NovelToon NovelToon
Oppa Korea Suamiku

Oppa Korea Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Pernikahan Kilat / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:97k
Nilai: 5
Nama Author: rishalin

"Aku mohon jadilah Mamaku Ra!!" Pinta Hannah temannya sejak pertama kali masuk SMA.
"Jika dalam waktu satu minggu, orang tua mu tak bisa membayar sisa hutangnya, kamu harus menikah denganku manis." Ucap pria lintah darat yang terkenal didaerah itu.

Danira Grisela,
Seorang gadis polos yang baru saja menyelesaikan pendidikan SMA, harus terjerat ancaman seorang lintah darat yang akan menikahinya jika orang tuanya tak bisa melunasi sisa hutangnya.
Namun, ia juga dihadapkan dengan permintaan sahabatnya yang memintanya untuk dengan Ayahnya dan berjanji akan melunasi semua hutang orang tuanya dan menanggung semua kebutuhan keluarganya.

Pilihan manakah yang akan Danira pilih?
Yuk langsung baca ceritanya!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 3

Saat Hannah tengah berbaring diranjang empuknya, tiba-tiba saja ponsel Hannah berdering.

Hannah dengan cepat bangkit dan meraih ponselnya.

"Danira" Hannah bergumam saat menatap layar ponsel.

"Halo, An." sapa Hannah.

"Iya Han. Aku sudah bilang sama orang tuaku," jawab Danira di seberang sana.

"Terus, orang tuamu bilang apa, Ra?" tanya Hannah dengan hati berdebar sekaligus tak sabar.

Danira menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan Hannah.

"Danira!!" Hannah kembali memanggil karena sudah tak sabar.

"Iya Han, orang tuaku bilang... iya," suara Danira terdengar sedikit berat mengucapkan kalimatnya.

Hannah terjingkat kegirangan dan terus melompat diatas ranjang setelah mendengar jawaban Danira.

"Terima kasih banyak, Ra. Sekarang juga aku berangkat ke kantor Papa. Sekali lagi terima kasih banyak ya, An." tanpa menunggu lama, Hannah bergegas menutup panggilan.

Hannah melangkah cepat dan meminta supirnya untuk mengantar dirinya ke kantor sang Papa.

Dalam perjalanan ke kantor Papanya, Hannah menyempatkan menelpon Nenek dan Kakeknya untuk menyampaikan kabar gembira dari jawaban Danira barusan.

***

Hajun yang beberapa hari ini disibukan dengan pekerjaan, sampai lupa menanyakan tentang kejadian dirumah Danira pada Hannah.

Bahkan untuk makan siang saja, Dona yang mengantarkan ke ruangannya.

Sama halnya dengan hari ini, setelah makan siang, Dona kini mulai merayunya dengan menciumnya.

Dona duduk di atas lengan sofa, tangannya melingkar sempurna dileher Hajun.

Namun, tiba-tiba saja pintu terbuka, Hannah seketika muncul di ambang pintu ruangan Papanya.

"Papa!" Hannah tersentak di ambang pintu, wajahnya merah padam, menahan amarah saat melihat apa yang dilakukan Dona dan Papanya.

Dona dengan cepat berdiri dari duduknya dan melepaskan tanggannya dari leher Hajun, lalu ia mengambil tas miliknya diatas meja.

Dona melangkah menghampiri Hannah.

"Kamu gak perlu marah, Hannah. Aku tidak akan menguasai Papamu, hanya untukku sendiri." Ucap Dona seraya melangkah didepan Hannah.

Kedua tangan Hannah terkepal erat. Kepala Hannah seolah mendidih dan mengeluarkan asap.

Hajun mendekati putrinya.

"Jangan dimasukan kehati ucapan Tante Dona barusan ya!" Hajun mengusap rambut putrinya lembut.

"Duduklah, kamu ingin minum apa? Ada apa siang-siang begini datang ke kantor Papa? Ada yang penting?" Hajun berucap lirih.

Hannah menggelengkan kepala, Ia masih berusaha meredam amarahnya.

"Aku mau menagih janji Papa!" Hannah memandang lekat tepat ke bola mata kecoklatan milik Papanya.

"Janji? Ooh... janji akan memenuhi permintaanmu kemarin? Baiklah, minta apa yang kamu mau, Sayang. Papa akan mengabulkannya." Hajun mengusap lembut jemari Hannah.

