NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:22.7k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Bab 27

Hening!

Tidak ada percakapan apapun setelah Aksa mengemudikan mobilnya meninggalkan sekolah Al. Elen sendiri tidak ambil pusing dengan sikap Aksa meskipun beberapa saat tadi sempat was-was an karena sikap dingin pria itu.

Pesan singkat dari Lina di Grub Cegil premium membuat Elen fokus pada ponselnya. Fyi, cegil premium itu Grub yang berisikan 4 orang. Elen, Lina, Bella, dan Rissa. Sebelumnya hanya 3 orang namun Rissa menjadi member termuda dari Cegil premium karena sering ikut gabung nongkrong.

[Jalan yuk, kangen nih. Elen udah balik dari Jogja' kan?]_Lina

[Boleh yuk, bosen gue]_Bella

[Gimana? @Rissa @Elen]_Lina

[Ntar malem aja gimana?]_Elen

[Okay. Kafe lo aja]_Lina

Elen tersenyum tipis membaca pesan-pesan di Grub. Nongkrong sama bestienya itu kegiatan menyenangkan. Dia bisa lupa dengan tingkah nakal Al.

"Chat an sama siapa kamu?" Suara judes Aksa tedengar menginterupsi membuat Elen menoleh pada pria yang fokus menatap jalanan.

"Kepo deh." Balas Elen enggan memberitahu Aksa.

"Kamu harus ingat Elen. Kamu itu calon istri saya. Sebaiknya kamu jaga sikap di luaran sana. Jangan chat an sama orang nggak jelas terlebih laki-laki." Cerocos Aksa tanpa menoleh pada Elen.

"Apaan sih, ngatur. Terserah lah aku mau chat an sama siapa aja."

"Kamu..." Tekan Aksa melirik tajam Elen. Dia tidak suka perempuan itu membatah ucapannya.

Elen menghembuskan napas kasar, "Lihat jalan!" Tunjuk Elen lurus ke arah depan, "Aku chat an sama temen-temenku. Ga usah cemburuan." Tukas Elen.

"Ck." Berdecak, Aksa kembali fokus pada jalanan di depan. "Siapa yang cemburu. Gak usah kepedean kamu."

"Ya udah bagus kalau nggak cemburu. Jadi, aku bisa chat an sama siapa aja." Tantang Elen dengan sengaja.

"Jangan berani-berani ya kamu!"

Elen cemberut, enggan menanggapi lagi ucapan pria yang akan menjadi suaminya.

"Eh, ini bukan jalan ke rumah aku." Ujar Elen menyadari jalanan yang dilewati Aksa bukan jalan menuju rumahnya.

"Kita mau kemana?"

"Apartemen." Jawab Aksa singkat.

"Ga mau!" Protes Elen sedikit meninggikan suaranya.

"Saya tidak meminta pendapat kamu." Balas Aksa datar.

"Ga bisa gitu, kamu kan bawa saya ya dengerin pendapat saya dong." Elen merajuk menarik kain lengan kemeja Aksa, "Berhentiin gak mobilnya!"

"Diam!" Sentak Aksa, "Berisik."

"Ya udah berhentiin mobilnya kalau berisik, aku mau naik taksi aja." Semakin menjadi, Elen memukul-mukul kecil lengan Aksa. Membuat pria itu hanya memegang setir kemudi dengan sebelah tangannya.

Bukan tanpa sebab Elen tidak mau ikut ke apartemen. Bayangan sore panas waktu itu saja masih terngiang jelas. Elen tidak mau hal itu terulang kembali. Nggak boleh!

"Diam Elen kita bisa kecelakaan!" Tegur Aksa dengan tangan kirinya menahan tangan Elen dan menggenggamnya.

"Ya berhentiin mobilnya, aku ga mau ke apartemen kamu." Tegasnya.

"Saya masih ada meeting di sekitar apartemen sebentar. Kamu tunggu saya di apartemen. Nanti saya antar kamu pulang." Ucap Aksa menjelaskan.

Elen menatap tak percaya, dia masih sangsi saja dengan sikap pria itu.

"Ya sudah ikut saya meeting." Putus Aksa tidak ada reaksi dari Elen.

"Nggak, aku tunggu saja di apartemen." Ucap Elen menarik tangannya dari genggaman Aksa.

