Velicia membentangkan mukena yang ia pikir pakaian aneh.
Zayn yang mendengar suara-suara aneh di belakang lemari pun berniat menyelidiki. "Permisi? Ada orang di situ?"
Velicia terkesiap dengan mukena yang belum selesai ia rapikan bagian bawahnya. Hingga Zayn, dapat melihat sekilas punggung kakinya yang putih.
"Astagfirullah!"
aku tak otw ke lapak papa Dave 🤭