"Menikahlah dengan Danira!"

Hajun bak disambat petir disiang bolong setelah mendengar permintaan Hannah.

"Danira? Maksudmu, Danira temanmu yang kucel itu? Ya ampun, Han... apapun yang kamu minta akan Papa kabulkan, tapi permintaanmu kali ini sangat kelewatan!" Hajun berdiri, ia memandang marah pada putrinya, dengan tangan berkacak pinggang.

"Tapi Papa kan udah janji!" Hannah tutut berdiri, matanya yang berkaca-kaca, menatap Papanya dengan tatapan marah.

"Papa emang udah janji, tapi tidak kalau permintaanmu seperti ini!" Hajun semakin marah.

Hannah menghapus air matanya.

"Kalau Papa tidak mau mengabulkan permintaanku, maka Papa jangan harap bisa bertemu aku lagi!" sengit Hannah, dan sebelum Hajun sempat berkata-kata, Hannah sudah berlari ke luar dari kantor Papanya.

Hajun mengacak rambutnya, baru kali ini ia bertengkar dengan putrinya.

"Apa yang sudah meracuni pikiran Hannah sampai memiliki ide segila itu" batin Hajun.

Hajun tahu kalau Hannah sangat tidak menyukai Dona, tapi bukan berarti dia bisa seenaknya menentukan siapa wanita yang harus ia nikahi.

Hajun yang kehilangan semangat untuk meneruskan pekerjaannya, hanya duduk bisa termenung di kursi kerjanya.

Hajun teringat ancaman Hannah tadi, sesaat sebelum Hannah ke luar dari kantornya.

Hajun bergegas meraih ponselnya untuk menghubungi Hannah.

Tapi ponsel Hannah tidak aktif.

Ditelponnya orang rumah, dan jawaban asisten rumah tangganya adalah.

Hannah tidak ada dirumah.

Dicobanya menelpon orang

tuanya, menanyakan apakah Hannah ada di sana. Jawaban mereka Hannah tidak ada juga di sana.

Ditelponnya mertuanya, atau Orang tua dari Ibunya Hannah,

Jawaban mereka sama, Hannah tidak berada di sana juga.

Pikiran Hajun semakin merasa kacau, begitu juga dengan perasaanya.

Tiba-tiba Hajun teringat sesuatu, cepat diraih kunci mobil, dompet, dan ponselnya. Lalu  Hajun bergegas ke luar dari ruangan itu menuju parkiran.

***

Hannah masih terisak dibahu Danira.

"Aku benci sama Papa... Papa udah ingkar janji, Danira." isaknya pelan dengan air mata yang berderai.

"Gak boleh gitu Han, gimanapun juga , Om Hajun itukan Papa kamu, kamu gak boleh membenci orang tua sendiri." Danira berusaha menenangkan Hannah.

“Aku nginep di sini ya, Ra, bolehkan?” tanya Hannah dan Danira hanya mengangguk saja.

Danira tidak tahu, kenapa Hannah sangat senang berada di rumahnya yang sangat sederhana ini.

Padahal Danira sangat yakin, kalau rumah Hannah pasti beribu kali lipat lebih bagus dari pada rumahnya.

"Tapi besok kamu harus pulang ya, Han." bujuk Danira.

"Besok aku pulang ke rumah Nenek saja. Aku tidak mau bertemu Papa!" Hannah menyeka air matanya.

"Iya...." Danira mengangguk.

Tiba-tiba, suara Pak Bram terdengar dari luar rumah Danira.

Danira dan Hannah saling pandang, ada perasaan takut menyergap mereka, karena saat ini mereka hanya berdua saja di dalam rumah Danira.

Bapaknya Danira sedang berkeliling berjualan Soto. Sedangkan Ibunya tengah berkerja dirumah tetangga dibantu dua orang adik Danira.

Hannah dan Danira ke luar menemui Pak Bram. Wajah Pak Bram menyeringai ke arah mereka berdua.

"Hay, manis, hari ini adalah hari terakhirmu berstatus sebagai gadis. Besok kamu sudah akan resmi menjadi istri Bram Handoyo!" tawa Pak Bram menggema, terdengar sangat memuakkan bagi telinga Hannah dan Danira.

Pak Bram, dan anak buahnya melangkah maju untuk mendekati Danira dan Hannah. Danira dan Hannah mundur untuk kembali masuk ke dalam rumah.