Aksa benar-benar meninggalkan Elen di apartemennya. Pria itu hanya membukakan pintu untuk Elen dan pergi.

"Kalau lagi sibuk kenapa juga pake acara mau jemput? Dasar menyebalkan." Gerutu Elen merebahkan dirinya di sofa. Baru rebahan beberapa menit saja Elen sudah merasa mengantuk, alhasil dia ketiduran.

"Lo darimana sih, Sa? Lo tiba-tiba pergi gitu aja, untung gue bisa handle mereka." Omel Brian begitu Aksa kembali ke tempat meeting.

"Sorry. Kita lanjut." Ucap Aksa tidak mau membuang waktu menjelaskan dari mana dirinya pada Brian. Lebih baik melanjutkan meeting agar cepat selesai dan bisa menemui Elen.

Pukul 17.30, Al sudah pulang dari futsal nya. Biasanya dia futsal sehabis magrib tapi tadi hanya latihan saja jadi siang sepulang sekolah.

Al bingung saat sampai di rumah tapi sepi. Tidak ada mobil mamanya, mobil tantenya juga tidak ada. Gerbang juga ditutup rapi. Jadinya dia harus turun dari motor dulu untuk membuka gerbang tadi.

"Orang-orang pada kemana?" Gumam Al mendapati rumah kosong. Hanya ada dirinya di rumah itu. Sebab pintu rumah saja masih terkunci tadi.

"Tau gitu gue nggak pulang aja tadi."

Kesal Al melempar tasnya di sofa ruang keluarga dan merebahkan tubuhnya di sana. "Mana belum makan gue dari siang. Cuman sarapan bubur."

Di sekolah Al sibuk duel dengan Toni. Pulang sekolah langsung latihan futsal tanpa sempat makan. Setelah futsal langsung pulang, berharap bisa makan sampai di rumah tapi melihat keadaan rumah yang sepi sepertinya Al harus bersabar.

Al bangkit dari rebahan berjalan ke dapur dan melihat masih ada bubur sisa sarapan pagi tadi namun bocah itu tidak berselera. Akhirnya kembali ke ruang keluarga dan tepar di sofa dengan perasaan kesal.

"Mama kemana, harusnya mama udah pulang dari tadi. Om Aksa bawa mama kemana?" Gumam Al menerka-nerka. Jadinya Al mengirim pesan pada Elen karena penasaran dimana maminya sekarang.

[Ma, laper.]

Send.

Satu menit.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Tidak ada balasan dari Elen. Al makin kesal karena merasa kesepian dan kelaparan dalam waktu bersamaan. Dia mengegrutu sebal sampai ketiduran di sofa.

Sedangkan Elen. Dia juga ketiduran di sofa apartemen Aksa. Sampai-sampai tidak mendengar pesan masuk di ponselnya.

Meeting dengan klien ternyata lebih molor dari dugaan Aksa. Pria itu berjalan dengan tergesa keluar dari mobilnya. Dengan langkah panjangnya hanya butuh beberapa menit untuk Aksa sampai di apartemen.

"Dia pasti mengomel." Gumam Aksa seraya menekan kode sandi pintu apartemennya.

Ceklek.

Sepi? Aksa melangkah pelan masuk ke apartemen

usai melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal rumahan.

"Dia tidur?" Melihat Elen meringkuk di sofa. Aksa berjalan lebih mendekat dan berjongkok di depan Elen. Seulas senyum tipis tersemat di wajah tampan Aksa saat melihat wanitanya itu tidur dengan tenang.

"Dia diam hanya saat tidur." Aksa geleng-geleng kepala.

Mendapat ide jail, Aksa sengaja memencet hidung Elen dan menariknya kecil. Dia terkekeh kemudikan melihat sang empu yang sedang dijahili perlahan mengerjapkan mata.

"Apa sih?" Gumam Elen kesal dijahili begitu.

"Bangun. Saya antar kamu pulang."

Ucap Aksa seraya beranjak berdiri.

"Jam berapa sekarang?" Elen bangun dan melakukan peregangan otot.

"Entahlah."

Elen memeriksa ponselnya, "Astaga jam 6 lebih. Al pasti udah pulang." Elen langsung panik dan mencari tasnya.

