Berhenti menjadi seorang mata-mata ilegal karena suatu insiden. Akira Nakano memutuskan bekerja sebagai bodyguard pribadi Koji Rodriguez— pemilik perusahaan tambang emas terbesar dan tersukses se-Asia sekaligus seorang mafia. Namun siapa sangka bahwa perusahaan tersebut adalah tempat yang pernah dia bobol sebelumnya saat menjalankan misinya sebagai seorang mata-mata ilegal.
Keadaan menjadi terguncang saat Koji menawarkan lamaran pernikahan kepada Akira selaku status mereka antara seorang bos dan bodyguard nya.
Dan apa jadinya jika sebuah rahasia berhasil mengejutkan mereka berdua disaat semuanya sudah terjadi!!!
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AITOFU — BAB 03
MISI YANG GAGAL
Langkah yang begitu cepat hingga terkesan terburu-buru, bersamaan dengan itu, Akira dan Ryuu berhasil melewati para penjaga di setiap pintu lift.
“Ini sangat mendebarkan, kita harus segera menyelesaikannya atau kita akan tertangkap di sini.” Ujar Ryuu yang nampak khawatir, meski begitu dia juga memiliki tekad yang sama seperti Akira saat ini.
Wanita cantik dengan mata hitam pekat bak gerhana rembulan itu masih menyorot tajam sembari berpikir tentang langkah yang akan dia ambil jikalau ketahuan.
Ting! lift berhenti di lantai 40. Akira dan Ryuu memutuskan untuk berpencar karena jika tidak, maka mereka akan ketahuan.
Sambil membawa sapu dan sulak, keduanya pergi ke arah yang berlawanan, membersihkan setiap tempat yang ada hingga perusahaan benar-benar sepi.
“Hei kau!” panggil salah satu penjaga saat melihat keberadaan Akira yang dekat dengan ruangan kaca— tempat dimana emas berharga Koji disimpan.
Wanita itu masih tak berbalik. Dia sudah membung 6 jam hanya untuk bersih-bersih karena para penjaga dan sebagian karyawan rupanya ada yang masih lembur di sana. -‘Kuso!’ umpat Akira dalam hati.
[“Kita harus segera menyelesaikan ini, sebentar lagi jam malam.”] Ujar Ino yang berada di luar gedung dengan menggunakan alat canggih berupa CCTV berbentuk lalat yang kini tengah mencari jendela terbuka di lantai 40.
Ryuu dan Akira mendengar ucapan Ino.
“Hei!! Aku memanggilmu kau— ”
Brugghh! Akira langsung memberinya pukulan talak di ulu hati penjaga tadi hingga terkapar di lantai.
Wanita cantik itu segera membuka seluruh pakaian biru tersebut hingga terlihatlah pakaian mata-mata yang biasa dia kenakan. Tak hanya itu, sapu yang dia bawa merupakan tongkat khusus yang bisa ditekuk hingga menjadi sebuah pistol canggih.
Akira mencoba membuka pintu kaca dua pandang, cukup aneh ketika pintu tersebut terbuka dengan mudahnya.
Di sisi lain, Ryuu yang berada di tempat lain tanpa diduga pria itu menemukan sebuah ruangan aneh yang cukup mencurigakan, saat tangannya mencoba menyentuh hingga mengusapnya secara berjalan, ia merasakan ada pisahan di dinding nya. “Gawat!”
10:30 Tet!! Akira tidak menemukan apapun di sana, malahan beberapa penjaga yang sudah ia kalahkan terkapar di lantai. Dengan napas memburu, Akira menatap kesal ke arah ruangan kaca yang kosong. [“Ini jebakan, pria itu sudah tahu, cepat pergi dari sini! AKIRA!!”] pinta Ryuu yang mulai panik.
Mendengar hal itu Ino ikut panik. Dengan segera wanita berambut panjang terkuncir kuda itu segera memberikan petunjuk mengenai jendela yang terbuka. Mereka tidak tahu bahwa Earpiece milik Akira lepas akibat perkelahian nya dengan para penjaga tadi.
Sungguh kesal karena untuk pertama kalinya misinya gagal. Akira ingin sekali mengumpat, wanita itu tak tahu bahwa ada bahaya karena ucapan Ryuu sama sekali tidak didengar hingga Akira menyadari akan Earpiece nya yang hilang. “Dimana?” gumamnya seraya memegang telinga kirinya sampai.... Tett... Tett... Tett... Tett... sebuah alarm bahaya terdengar keras hingga membuat konsentrasi Akira pudar.
20 pria dengan setelan jas hitam serta masing-masing pistol di tangan mereka baru saja masuk mengepung keberadaan Akira yang berdiri tepat di tengah-tengah. Untung saja ia masih memakai masker dan topinya, sehingga mereka tak akan dapat mengenalinya.
“MENYERAH ATAU KAMI AKAN MENEMBAKMU!”
20 pistol laser yang kini mengarah tepat di tubuh Akira membuat wanita itu tak bisa gegabah. Hingga sepasang kaki melangkah masuk dengan sepatu kulitnya yang mahal.