Pak Bram kembali menyeringai, memperlihatkan giginya yang berwarna coklat akibat terlalu banyak merokok.

Tangannya berusaha menggapai tubuh Danira, tangan Danira sekarang ada di dalam genggaman tangannya.

Danira berusaha berontak dari cengkeraman tangan Pak Bram, Ia berteriak meminta bantuan dengan sekuat tenaga, dan suara sekerasnya.

anak buah Pak Bram menutup pintu, dan menguncinya.

Hannah berusaha menolong Danira, tapi dua orang anak buah Pak Bram menahannya dengan memegangi kedua tangannya.

Tawa mereka membuat Hannah ingin muntah rasanya. Airmata sudah membasahi pipi Danira dan Hannah.

Suara teriakan mereka masih terdengar.

Tiba-tiba pintu depan yang tertutup rapat, dan terkunci ada yang mendobrak, pintu itu jatuh berdentum diatas lantai.

Hannah melihat Papanya menjebol pintu, dibantu beberapa warga. Pak Bram, dan kedua orang anak buahnya segera melarikan diri dari pintu belakang rumah Danira.

Hajun dengan cepat memeluk Hannah dengan erat, Ia bersyukur karena datang tepat waktu. Warga yang ada di situ menghampiri Danira yang tak sadarkan diri.

Tekanan batin yang beberapa waktu ini menghimpit pikiran, dan perasaannya membuat kondisi tubuh Danira jadi lemah.

Hajun dengan cepat mengangkat tubuh Danira dan membawanya mobil, diiringi oleh Hannah.

Hajun meminta supir mobil Hannah agar menunggu keluarga Danira, dan membawa mereka ke rumah sakit nantinya.

Melihat Hannah terus menangisi Danira, yang kepalanya berbantalkan paha Hannah, Hajun bisa melihat, dan merasakan, betapa dekatnya mereka berdua dan betapa sayangnya Hannah pada Danira.

Hajun sekarang mulai memahami, kenapa Hannah menginginkan Danira sebagai Mamanya.

Hannah butuh seorang Mama yang bisa jadi teman, jadi sahabat, untuk tempat berbagai rasa. Dan Danira yang paling diinginkan untuk menjadi Mama tirinya.

Hajun harus mengakui, selama ini Dona memang gagal mendekati Hannah, juga kedua orang tua dan mertuanya. Dona terlalu sibuk mengambil hati, dan perhatiannya.

***

Danira mengerjapkan mata, yang pertama dilihatnya adalah wajah Hannah yang berurai air mata.

"Han... aku di mana? Jangan menangis Han." suara Danira membuat Hajun juga kedua orang tua Danira mendekatinya.

“Syukurlah, kamu sudah sadar, Nak?” tanya ibunya, dan dijawab Danira dengan anggukan kepala.

"Maaf sudah merepotkan semua." Ucap Danira dengan suara lemah.

"Jangan bicara seperti itu, Ra." ucap Hannah seraya menyeka air matanya.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruang perawatan tempat Danira dirawat.

"Masuk." Ucap Bapaknya Danira.

Pintu terbuka seorang juru rawat pria berdiri di ambang pintu.

"Keluarga pasien, diminta mengurus biaya administrasi." ucap orang yang datang itu.

Hajun mendekati orang itu.

"Saya yang akan mengurusnya." jawab Hajun dan jawaban itu membuat Hannah menatap Papanya dengan pandangan lekat.

Orang yang di depan pintu menatap Hajun ragu.

"Saya calon suami pasien... keluarga juga kan." jawaban Hajun seakan ingin menghapus keraguan orang itu.

Semua mata memandang Hajun tidak percaya, setelah mendengar kata-kata yang barusan diucapkannya.

Bukankah Hajun sudah menolak permintaan Hannah, itu yang diceritakan Hannah pada mereka saat Hannah baru datang ke rumah mereka tadi.

Tapi kenapa sekarang Hajun bisa berubah pikiran. Hannah mendekati Papanya.

"Papa?" Hannah memandang wajah Papanya dengan raut penasaran juga kebingungan.

Hajun memeluk bahu Hannah lembut.

"Apapun akan Papa lakukan untuk bisa terus bersamamu putri kecilnya Papa." Ucap Hajun. Hannah menangis bahagia dalam pelukan Papanya.