"Kenapa kalau Al udah pulang?" Tanya Aksa dengan kedua tangan ia masukkan dalam saku celana. Elen yang beridiri itu pas sekali di depan Aksa. "Ya kasihan, mana dia chat aku ada bilang lapar." Membaca chat Al.

"Ayo anter aku pulang." Elen baru akan melangkah tapi Aksa menarik pinggannya, membuat Elen menatapnya lagi.

"Kalau saya tidak mau mengantar kamu bagaimana ?" Tanya Aksa sambil menarik dagu Elen mereka saling bersitatap. Dia sedikit membuat dagu Elen menengadah ke atas.

"Aku pulang sendiri kalo gitu." Elen menjawab dengan yakin. Emang dia bocah yang ga tahu jalan pulang apa?

Tentu Elen akan dengan senang hati pulang sendiri.

"Tidak saya izinkan." Ucap Aksa datar. Sorot matanya menatap intens manik kedua manik mata Elen. Sangat hening untuk beberapa saat, bahkan Elen saja sempat terhipnotis akan tatapan itu sebelum Elen memilih melengos. Dia lemah cuy ditatap cowok matang, tampan dan mapan.

"Kenapa, Hm?" Aksa Aksa menarik dagu Elen membuat sang empu menatapnya. Kali ini Aksa menahan dagu Elen dengan jemarinya.

"Jangan seperti ini." Elen tidak nyaman. Dia mendorong dada bidang Aksa dengan kedua telapak tangannya namun Aksa justru semakin merengkuh pinggang Elen. Mengikis jarak diantara keduanya.

"Seperti ini bagaimana, Hm?" Hembusan napas Aksa terasa menggelitik membuat Elen gugup.

"Aku nggak nyaman. Lepas deh."

"No, baby. Kamu belum dihukum. Bagaimana bisa saya melepaskan kamu?" Seringai tipis muncul di wajah Aksa.

Hukum? Satu kata itu membuat Elen menengadah, menatap pria yang lebih tinggi darinya. Apa maksud perkataan pria itu? Kenapa dirinya harus dihukum? Apa dia berbuat salah?

"Cantik." Puji Aksa melihat lekat wajah wanitanya dalam dekat. Perlahan Aksa memajukan kepalanya mencuri satu kecupan di bibir Elen membuat sang empu membeku seketika kala dua benda kenyal itu bertubrukan.

Dug!

Elen menabok dada Aksa. "Gak usah ciam-cium!" Kesal Elen sadar.

Aksa tekekeh, "Kita bahkan sudah melakukan lebih dari ciuman." Kata pria itu sembari menggesekkan hidungnya dengan hidung Elen.

"Lepas ihh, kamu modus tau." Elen memberontak. Nggak nyaman sumpah dengan posisi sedekat itu dan skinship yang Aksa lakukan padanya.

"Jangan bertemu dengan pria lain di belakang saya atau tidak hanya kecupan yang terjadi!"

Ancam Aksa terdengar serius lalu menarik tangannya dari pinggang Elen dan berjalan ke sampling memberikan ruang untuk Elen melewatinya.

"Maksudnya apa?" Elen tidak mengerti.

"Tidak perlu saya jawab. Yang harus kamu ingat, jika kamu berani berhubungan dengan pria lain dibelakang saya, kamu akan tahu akibatnya!"

"Dih, ga jelas banget." Gumam Elen malas mikir. Melewati Aksa berjalan keluar dari apartemen Aksa. Disusul dengan Aksa.

[Jan lupa nongkrong cantik-cantik ku]_Lina

Satu notifikasi pesan masuk di Grub dengan judul Cegil premium.

Elen dengan cepat membalas pesan Lina.

[Di rumah gue aja, gimana? Gue baru mau balik nih, capek banget kalau mesti keluar]_Elen

[Boleh]_Lina

[Boleh (2)]_Bella

Sedangkan Rissa tidak ikut nimbrung. Rissa sendiri juga baru pulang.

"Ingat ucapan saya tadi Elen!"

"Hm." Elen membalas singkat dan turun dari mobil, "Sana pulang!" Usirnya. Setelah itu melenggang santai masuk ke dalam rumah. Aksa sendiri geleng-geleng kepala dan memilih melajukan mobilnya pergi dari pekarangan rumah Elen.