Seorang pria tampan, bertubuh kekar, tinggi dengan rambut pirang dan mata tegasnya bak lautan hampir saja membuat Akira terpesona.
“Mencoba mencuri barangku hah?” suara berat nan serak mengalun penuh kesombongan.
Salah satu penjaga memberikan sebuah kursi sehingga pria pernah bernama Koji Rodriguez itu duduk dengan kaki terbuka dan kedua siku tangannya bertumpu di kedua lututnya sehingga tubuhnya condong ke depan.
Tanpa diminta, anak buah Koji langsung menendang kaki kanan Akira dari belakang hingga wanita itu berlutut dengan kedua tangan kosong.
Koji menyeringai kecil, mengamati mangsa kecilnya yang kini tak bisa berkutik. “Illegal spying.” Gumam Koji merasa puas ketika dia berhasil menangkap salah satunya.
Tepat di depan kaki Koji, Akira berlutut dengan kepala fokus ke depan.
“Apa yang harus aku lakukan kepada mata-mata wanita?!” ujar pria itu hingga meraih dagu Akira dan membuat kontak mata mereka saling bertemu.
Sepasang mata yang sama. Tatapan Akira berhasil membuat pria itu termenung untuk beberapa saat hingga— Darr! Tanpa disadari, Akira berhasil meraih pistol kecilnya yang terselip di sepatunya, lalu menembakkan peluru tepat di atasnya hingga mengenai lampu.
Semua mata tertuju ke lampu tersebut, tak ingin membuang kesempatan, Akira mengambil dua bola asap, membantingnya ke lantai hingga asap mengebul memenuhi ruangan.
Dengan cepat Koji meraih tangan wanita itu, namun Akira dengan pintarnya membuka masker hitamnya lalu mencium bibir Koji untuk menghilangkan konsentrasi pria itu. Cup!
Tentu, Koji terkejut hingga dia tanpa sadar dirinya lah yang terkena ciuman maut.
Wanita itu segera berlari melewati kericuhan yang dia buat hingga melompat lewat jendela terbuka dengan sebuah tali bak di film James Bond.
Pria pirang itu berlari menuju jendela dan melihat seorang wanita dengan masker yang kembali menutupi wajahnya, tengah turun dengan gaya terlentang sambil mengacungkan dua jarinya, memberikan tanda adios kepada Koji lalu mendarat dengan selamat di kegelapan malam.
“TANGKAP MEREKA!!” pinta Koji yang masih menatap ke arah perginya Akira. Seketika senyuman terukir di bibir tipis Koji.
“Interesting! (Menarik)!” gumamnya.
Tentu, untuk pertama kali dalam sejarahnya, dia lengan hanya dengan ciuman seorang wanita misterius. Padahal selama ini, dialah yang membuat para musuhnya lengah.
...***...
“Kuso!!” kesal Ryuu melempar topinya ke arah sofa cokelat.
Kini mereka berada di gudang tempat rahasia yang selalu mereka pakai. Ino yang meletakkan Earpiece nya di atas meja, tiba-tiba dia melihat secarik kertas terlipat.
“Ada surat.” Ujar wanita itu meraih kertas tersebut lalu membacanya.
NOTE : KAMI TAHU KALIAN AKAN GAGAL DI PERUSAHAAN ITU, JADI KAMI MEMUTUSKAN UNTUK PERGI. SEMOGA SUKSES! FROM JESSICA.
Seketika ini meremas surat itu karena kesal. Rupanya orang Jerman tadi pergi lebih dulu seperti seorang pengecut tanpa memberi bayaran. Ryuu dan Akira yang membaca suratnya pun ikut kesal.
“Cih, mereka menjadikan kita mangsa rupanya. Jika aku bertemu dengannya lagi, aku akan membobol kepalanya.” Kesal pria tampan bernama Ryuu itu.
Tak ingin termakan emosi, ada hal yang lebih penting saat ini bagi Akira. Wanita itu melihat ke arah arlojinya, lalu segera memakai jaket dan meraih tas ranselnya.
“Mau kemana? Aku hampir saja mau menteraktir mu es krim vanilla.” Ucap Ino kepada teman wanitanya itu.
“Maaf, aku harus mengecek Izumi.” Balas Akira lembut. Tak seperti tindakannya, wanita itu lebih pantas menjadi seorang putri.
Ino dan Ryuu mengerti, mereka sudah tahu bagaimana Akira sangat menjaga dan menyayangi adik semata wayangnya itu. Dan kini, sudah lewat dari jam sembilan, namun Izumi tak bisa dihubungi sama sekali.
Dalam sekejap Akira berhasil melupakan persoalan kerjanya, dan fokus ke adiknya yang saat ini.
“Izumi!” panggil wanita cantik berponi itu yang baru saja tiba di rumahnya.
Hanya ada keheningan dan kegelapan. Akira menyalakan lampu rumah dan meletakkan tasnya begitu saja, “Izumi?” panggilnya sekali lagi, namun tak ada jawaban.