"Terima kasih, Papa sudah mau mengabulkan permintaanku." Ucapnya.

Melihat sikap lembut Hajun pada Hannah, orang tua Danira semakin yakin kalau keputusan mereka menerima tawaran Hannah tidaklah salah.

Danira menundukan wajahnya, dia tidak tahu harus sedih atau gembira.

Tapi, melihat kembali senyum diwajah kedua orang tuanya, itu sudah cukup membuatnya bahagia.

Hajun melepas pelukannya ditubuh Hannah.

"Papa urus biaya administrasinya dulu ya!" Ucap Hajun.

Kemudian Hajun  mengangguk kepada kedua orang tua Danira, Namun, Hajun tak memandang ke arah Danira sedikitpun.

Danira merasa sadar diri, baginya apa yang dilakukannya memang bukan sesuatu yang bisa dibanggakan, karena hal ini sama saja seperti ia tengah menjual dirinya.

Tapi Danira merasa tidak lagi mempunyai pilihan lain, kebahagiaan orang tua, dan kedua adiknya adalah yang paling utama sekarang ini.

Danira menatap punggung Hajun yang menghilang dibalik pintu.

'Siapa sangka, Oppa Korea itu akan jadi suamiku. Ya!! Walaupun pernikahan ini tak akan seperti pernikahan pada umumnya. Pernikahan atas dasar cinta' batin Danira.

******

******

1
Aliya326
sangat best dan sangat menarik
Melia Gusnetty
iihh..kok menjijik kn nengok lakik macam luu hajun...ms ke kamar mandi mau d temanin pelakor...gk mikir perasaan istri nya...si istri juga plin pkan...nnt udh d cium...luluh lg...sm aja😏😏👎👎
Melia Gusnetty
ini laki2 paling tolol..plin plan gk peka sm perasaan istri..egoiis...si pelakor begelayut sm dia mau juga..menjijik kn..giliran istri d dekatin laki2 lain cembokor...huuuh..😏😏😏
Melia Gusnetty
si hajun goblok..si danira terlalu lemah...pasangan yg👎👎
kiya
kok jd merasa arvin lebih baik buat danira, si oppa menang dpt cinta aja tp lebih sering bikin sedih danira ga sih, ga peka jg masih suka layanin perempuan lain jg walopun alasan cinta hny buat danira to kelakuannya sering bikin sedih danira
ellasarniaa
tiara siapa thorr??
Rishalin: typo kak
total 1 replies
Yati Siauce
semngt y thor
kiya
halah omong doang, msh aja mau dideketin pelakor, drmh sakit ada perawat cowok kok mlh mau aja dipegang2 pelakor, bikin sakit hati istri aja, mn lg hamil sensitif hatinya. coba dibalik klo istrinya yg dipegangi cowok lain, rela ga
kiya
ahh danira cewe labil ga jelas, marah kok gitu aja pdhal lakinya sampe lupa istri karna meladeni cewe lain, kek gitu ktnya cm cinta istrinya aja, omong kosong bget, istri yg lg hamil loh yg dilupain, bukan krna sesuatu yg penting lg lupainnya
Emylia Rosliayana
best dan seru...cuma updatenya sedikit...kalau boleh yang banyak updatenya..
Emylia Rosliayana
thor please up datenya yg bnyak...jgn kdekut ya up date nya..lg seru bca soalnya..
Vien Habib
Luar biasa
kiya
malas bget liat laki ga peka perasaan istri, dah tau si pelakor mau sm dia tp msh aja kasi peluang, giliran istri didekatin cowo lain, marah.. waras ga sih ni laki, menyebalkan..mana istri lg hamil pasti lbh sensitif perasaan nya
Yurniati
tetap semangat terus
Yurniati
terus update nya thorr
Neng Nosita
Bagus thor ceritanya... semangat berkarya 💪
Yurniati
tetap semangat terus update nya thorr
Yurniati
kok Hajun Tak peka ya,Dona itu yang menguasai kamu kasian Danira,,
ruhe
ini si tua keladi gmna sih ,bikin kesel aja, insting cewe tuh gk pernah slah, palingan meleset dikit, banyak bener biasa, nyesel baru tau luh 😑ini gue lagi bete min sorry to worry 🙏😁
Indah Darma Indah
semoga danira dn bayi nya selamat.ini pasti ulah dona
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!