"Baru pulang, mbak?" Tanya Rissa yang baru selesai mandi dan masih membungkus kepalanya dengan handuk kecil. Dia keluar dari kamar berpapasan dengan Elen yang akan masuk ke kamarnya.

"Iya. Kamu udah cek Grub 'kan? Nongkrong ya pindah kesini." Ucap Elen.

Rissa mengangguk, "Iya, mbak. Ini aku mau ke dapur. Nyiapin jajanan. Rissa mampir ke Cake Bray sekalian bawa camilan pulang." Ucapnya.

Elen mengangguk kecil, "Ya udah mbak mandi dulu. Nanti mbak nyusul. Oh ya, anak mbak kemana?" Tanya Elen.

"Udah kabur, mbak. Tadi pas aku pulang motornya udah nggak ada. Cuman tasnya aja di ruang keluarga." Jawab Rissa yang memang tidak mendapati siapapun di rumah saat dia pulang.

"Lah, kok bisa?" Rissa mengedikan bahu acuh dan berlalu pergi ke dapur.

"Halah sok malu-malu mau." Cibir Al setelah membaca pesan mamanya. Al menyimpan kembali ponselnya. Memutuskan untuk tidak membalas pesan Elen. Daripada nanti diomeli.

Sementara Elen menatap ponselnya dengan kesal. Al hanya membaca pesannya tidak membalasnya.

"Udahlah, mbak. Gak usah kesal gitu. Al pasti udah makan. Dia juga nggak kekurangan uang. Uang jajannya selalu lebih. Nggak usah khawatir gitu." Ucap Rissa yang tahu kegelisahan Elen. Tidak tahu Al makan atau belum.

"Iya juga sih." Elen mengangguk. Lalu bergabung dengan Rissa duduk di sofa.

"Selamat malam semuanya!" Teriak Bella heboh dengan membawa paper bag di tangan kanannya. Berjalan dengan riang ke ruang keluarga.

Mendengar suara heboh itu, Elen dan Rissa menoleh. "Lina mana?" Tanya Elen, "Katanya bareng?"

"Baru parkir mobil." Ucap Bella. Dia memang meninggala Lina memarkir mobilnya dengan rapi karena mereka akan menginap.

"Lina here." Teriak Lina yang nggak kalah hebohnya.

Kedua sahabat Elen itu langsung bergabung duduk di sofa ruang keluarga.

"Kita hot pot an aja yuk, belum makan gue." Ucap Lina.

"Nih gue bawain bahannya." Bella menunjuk paperbag yang dia bawa, "Yang lainnya kata Rissa di kulkas kamu ada."

"Aku udah beli yang nggak ada mbak." Timpal Rissa.

"Boleh, deh. Aku ambil kompor sama peralatannya." Elen beranjak dari duduknya lalu diikuti Rissa.

Sementara Lina dan Bella menggelar karpet di ruang kosong dekat ruang keluarga. Mereka akan hot pot an di sana. Seperti yang sudah-sudah.

"Bentar mbak, aku mau foto dulu."

Ucap Rissa sebelum mereka mulai makan. Rissa lalu beranjak berdiri, membuat Bella dan Elen yang sudah memegang sumpit itu menghela napas. Begini kalau makan sama selebgram. Apa-apa di foto.

"Tag ke gue, Ris. Ntar gue repost." Ucap Lina. Membuat Elen dan Bella menghela napas untuk kedua kalinya.

"Dadar seleb." Kompak Elen dan Bella.

"Penting tahu, mbak." Balas Rissa memposting ke igs nya.

Mamam dulu @Linaa (mengetag akun Lina)

"Makannya kalian juga aktif ig lagi. Terutama lo, Len. Coba dulu lo gak deactive akun lo, udah jadi selebgram besar, lo." Ujar Lina.

Saat SMA dulu Elen memang anak sosmed yang hits bahkan sudah mempunyai followers ratusan ribu dan sempat menerima endorse. Tapi, dia mendadak menonaktifkan akun sosial medianya demi fokus merawat Calvin yang saat itu mentalnya kurang stabil akibat kecelakan kedua orang tua Al.

1
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
Killspree
Tidak bisa berhenti
Hillary Silva
Alur yang menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!